ROSSA

ROSSA Berdamailah Dengan Hati

04/07/2025

Ada tidak nya cinta HB bisa dilakukan,cuma kalau disertai cinta rasa nya lebih nikmat.
Iya gak sih,?
Enaknya dimana ya😘,

Tiba-tiba tangan Rumi bergerak sedikit dan itu bisa dirasakan oleh Abimanyu. Abimanyu langsung memanggil dokter dengan m...
02/07/2025

Tiba-tiba tangan Rumi bergerak sedikit dan itu bisa dirasakan oleh Abimanyu. Abimanyu langsung memanggil dokter dengan memencet bel yang berada didinding di sebelah tiang infus. Tak berselang lama beberapa dokter dan perawat masuk ke ruangan Rumi. Beberapa dokter itu merupakan teman angkatan sewaktu Rumi menempuh pendidikan teknik kimia klinik di Berlin, Jerman.

"Dokter, jari-jemari Rumi ada respon dengan menggerakkan perlahan-lahan." Ucap Abimanyu dengan mengusap air matanya.

"Baik." Dokter-dokter itu memeriksa Rumi secara bergantian.

Perlahan namun pasti Rumi membuka matanya dan langsung menangkap sensor cahaya lampu dengan menyipitkan matanya. Dan menangkap pergerakan jari dokter yang mengarahkan ke kanan dan kiri. Respon Rumi sangat cepat dan baik.

"Luar biasa kamu kuat dan kamu cepat merespon. Bagaimana kabarmu?" Tanya Dokter Cem.

"Baik." Ucap Rumi dengan sedikit tersenyum.

"Siapa nih disampingmu nggak ingin kamu kenalkan kah ke kita semua? Harusnya kita adakan reuni malah reuni di rumah sakit seperti ini." Ucap Dokter Cem yang disambut kekehan kecil dari Rumi.

"Iya kenalkan ini Kapten Abimanyu calon suamiku." Kata Rumi yang berhasil membuat Abimanyu tersipu dan langsung menjabat tangan masing-masing dokter yang menangani Rumi.

"Widih undang d**g kalau menikah." Pinta Dokter yang lainnya.

"Paling nggak datang juga." Jawab Rumi sambil memanyunkan bibirnya.

"Pasti datang kalau nggak bisa datang ya angpaonya saja yang datang. Kan kamu tahu sendiri profesi kami disini kan? Mana ada ceritanya dokter liburan kemana-mana kecuali sudah pensiun." Tawa di ruangan Rumi pecah.

Dan akhirnya Rumi pindah ruangan ke rawat inap VVIP agar Abimanyu dan Baron bisa lebih nyaman bergantian jagain Rumi sampai masa terapi untuk pemulihan Rumi selesai.

1 bulan berlalu Rumi bisa berjalan secara mandiri tanpa bantuan tongkat lagi. Rumi tersenyum bahagia menatap Baron, Sertu Rian yang merupakan ajudan Baron serta Kapten Abimanyu yang selama ini menemani Rumi. Rumi berjalan memeluk ayahnya menangis di pundak sang ayah.

"Maafkan Rumi sudah membuat ayah khawatir. Rumi akan lebih hati-hati lain kali. Tapi Rumi mau bilang terima kasih ayah mengizinkan mas Abi menemani Rumi. Dan terima kasih juga karena ayah sudah mengevakuasi Rumi ketika Rumi berada di ambang batas hidup dan mati Rumi karena perbuatan Kang D**g Joo." Ucap Rumi sambil terisak tersedu-sedu.

"Sstt… ayah sudah memaafkan Rumi jauh sebelum peristiwa itu terjadi nak.. nggak perlu dibahas lagi ya.. sekarang waktunya kamu bahagia dengan pilihanmu. Kamu belum menyapanya sama sekali nak.. berikanlah senyum manismu pada calon suami mu. Dirinya sudah menyiapkan semuanya untuk kepulangan mu ke tanah air kamu hanya tinggal duduk manis saja." Rumi tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.

"Mas Abi.." Abimanyu langsung menoleh ke belakang.

"Rumi, ada apa? Apa ada yang sakit?" Abimanyu menatap Rumi dengan alis terangkat dua-duanya.

"Hmm tidak ada." Rumi menggelengkan kepalanya juga sebagai jawaban.

