Allahu Akbar

Allahu Akbar 'HIDUPKU MATIKU UNTUK ALLAH'

-KONTEN KREATOR RANDOM
-REUPLOAD KONTEN RANDOM
-VIDEO, REELS, SHORTS RANDOM
-VIDEO DAKWAH, HIBURAN DLL
-FOLLOW TO FOLBACK

Menahan Lapar Setiap Hari, Kakek Penjual Katik Ayam Pulang dengan Upah Hanya Rp5 RibuKakek Saeon (84) harus berjuang dan...
29/09/2025

Menahan Lapar Setiap Hari, Kakek Penjual Katik Ayam Pulang dengan Upah Hanya Rp5 Ribu
Kakek Saeon (84) harus berjuang dan hidup sendirian tanpa istri dan anak di sampingnya. Istrinya meninggal 15 tahun lalu dan selama pernikahan kakek tak dikaruniai anak.
Kakek kini hidup sebatang kara.
Untuk bertahan, kakek membuat katik ayam (alat pemanggang) yang terbuat dari bambu bekas. Hanya 5rb yang didapat.
Kakek Saeon selama ini kakek tinggal dirumah yang kurang layak dan sering bocor, apalagi saat hujan turun, kakek setiap malam harus tidur dengan kedinginan.

Pahitnya Hidup! Lansia Sebatangkara Numpang Hidup di Gubuk Bekas Kandang“Di usia 92 tahun, ia masih berjalan… bukan menu...
29/09/2025

Pahitnya Hidup! Lansia Sebatangkara Numpang Hidup di Gubuk Bekas Kandang
“Di usia 92 tahun, ia masih berjalan… bukan menuju peristirahatan, tapi demi sepiring nasi.”
Langkah kaki itu pelan. Sebatang tongkat kayu menopang tubuh renta yang terus berjalan menantang hidup. Di usia senjanya, saat kebanyakan orang menikmati waktu bersama keluarga, Abah Isron (92) masih harus mengais rezeki demi menyambung hidup demi sesuap nasi.
Setiap hari, Abah menjajakan rempah-rempah dan bumbu dapur, berharap ada yang membeli dagangannya. Ia hidup sendiri, menumpang di sebuah bilik kecil milik kerabat jauh bangunan sederhana yang jauh dari kata layak.
Bilik itu berdiri di samping kandang kambing, dindingnya rapuh, atapnya bocor. Saat hujan turun, air merembes masuk, memaksa Abah menggeser perabotan dan memindahkan pakaian agar tidak basah. Bau dari kandang kambing yang menyengat sudah menjadi bagian dari hari-harinya.

Saat malam datang, ia bertahan dari dinginnya angin hanya dengan selembar kain sarung yang menutupi tubuhnya.

Untuk makan pun tak menentu. Kadang hanya ada nasi dan garam. Kadang, tak ada apa pun selain rasa lapar, pun ketika ia jatuh sakit, tak hanya lantunan doa berharap esok sembuh dengan sendirinya. Karena jika terlalu lama ia sakit, maka selain harus menahan sakit, Abah pun harus menahan lapar. Tak jualan berarti tak punya beras untuk dimasak.
Yang paling menghantui bukanlah lapar atau dingin, tapi kesepian. Abah Isron sering menangis diam-diam, mengenang almarhumah istrinya. Penyesalan terbesarnya adalah tak mampu memberi kehidupan yang layak bagi sang istri hingga akhir hayat.

Ia selalu bermimpi bisa menua bersama, dalam rumah kecil yang nyaman. Tapi takdir berkata lain. Abah kini menjalani hidup sendirian, dalam kondisi yang begitu memprihatinkan.

Tinggal di Saung Reyot! Lansia Tuna Netra Jadi Tukang Pijit Keliling Demi Upah 5 Ribu“Gapapa atuh seikhlasnya aja, aki m...
29/09/2025

Tinggal di Saung Reyot! Lansia Tuna Netra Jadi Tukang Pijit Keliling Demi Upah 5 Ribu
“Gapapa atuh seikhlasnya aja, aki mah yang penting bisa makan, pake apanya mah gak masalah da…”, cerita aki tukang pijat tunanetra yang hidup sendirian di rumah mirip saung
Dengan matanya yang tidak melihat, Aki Bonin tersenyum menawarkan jasa dengan jalan kaki mengelilingi kampung.

