Caption Islami

  • Home
  • Caption Islami

Caption Islami "SEMUA KITA PUNYA MASA LALU DAN SEMUA KITA PUNYA TUJUAN HIDUP"

Menghapus masa lalu, Merubah masa kini, dan menata masa depan.. ���

I LOVE YU NABI MUHAMMAD SAWاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ,,
25/03/2022

I LOVE YU NABI MUHAMMAD SAW

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ,,

KISAH TENTANG SHALATSeorang suami pulang ke istrinya setelah shalat isya dan ia menemukan anak-anaknya tertidur. Dia ber...
25/03/2022

KISAH TENTANG SHALAT

Seorang suami pulang ke istrinya setelah shalat isya dan ia menemukan anak-anaknya tertidur.

Dia bertanya kepada istrinya, "Apakah anak-anak sudah shalat?"

Istrinya berkata, "Di rumah tidak ada makanan dan aku menyibukkan mereka sampai tertidur dan mereka belum melakukan shalat."

Sang suami berkata, "Bangunkanlah mereka...!"

Istrinya berkata, "Wahai suamiku, jika engkau membangunkan mereka, maka yang akan terjadi adalah mereka akan menangis karena kelaparan dan kita tidak ada makanan sedikit pun."

Sang suami berkata, "Dengarkanlah... Aku harus memerintahkan mereka melaksanakan shalat dan rezeki mereka tidak ada padaku. Bangunkan mereka, karena rezeki mereka ada pada Allah dan Allah berfirman:

وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسۡـَٔلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ

"Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa."

(QS. Thaha (20) Ayat 132)

Istrinya akhirnya membangunkan mereka. Dan ketika mereka selesai melaksanakan shalat, tiba-tiba pintu diketuk dan ternyata salah satu orang kaya membawa hidangan makanan paling lezat diatasnya.

Orang kaya berkata, "Silahkan, hidangan ini untuk keluargamu!"

Suami berkata, "Bagaimana bisa?"

Orang kaya itu berkata, "Salah satu bangsawan negara datang kepadaku dan aku menjamu dengan makanan ini. Sebelum dia makan terjadi pertengkaran diantara kami dan dia bersumpah bahwa dia tidak akan makan apa pun sehingga pergi keluar."

"Maka aku membawa kembali hidangan makanan ini dan berkata dalam hati 'Aku akan memberikannya kepada orang yang kakiku berhenti berdiri. Demi Allah, aku hanya berdiri didepan pintumu. Demi Allah, aku tidak tahu apa yang membawa aku kepadamu.'" Ujar orang kaya itu lagi.

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku."

(QS. Ibrahim (14) Ayat 40)

PUASA DAH DEKAT..BUATLAH AIR NABEEZ UNTUK MINUMSETIAP KALI SAHUR.. SUNNAH YANG RAMAI ORANG TAK TAHU..🍺 Air Nabeez 🍻Air n...
24/03/2022

PUASA DAH DEKAT..
BUATLAH AIR NABEEZ UNTUK MINUM
SETIAP KALI SAHUR.. SUNNAH YANG RAMAI ORANG TAK TAHU..

🍺 Air Nabeez 🍻

Air nabeez adalah pemakanan Nabi Muhammad s.a.w. Rendam kurma dengan air masak malam ni. Sahur esok minum. Insyaallah, perut mampu bertahan... Buat ni untuk sekali minum je ye. Jangan simpan lama2 sangat. Nanti masam dah tak boleh minum.

🍷Cara2 :

1. Ambil kurma dalam bilangan ganjil. Anggaran air dlm 500ml ke 1liter. Ambil 3 biji kurma dan buang bijinya. Carik2 isi kurma. Ada juga yg guna kismis tapi jangan campur ye. Kalau buat kurma, kurma je. Kalau kismis, kismis je.

2. Rendam isi kurma dalam air masak biasa malam sebelum tidur. Letak di luar sahaja. Tak perlu simpan dalam peti sejuk tau. Tutup bekas air tu jangan biarkan terbuka.