"Terus?" Abimanyu semakin menggoda Rumi.

"Terima kasih ya sudah merawat Rumi dan menemani setiap perkembangan kemajuan kesehatan Rumi. Terima kasih banyak." Ucap Rumi tersenyum.

"Sama-sama adek kecil." Rumi langsung melayangkan bogemannya di lengan Abimanyu tapi Abimanyu malah terkekeh melihat kekesalan Rumi padanya.

"Galak amat sih baru juga sembuh." Abimanyu semakin menggoda Rumi.

"Aku bukan anak kecil lagi. Ih… mas Abi nyebelin deh." Rumi langsung melipat kedua tangannya didepan dada dan membelakangi Abimanyu sambil mengerucutkan bibirnya.

Abimanyu semakin terkekeh geli dan menggelengkan kepalanya menatap tingkah Rumi yang menggemaskan.

"Iya deh iya maaf sayang." Ucap Abimanyu sambil memutar tubuh Rumi menghadap dirinya.

"Oke maaf diterima." Ucap Rumi yang kemudian tersenyum.

"Setelah ini kita akan pulang ke tanah air dan tiga hari kemudian kita langsung melangsungkan pernikahan sah secara agama dan negara. Aku sudah mengurus semua berkasnya ya dibantu ayah Baron juga saat kamu masih kritis bulan lalu." Abimanyu menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutupi.

"Alhamdulillah." Rumi tetap tersenyum.

"Terima kasih ya sayang… karena kamu masih menyimpan semua tentang kita dan masih mau menerima aku kembali yang sudah berstatus duda keren ini." Abimanyu terkekeh dan Rumi tertawa.

"Sama-sama kita mulai dari awal saling mengerti, saling memahami, saling percaya satu sama lain ya..?" Pinta Rumi dengan mengerlingkan sebelah matanya membuat Abimanyu tertawa.

"Oke." Keduanya berjabat tangan dengan senyum merekah.

Satu Minggu kemudian Rumi dan rombongan kembali ke tanah air dan disambut meriah oleh calon mertua dan sahabat-sahabat Rumi siapa lagi kalau bukan Fisa dan Bintang yang langsung menyerobot masuk diantara kerumunan keluarga Abimanyu dan keduanya langsung memeluk dan berteriak histeris karena kerinduan mereka pada Rumi sudah terbalaskan. Pelukan ketiganya dan tangis bahagia ketiganya membuat orang-orang disekeliling Rumi meneteskan air mata.

"Aku kangen banget sama kamu Rumi." Ucap Fisa yang melepaskan pelukannya terlebih dahulu dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Aku juga kangen banget sama kamu rasanya hampa tanpa canda tawa mu Rumi sepi kali hidup ini hiks… hiks.. hiks.." Bintang kembali menangis.

"Sudah-sudah kalian ini kayak bayi baru lahir saja menangis mulu. Aku sudah disini bersama kalian." Rumi tertawa dan tawanya menular pada sekitarnya.

"Ayo pulang dulu ke rumah biar Rumi bisa istirahat sebelum hari pernikahannya tiba. Kalian kalau mau menginap juga tidak apa-apa melepas kerinduan yang dalam kan?" Ucap Baron, ayah Rumi pada Fisa dan Bintang yang langsung disetujui keduanya.

"Dan untuk sementara Abimanyu jangan temuin Rumi dulu sampai hari pernikahannya tiba. Dipingitlah dulu oke?" Abimanyu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Doa-doa ibu tak pernah putus untuk kalian berdua nduk.. Ibu sangat bahagia akhirnya Abimanyu bisa menaklukkan Rumi kembali meskipun jalannya sangat berliku dan terjal. Tapi berkat kesabaran dan kegigihan Allah mengabulkan doa ibu. Semoga kalian bahagia dunia akhirat. Titip putra ibu ya nak.." Ibu Abimanyu langsung memeluk Rumi dan mengusap air mata bahagianya.

3 hari kemudian..

Rumi sudah selesai di rias dan sudah selesai mengenakan gaun pengantinnya. Begitu pun dengan Fisa dan Bintang yang akan menjadi Bridesmaids Rumi. Rumi sangat terlihat cantik dan manglingi. Rumi diantar oleh sang make up artist untuk duduk disamping Abimanyu yang sudah bercucuran keringat dingin. Meskipun bagi Abimanyu ini pernikahan bukan yang pertama kalinya tapi inilah pernikahan yang diinginkannya dengan wanita yang dicintainya.