“Aki hidup sendiri, bisa bayar seikhlasnya tapi biasanya aki dapat 5 ribu/orang, saya tabung untuk makan besok hari. Makan ikan asin dan sambal sekali sehari saja Aki udah kenyang. Aki juga kumpulin uang buat benerin saung.”, ungkap Aki Bonin yang sudah berusia di atas 60 tahun.
Aki Bonin bertahan hidup hanya dengan menjual jasa pijat, itupun dihargakan SEIKHLASNYA, yang terkadang upah 15 ribu itu untuk 3 orang yang harus di pijat.

Aki meraba-raba tikar lusuh tempatnya berbaring. Pandangannya sudah gelap sejak ia berumur 9 tahun. Seharian ia bekerja hingga larut malam menawarkan jasa pijatnya, dan kembali ke saung tempatnya tinggal, yang hanya beralaskan triplek lapuk dan pondasinya hanya terbuat dari bambu.
Berselimut sarung, Aki berusaha pejamkan mata. Saat hampir terlelap, kucuran air deras tiba-tiba membasahi wajahnya. Hujan deras datang, mengguyur tubuh aki kadang hingga kuyup. Ternyata atap triplek lapuk itu bocor.

Sudah cukup lama aki tinggal di saungnya yang kondisinya sangat parah. Belum lagi, saungnya itu tak miliki kamar mandi, hingga Mbah harus tempuh 1KM ke sungai untuk mandi dan buang air.
Sering kali Mbah terpeleset di perjalanan dan hampir terseret arus, karena tidak tahu ada hujan datang sebelumnya! Ya Allah, selamatkan Mbah yang hanya tinggal sebatang kara ini.

Assalamualaikum
29/09/2025

Assalamualaikum

Tak Gengsi Berjualan Cilok Zahra Berjuang Rawat LansiaLangit hari ini hujan. Cuacanya sedang tidak bersahabat, namun aku...
25/09/2025

Tak Gengsi Berjualan Cilok Zahra Berjuang Rawat Lansia

Langit hari ini hujan. Cuacanya sedang tidak bersahabat, namun aku harus tetap tergesa sep**ang sekolah. Ku terobos air mata langit itu karena ingat nenekku sendirian di rumah, belum lagi atap rumah yang seringkali bocor ketika hujan menerpa.

Perkenalkan, namaku Zahra (14). Sehari-hari, sep**ang dari sekolah aku berjualan cilok dengan gerobak dorong milik oranglain.

Bagiku yang masih di bawah umur ini, belum banyak yang bisa dilakukan untuk mencari rezeki. Apalagi di rumah, nenek yang mengurusku sedari kecil tak berdaya karena sakit. Sehingga, akulah tumpuan nenek dalam kehidupan sekarang ini.

Kak, aku tidak sedih dengan keadaanku saat ini. Aku hanya tahu bahwa hidup ini harus terus dijalani dengan keikhlasan. Banyak cara yang telah aku lewati untuk berjuang. Rupanya, banyak juga yang harus aku relakan dalam kehidupan.

Tetapi, untuk saat ini bukan hanya kesembuhan nenek saja yang kuperjuangkan karena ada p**a cita-cita yang sedang ku ikhtiarkan. Aku ingin menjadi seorang dokter agar bisa membantu sesama ketika sakit dan kesulitan.

Pendapatanku dari berjualan tidaklah besar. Namun aku selalu belajar untuk mensyukuri segala rezeki yang Allah berikan. Selalu ku usahakan agar nenek tidak merasa kelaparan. Jalannya memang tidak mudah, tapi aku selalu mencoba untuk berjuang.

Ingin sekali rasanya seperti temanku yang lain. Menikmati masa kecil dengan kasih sayang dan kecukupan. Meski aku senang dan bangga bisa berjuang merawat nenek tapi akupun ingin mewujudkan cita-citaku menjadi seorang dokter.