3. Sahur esok air tu dah boleh diminum.

4. Air ni boleh juga diamalkan sebelum sarapan pagi bila hari2 lain walaupun bukan di bulan ramadhan. Amalkan masa perut kosong.

🍹Selamat mencuba 😊

Kisah Teungku Abu Ibrahim Woyla Saat Tsunami Aceh_______________________Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang per...
23/03/2022

Kisah Teungku Abu Ibrahim Woyla Saat Tsunami Aceh
_______________________

Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang pernah mengatakan: “Air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa.” Terbukti setelahnya terjadi bencana tsunami.

Tepatnya 15 hari sebelum bencana besar gempa bumi dan gelombang Tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, Abu Ibrahim Woyla telah mengabarkan kepada muridnya yang bernama Mukhlis perihal akan datangnya bencana besar itu.

Namun, hanya kepada dua muridnya yang kerap mengikutinya ia beritahukan dan ia melarang memberitahukannya kepada orang lain. Hanya saja Mukhlis diperintahkan untuk segera mengajak keluarganya menjauhi bibir pantai.

Mukhlis, pria yang sudah berkepala tiga yang kini sering bermukim di Dayah Bustanul Huda atau Dayah Pulo Ie, Desa Dayah Baro, Calang, menceritakan kembali keseharian Abu sebelum Tsunami meluluhlantakkan Aceh. Abu tidak seperti hari-hari sebelumnya, ia sudah jarang makan dan terlihat gusar. Pernah suatu waktu Mukhlis dipanggil oleh Abu untuk memberitahukan perihal bencana besar. Saat itu, Mukhlis masih menuntut ilmu di Dayah Peulanteu, Aceh Barat. “Rayeuk that buet uke nyoe, siberangkaso yang buka rahasia Allah maka kafee lah jih kafee (besar sekali kerja ke depan, dan siapa saja yang membuka rahasia Allah maka dia kafir),” begitu kata Mukhlis menirukan ucapan Abu Ibrahim kepadanya.

Mukhlis juga mendengar hal yang sama dari Abu Utsman yang masih ada hubungan dekat dengan Abu Ibrahim Woyla. Bahkan kepada orangtuanya sendiri Mukhlis tidak memberitahukan apa yang sudah ia ketahui. “Di lapangan Blang Bintang kapai akan jipoe uroe malam, di laot Ulee Lheuh (tidak disebut Ulee Lheue) akan na kapai laot ubee lapangan bola, dalam kapai nyan ureung puteh-puteh” (di Bandara Blang Bintang pesawat akan terbang siang malam, di laut Ulee Lhee akan ada kapal laut sebesar lapangan bola, di dalamnya orang putih-putih-red), ucap Mukhlis lagi mengutip perkataan Abu Utsman.

Kata Mukhlis, sejak kata-kata tersebut diucapkan oleh Abu Ibrahim, keseharian Abu seperti berubah. Bahkan jika sedang tidur malam hari, sering Abu tiba-tiba terbangun dan langsung duduk berdzikir. Melihat ini, perasaan Mukhlis pun semakin cemas, dalam hatinya ia merasa kalau peristiwa besar sudah semakin dekat. “Lon kalon dari sikap Abu, lon na firasat sang ata yang geupeugah le Abu ka to that (Saya lihat sikap Abu, saya punya firasat bahwa apa yang dikatakan Abu sudah sangat dekat),” jelas Mukhlis.

Entah apa yang terpikirkan oleh Abu, 4 hari sebelum gempa bumi dan Tsunami di Aceh, Abu Ibrahim mengajak Mukhlis ke Banda Aceh. Dengan mobil pinjaman, Mukhlis menyupiri Abu hingga ke Banda Aceh. Di Banda Aceh, mereka menginap di salah satu rumah di kawasan Blower. “Na geulakee le po rumoh beu geuteem eh Abu meusimalam bak rumoh gob nyan (ada permintaan dari yang punya rumah agar Abu Ibrahim berkenan bermalam semalam saja di rumahnya),” kata Mukhlis.

Mukhlis menambahkan, saat di sana, sewaktu makan pun Abu tidak makan lagi, Abu mengepal nasinya menjadi tiga bagian. Setelah Abu makan sedikit satu bagian dari kepalan nasinya, kemudian seluruhnya Abu berikan kepadanya untuk dimakan.