Abimanyu menjabat tangan Baron sebagai wali Rumi dan berakhir dengan kata SAH. Sorak Sorai semua undangan meramaikan hari bahagia kedua mempelai. Rumi memeluk sang ayah dengan menahan air matanya. Tetapi sang ayah hanya tersenyum menatap manik ayu sang putri yang dihiasi dengan riasan dan soflen yang semakin membuat Rumi tampak cantik bak Barbie hidup.

Akhirnya Abimanyu berhasil menaklukkan Rumi dan membina rumah tangga bahagia sakinah mawadah warahmah bersama Rumi.

Judul : RUMI ALLANOVSTA

14/05/2025

“Jadi gini, Buk.. namanya juga laki-laki ya, Buk? Ada ketertarikan sama temen kerja itu lumrah, wong suami saya dulu juga begitu.

Suami Bu Sari begitu juga, to? Malah sampe punya anak lima dari istri mu da,”

Bu Asih semakin berani menyi nggung ibunya Rania. Tapi, tentu saja, wajah bersahaja itu tetap tenang.

Bu Sari sudah selesai dengan dirinya. Ia tak butuh pengakuan, ia tak butuh persetujuan.

“Jadi.. sudah jelas nggeh, Bu.. saya pengen anak Ibuk balik ke Pontianak. Toh anak saya sudah ngaku khilaf, kok.

Susah lho, cari lelaki seperti anak saya, sudah royal, modalin istrinya usaha, beliin tiket pesawat pulang ke Jogja sebulan sekali.. coba cari laki-laki kayak Andra di luar sana. Ndak bakalan ada!”

Rania terkekeh mendengar perkataan mertuanya. Sungguh ia tak habis pikir dengan cara berpikirnya Bu Asih.

Apa yang dilakukan keluarganya selalu dianggap benar. Yang lain salah.

“Banyak kok, Mah, lelaki di luar sana yang royal dan setia. Mamah aja yang nggak pernah nganggep orang lain baik,” saking ge ramnya, Rania akhirnya buka mu lut.

“Hushh! Dia mertuamu!” Ghofar menya lak ta jam. Pria itu hendak berdiri namun dihalangi Hani.

“Wes.. jangan e mo si, Far. Kita di sini buat minta baik-baik sama Rania biar pulang ke Pontianak.

Ibuk mertuamu ini sudah jauh-jauh dari Salatiga buat minta baek-baek sama menantunya sendiri buat memperbaiki rumah tangga. Kurang apa coba?” lanjut Bu Asih.

Ditepuk dadanya, memperlihatkan bahwa ia sedang menjadi pahlawan bagi rumah tangga anaknya.

Rania hanya tersenyum nye ngir. Ia tahu persis sifat ibu mertuanya itu. Yang dikatakan baik-baik adalah versinya sendiri, bukan versi orang lain.

“Dan satu lagi, Ran. Saya sebagai ibu mertuamu, janji ndak akan ngurus rumah tanggamu lagi sama Andra. Silahkan kalau mau ado psi anak, silahkan kalau ja jan setiap hari.

Mamah ndak akan mengu sikmu. Yang penting kamu harus balik ke Pontianak. Titik,” Rania masih tersenyum nye ngir.

Terbesit keangku han yang sangat ken tal di balik kata-kata ibu mertuanya yang merendah. Cih!

“Ibu mertuamu nggak main-main, Ran,” Ghofar melanjutkan, “Kalau kamu masih nggak percaya, coba sebulan kamu balik ke Pontianak.

Lihat perubahan ibu mertuamu dan juga Andra. Kalo nggak ada perubahan, kamu boleh urus perce raian.”

Kali ini Rania tak lagi tersenyum nye ngir. Nuraninya berkata, apa yang dikatakan Ghofar ada benarnya juga.

Tak ada salahnya mencoba. Tapi, sanggupkah ia satu ran jang lagi dengan laki-laki yang pernah meni du ri wanita lain? Ahh sungguh su lit rasanya.

***

Lima tahun yang lalu..

Rania tidak pernah menyangka bahwa diper sunting pria dengan latar belakang yang berbeda, akan banyak hal kecil yang diper de batkan.