Sering Menahan Lapar, Kakek Penjual Katik Ayam Bertahan Hidup Hanya Dengan Upah 5 RibuKakek Saeon (84) harus berjuang da...
25/09/2025

Sering Menahan Lapar, Kakek Penjual Katik Ayam Bertahan Hidup Hanya Dengan Upah 5 Ribu
Kakek Saeon (84) harus berjuang dan hidup sendirian tanpa istri dan anak di sampingnya. Istrinya meninggal 15 tahun lalu dan selama pernikahan kakek tak dikaruniai anak.

Kakek kini hidup sebatang kara.
Untuk bertahan, kakek membuat katik ayam (alat pemanggang) yang terbuat dari bambu bekas. Hanya 5rb yang didapat.
Kakek Saeon selama ini kakek tinggal dirumah yang kurang layak dan sering bocor, apalagi saat hujan turun, kakek setiap malam harus tidur dengan kedinginan.
Link donasi https://sharinghappiness.org/kakeksaeonry?utm_source=explore

Sering Tak Laku, Bapak Penjual Pisang Keliling 15 KM Demi Sesuap NasiSaat menemui bapaknya tengah malam, bapaknya bilang...
25/09/2025

Sering Tak Laku, Bapak Penjual Pisang Keliling 15 KM Demi Sesuap Nasi
Saat menemui bapaknya tengah malam, bapaknya bilang jualan nya dari tadi belum ada yang beli😭
Namanya Pak Azwir (50) setiap hari ia mencari sesuap nasi dengan keliling berjualan pisang agar bisa bertahan hidup. Selama ini ia tinggal sendirian dirumah kontrakan.
Dengan menggunakan gerobaknya ia setiap hari keliling sejauh 15 KM berjualan. Pisang yang dijual nya adalah miliknya, ia beli di pasar dan dijual lagi, satu sisir pisang ia jual dengan harga 13 ribu, dalam satu sisir nya ia hanya mendapat untung 1-3 ribu saja.
Namun, terkadang bapak bingung karena jualan nya sering tak laku. Dari jam 1 siang hingga jam 12 malam setiap hari ia keliling berjualan pisang dengan harapan ada yang beli pisang yang dijualnya.
Hasil jualan nya bapak gunakan untuk membeli mie instan saja karena uang nya tak cukup membeli beras, terkadang bapak harus menahan lapar karena jualan nya belum laku terjual.
Bapak Azwir cerita katanya, dulu sejak tahun 2003 rumah nya kebakaran hingga istri dan anaknya pergi meninggalkan nya tanpa kabar hingga sekarang, terkadang saat berjualan bapak rindu ingin sekali bertemu anaknya. Terkadang ia terpaksa harus tidur di emperan toko karena jualan nya belum laku.
Tak hanya itu bapak pun menderita tumor di bahunya selama 2 tahun ini, yang semakin hari membengkak. Saat berjualan ia sering merasakan sakit namun ia hanya bisa menahan karena tak punya uang untuk berobat.

Jual Gorengan Sampai Malam, Lansia Bungkuk Berjuang Demi Bertahan HidupDi Usia 78 Tahun, Mbah Urep Masih Harus Berjualan...
25/09/2025