Pada esoknya, Kamis pagi 23 Desember 2006, Abu berkata kepada Mukhlis jika ia ingin jalan-jalan keliling Kota Banda Aceh. Tanpa membantah, dengan mobil pinjamannya Mukhlis pun membawa Abu jalan-jalan.

Setelah sarapan alakadarnya di warung samping Simbun Sibreh (deretan Satnarkoba Polda Aceh), lalu Abu meminta Mukhlis untuk membawanya ke kawasan Peulanggahan. Tiba di depan mesjid Tgk Di Anjong, Abu minta mobil dihentikan di luar pagar masjid. “Abu geu ngeing u arah makam Tgk Di Anjong, sang-sang Abu teungoh geupeugah haba, kadang Abu teukhem keudroe” (Abu menatap ke arah makam Tgk Di Anjong, seolah-olah Abu berbicara, sesekali Abu tersenyum sendiri), jelas Mukhlis.

Usai singgah di makam Tgk Di Anjong, Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, Abu melanjutkan perjalanan ke arah Gampong Jawa. Saat dalam perjalanan, ada seorang wanita paruh baya yang mengenal Abu. Spontan wanita tersebut memanggil Abu dan meminta Abu untuk singgah di rumahnya. Rombongan Abu Woyla kemudian memenuhi permitaan dan singgah di rumah wanita tersebut.

Wanita pemilik rumah itu, kata Mukhlis, menginginkan anaknya untuk minum air yang dicelupkan dengan musabah Abu Ibrahim. “Sampai di rumah wanita tersebut, kami disajikan kopi, tetapi airnya sangat panas hingga kami tidak sempat minum. Tapi Abu langsung meminumnya walau airnya masih panas. Setelah itu Abu menyelupkan musabahnya ke dalam air yang akan diberikan kepada anak wanita tersebut,” kata Mukhlis.

Tak beberapa lama di rumah wanita itu, Abu dan Mukhlis kemudian melanjutkan perjalanan dari Gampong Jawa dan kembali ke arah Peunayong, seterusnya sampai di depan RSUZA, Jalan T Nyak Arief. Di tempat itu Abu Ibrahim kemudian meminta kepada Mukhlis untuk mengarahkan kenderaan mereka ke Masjid Raya Baiturrahman.

Dalam sekejap saja, mobil yang dikendarai Mukhlis sudah berada di depan Mesjid Raya Baiturrahman. Di sana mobil dihentikan sesuai permintaan Abu. Dari dalam mobil, dengan kaca terbuka Abu menatap ke arah mesjid sembari melambaikan tangannya dengan gerakan arah telapak tangannya ke bawah. “Berkali-kali Abu melakukan itu,” ujar Mukhlis.

“Di akhir Abu menggerakkan tangannya tiga kali menghadap masjid raya, seperti tanda memotong sesuatu,” tiru Mukhlis dengan gerakan tangannya dari arah kiri ke kanan.

Usai perjalanan singkat tersebut, Abu langsung kembali ke tempat ia menginap dan mengatakan kepada Mukhlis, jika Abu malam nanti akan berangkat ke Padang, Sumatra Barat. Sebelum berangkat, Mukhlis memohon izin kepada Abu bahwa ia tidak bisa menemani Abu ke Padang karena ia baru berkeluarga. “Menyoe meunan Do’a bak lon” (kalau begitu doa dari saya), ujar Mukhlis mengulang perkataan Abu kepadanya kala itu.

Dua hari setelahnya, Tsunami meluluhlantakkan Aceh begitu dahsyatnya. Namun kata Mukhlis, gelombang Tsunami yang datang pada 26 Desember 2004 lalu itu, sepertinya berhenti di seputaran kawasan Abu Ibrahim Woyla jalan-jalan di Banda Aceh sebelum Tsunami itu terjadi.