Masih wajar bagi Rania bila ia menyesuaikan diri dengan Andra, suami barunya. Tapi tidak dengan ibu mertuanya.

Di tahun pertama pernikahan, terpaksa Rania tinggal di rumah ibu mertuanya di Salatiga. Andra saat itu masih ditempatkan di instansi di Salatiga.

Rania tak menge luh Andra kerap pulang malam untuk menyelesaikan berkas-berkasnya. Tapi, lain cerita ketika ia harus berurusan dengan ibu mertuanya.

Gaji Andra saat itu terbilang sedikit. Hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan dia be tes Bu Asih yang tak sedikit.

Rania sudah terbiasa makan tanpa lauk, menu itu-itu saja dan naik motor sehari-hari.

Andra pun begitu. Meskipun ia berasal dari keluarga menengah ke atas, ia bisa mena han diri untuk tidak ja jan setiap hari dan meman jakan diri naik mobil setiap hari.

Beda cerita dengan Bu Asih. Ia anak satu-satunya dari orang tua paling terpandang di kampungnya.

Ayahnya punya dua istri mu da yang kesemuanya meman jakan Bu Asih. Semua permintaannya harus dituruti, tanpa memikirkan bagaimana kedepannya,

Saat aku h4mil, kata suami 'punyaku' gak enak lagi. Maka dia s3lingkvh dengan muridku sendiri. Akan aku buktikan dia aka...
13/05/2025

Saat aku h4mil, kata suami 'punyaku' gak enak lagi. Maka dia s3lingkvh dengan muridku sendiri. Akan aku buktikan dia akan menyesal membuang berlian sepertiku!!!!
*
*
MADUKU, MURIDKU SENDIRI (Part 1)

Breaking News!!!

VIR4L! Diduga suami oknum guru seli*ngkuh dengan murid istrinya sendiri. Video p4n4snya tersebar luas di internet, sedangkan pengungg4h video belum diketahui secara pasti.

Setelah penat mengajar dari jam masuk sampai jam pulang, barulah aku bisa menghela napas dengan lega. Jadwal mengajarku memang sangat padat karena aku satu-satunya guru agama di SMA Maheswara—guru agama lainnya resign dan sedang dicarikan pengganti.

Begitu masuk ke kantor guru, mendadak aku seperti seorang artis yang menjadi pusat perhatian. Keningku mengernyit, bertanya dengan sorot mata apakah aku baru saja membuat kesalahan? Kenapa semua rekan guru memandangku seolah aku tersangka kasus besar?

Seorang guru BK, namanya Bu Atik, menghampiriku dengan raut wajah tampak sungkan dan kasihan. Ia mer4ngkul pundakku lembut, menuntunku untuk duduk di meja kerjaku. “Duduk dulu, Bu Layyina. Ada yang ingin kami sampaikan.”

Maka duduklah aku menurut. Aku semakin tidak mengerti kenapa semua rekan guru tiba-tiba bersikap aneh begini kepadaku. Aku mencoba tenang, bersiap mendengarkan ketika Bu Atik menarik napas dalam-dalam.

“Apa Bu Layyina sudah buka HP? Atau mungkin Bu Layyina sudah mendengar berita vir4l hari ini?”

Aku menggeleng pelan. “Belum. Kebetulan HP saya habis baterai dan saya lupa bawa cas. Memangnya ada apa ya, Bu?”

Ponsel yang telah digenggam Bu Atik sedari tadi disodorkannya padaku. Kuperhatikan layar ponsel yang menampilkan sebuah vide0 vir4l yang diungg4h di aplik4si bu*rung biru (X) karena masih r4wan no sens0r.

Allahu Akbar!

Nafasku terasa tercekat di tenggorokan, mataku mengabur sesaat, tu*buhku bergetar hebat. Bu Atik dan bu guru yang lain langsung memegangi tu*buhku ketika hampir saja aku pingsan. Kutahan cairan yang menggenang di pelupuk mata, aku tidak mau menangis di depan banyak orang.

Baru saja saja aku melihat vide0 p4n4s tanpa bus4na antara suamiku dengan muridku sendiri. Ya Allah, rongga d4d4ku bagai dihimpit batu besar yang membuatku merasa sesak dan nyaris susah untuk bernafas.

Sakit. Sakit sekali.

Suami yang aku bangga-banggakan selama ini telah berkhianat padaku. Dan dari sekian banyak wanita di muka bumi kenapa justru muridku sendiri yang dia pilih. Dia muridku yang pintar dan kami sangat dekat karena kami sering berdiskusi masalah pelajaran.

Apa yang telah terjadi selama ini? Kenapa aku begitu tidak menyadari gel4gat buruk mereka di belakangku? Sejak kapan mereka punya hubungan?

Berbagai pertanyaan berenang di kepala yang ingin segera kutemukan jawabannya. Astaga, kepalaku terasa berat sekarang. Rasanya ingin tumbang, tapi kutahan kuat-kuat tubuhku. Kutata pikiranku agar tetap tenang karena ini masih di sekolahan.

“Maaf, tapi benarkah laki-laki dalam video ini adalah suami Bu Layyina?” tampak Bu Atik menginginkan jawaban ‘tidak’ dariku, juga para rekan guru yang lain. Setahu mereka suamiku memang suami yang baik dan solih. Kabar miring tentang suamiku tentu juga mengejutkan mereka.

Tapi apa daya, laki-laki dalam vide0 itu memanglah Mas Alam suamiku. Aku begitu hapal tubuh po*los Mas Alam yang pung*gungnya ada t4hi lalat besar.

Dia memang Mas Alam suamiku! Aku tidak bisa menyangkalnya.

“M-maaf, tapi bisakah saya pulang sekarang?” Alih-alih menjawab pertanyaan Bu Atik, aku justru meminta izin untuk pulang lebih dulu. Aku ingin bertemu Mas Alam dan menyelesaikan masalah rumah tangga kami di rumah.

“Saya antar Bu Layyina ya?” tawar Bu Atik yang khawatir dengan keadaanku yang mungkin kelihatan sangat mengibakan.

Aku menggeleng, kutarik paksa sudut bi*birku untuk menghasilkan senyum tabah. “Saya bisa sendiri.”

“Tapi Bu Layyina sedang hamil. Kami para rekan guru khawatir dengan keadaan Bu Layyina.”

Pak Jamil, guru olahraga, menyahut. “Benar, Bu Layyina. Bahaya kalau Ibu menyetir dalam kondisi seperti ini. Lebih baik Ibu diantar Bu Atik, biar saya yang antar motor Ibu sampai rumah.”

Aku tetap menggeleng, merasa masih kuat dan tidak ingin merepotkan orang lain. “Terima kasih atas niat baik Bapak dan Ibu guru sekalian. Tapi saya yakin masih bisa mengemudi sampai rumah. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam,” jawab mereka lirih.

Setelah kutahan mati-matian danau di mata, akhirnya luruh juga bersamaan dengan angin yang menerpa wajah karena kini aku mengemudikan motor dengan kecepatan tinggi. Tidak ada yang aku inginkan selain segera sampai rumah dan bertemu Mas Alam.

Aku perlu tahu alasan Mas Alam kenapa tega melakukan pengkhianatan kepadaku padahal saat ini aku tengah mengandung d4rah d4gingnya. Calon buah hati yang selama ini kami impikan bersama.

Sesampainya di rumah, lekas turunlah aku dari motor. Kutatap banyak sandal yang ada di teras rumah. Jantungku berdegup kencang, ada apakah gerangan rumahku menjadi ramai begini. Segera kulangkahkan kaki masuk rumah.

“Saya terima nikah dan k4winnya Yola Fatmawati dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai!”

“SAH?”

“SAHHH!!!”

Aku merasa sebuah batu raksasa dijatuhkan di atas kepala membuatku terhemp4s lantas kehilangan kesadaran dan ambruk seketika.

Suamiku tiba-tiba menikah lagi tanpa sepengetahuanku? Mirisnya aku dimadu saat aku h4mil bayinya! Dan yang lebih tidak masuk akal maduku adalah muridku sendiri!

Baca selengkapnya:
Judul : MADUKU, MURIDKU
Author : Rossa

21/01/2025
Yang terindah dari yang indah
21/12/2024

Yang terindah dari yang indah

Just save moment
21/12/2024

Just save moment

05/11/2024

Don't be shy for to try

23/10/2024

*,, semoga sukses

09/10/2024

Semoga berkah

Address

Hong Kong

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when ROSSA posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share