Setelah itu, Mukhlis pun tidak lagi mengetahui kegiatan Abu hingga gempa bumi dan Tsunami melanda Aceh. Baru pada hari keempat setelah kejadian yang menewaskan ratusan ribu umat manusia itu, Mukhlis bertemu kembali dengan Abu di salah satu rumah di kawasan Geuceu Komplek, Banda Aceh.

Setelah bertemu di sana, pada sore hari Abu mengajak Mukhlis jalan-jalan ke Lhoknga. Kembali Mukhlis meminjam sebuah mobil milik kerabatnya yang juga mengenal Abu Ibrahim Woyla. Setibanya di kawasan Peukan Bada, Mukhlis melihat tumpukan sampah Tsunami yang belum dibersihkan dan masih ada mayat-mayat bergeletakan di sekitar mereka.

Melihat kondisi medan yang tidak mungkin dilewati, Mukhlis mengadu kepada Abu jika tidak mungkin mobil melewati jalan, karena masih banyak puing Tsunami dan benda tajam lain yang menghambat laju kenderaan mereka. “Hana peu-peu, tajak laju” (tidak masalah, jalan saja), begitu kata Abu ujar Mukhlis saat ia mengadu.

Mendengar kata Abu, Mukhlis pun terus mengendarai kendaraannya melewati puing Tsunami yang logikanya tidak mungkin dilewati oleh kendaraan. Mereka terus berjalan hingga ke jembatan yang terputus di kawasan Lhoknga, Aceh Besar.

Setiba di sana, mereka berjumpa dengan seorang wanita yang mengenal sosok Abu Ibrahim Woyla. Wanita itu menceritakan, dalam musibah itu suaminya menjadi korban dan sampai hari keempat setelah Tsunami ia belum bertemu dan mengetahui nasib suaminya itu. Lantas wanita itu meminta Mukhlis untuk menanyakan kepada Abu Ibrahim, bagaimana perihal nasib suaminya yang diseret arus Tsunami.

Melalui Mukhlis, Abu menjawab singkat pertanyaan wanita tersebut: “Suaminya sedang jalan-jalan jauh.”

Di tempat itu, Abu Ibrahim bersama Mukhlis berada hingga langit mulai merah dan matahari akan tenggelam.

Kini, Mukhlis dengan beberapa rekannya hanya mengurusi dan membangun Dayah Bustanul Huda Gampong Dayah Baro di Kabupaten Aceh Jaya. Penuturan lelaki ramah dan berilmu agama ini, Dayah tempat dirinya dan santri lain memperdalam ilmu Islam sekarang ini, dibagun pada tahun 2006 silam. Dan pesan Abu Ibrahim Woyla semasa hidupnya adalah: “Amanah Abu, bek meulake bak gop keu peudong dayah, peulaku ubee sangguop” (Amanah Abu, jangan meminta-minta untuk mendirikan dayah, kerjakan sesuai kesanggupan), tegas Mukhlis menirukan ucapan Abu.
______________________

Sumber: http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2014/03/manaqib-abu-ibrahim-woyla-wali-dari.html

Sering-seringlah ngobrol santai dengan anak. Sederhana memang! Namun, dari hal semacam inilah, kedekatan antara anak dan...
23/03/2022

Sering-seringlah ngobrol santai dengan anak. Sederhana memang! Namun, dari hal semacam inilah, kedekatan antara anak dan orangtua akan terjalin. Saat sudah dekat, anak akan lebih mudah diarahkan pada hal-hal yang positif.

Saat ngobrol dengan anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, biarkan anak mengeluarkan isi hatinya; (2) jangan mendominasi dan menggurui, termasuk memberondongnya dengan aneka pertanyaan.

Kemudian, (3) pilih situasi dan kondisi yang kondusif; (4) jadilah orangtua yang menyemangati dan menguatkan, bukan menjatuhkan; (5) jangan segan untuk minta maaf saat ada kata-kata atau perbuatan yang kurang pantas.

22/03/2022

Bulan puasa hampir tiba,,,Ada yang kangen,,,???

20/03/2022
20/03/2022
20/03/2022

Apa susahnya jadi ? Kemana-mana asalkan s**a tiada orang yang melarang,

Address


24251

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Caption Islami posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share