Jual Gorengan Sampai Malam, Lansia Bungkuk Berjuang Demi Bertahan Hidup
Di Usia 78 Tahun, Mbah Urep Masih Harus Berjualan Demi Bertahan Hidup
Namanya Mbah Urep. Usianya sudah 78 tahun—usia yang seharusnya diisi dengan istirahat, duduk tenang di rumah bersama keluarga, menghabiskan waktu dengan cucu, atau sekadar beribadah dalam damai. Tapi setiap hari, selepas adzan maghrib berkumandang, Mbah Urep justru bersiap berjalan kaki cukup jauh dari rumahnya menuju tempat berjualan. Sendirian. Di usia senjanya.
Yang dijual Mbah bukan hasil masakannya sendiri. Ia hanya membantu anaknya menjajakan dagangan kecil-kecilan sate usus, gorengan, dan donat. Bukan karena ingin mencari uang untuk pribadi, tapi karena ingin membantu anaknya menutupi kebutuhan keluarga. Karena ekonomi keluarga mereka sedang sangat sulit.
Setiap malam, Mbah berdiri di pinggir jalan. Dengan tangan bergetar, tubuh membungkuk, dan langkah yang semakin berat, beliau tetap menawarkan dagangan dengan suara pelan yang kadang nyaris tak terdengar. Mbah Urep berjualan dari habis maghrib sampai tengah malam. Di saat banyak orang seusianya sudah terlelap, Mbah masih berdiri di bawah langit malam, berharap ada yang membeli.
Namun, tak selalu harapan itu berbuah. Mbah pernah semalaman berdiri, menawarkan dagangan satu per satu, tapi tak ada satu pun yang laku. Tak ada pembeli. Tak ada uang yang dibawa p**ang. Tapi tetap, besok malamnya Mbah datang lagi, dengan semangat yang perlahan mulai terkikis oleh usia dan rasa sakit.
Keuntungan dari setiap potong dagangan yang dijual Mbah hanya sekitar 500 hingga 1.000 rupiah. Jumlah yang sangat kecil. Tapi beliau tidak pernah menghitung itu. “Yang penting laku,” katanya. Bahkan kadang uang yang dikumpulkan tak cukup untuk membayar becak langganannya yang mengantar Mbah p**ang setiap malam. Ongkos becak Rp50.000 itu pun terkadang membuat Mbah terpaksa p**ang dengan langkah lunglai, berjalan pelan-pelan sambil menahan nyeri di punggungnya.
Ya, punggungnya sering sakit. Sakit yang semakin sering dikeluhkan Mbah. Tubuhnya sudah tidak kuat, tidak seharusnya lagi beraktivitas berat. Tapi siapa lagi yang bisa diandalkan, kalau bukan dirinya sendiri?
Mbah Urep tidak meminta belas kasihan. Tapi kita bisa hadir sebagai penguat. Kita bisa menjadi bagian dari cerita Mbah yang lebih baik. Kita bisa membantu agar Mbah tidak perlu lagi menahan nyeri di malam hari demi mencari nafkah kecil-kecilan.
Dengan berdonasi, kita bisa meringankan beban hidup Mbah Urep. Kita bisa bantu biaya transportasi harian, bantu modal usaha untuk anaknya, atau bahkan bantu Mbah untuk benar-benar bisa beristirahat di rumah tanpa harus terus-terusan mengorbankan kesehatan di usia senja.

Sering Gak Makan, Kakek Difabel ini Keliling Jual Kerupuk Sambil MerangkakGa mudah untuk lansia ini harus berjuang menca...
25/09/2025

Sering Gak Makan, Kakek Difabel ini Keliling Jual Kerupuk Sambil Merangkak
Ga mudah untuk lansia ini harus berjuang mencari sesuap nasi dengan keterbatasan fisik yang dimiliki. Kondisi fisiknya ia tak bisa berdiri karena kondisi kaki nya yang tidak normal sejak lahir.
Hidup sendirian, itulah yang dirasakan oleh Kakek Rohim (91) di usia senjanya ia masih harus berjuang mencari sesuap nasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nenek keliling berjualan kerupuk.

Dengan jalan jongkok, setiap hari kakek menawarkan kerupuk yang dijual nya kepada orang yang ditemui nya di jalan. Kerupuk yang dijual nya adalah milik orang ia hanya menjualkan saja.
Kakek Rohim cerita kalau ia jualan dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore. Satu bungkus kerupuk dijual dengan harga 500 rupiah. Jika kerupuk yang dijualnya laku biasanya kakek dapat upah 20 ribu.
Setiap hari kakek keliling sekitar 7-8 KM jualan kerupuk. Walaupun kakek harus merangkak ia harus kuat dan semangat mencari uang demi bisa makan.

Kakek cerita juga ia pernah tak makan selama 2 hari karena kerupuk yang dijual nya tak laku jadi, kakek hanya bisa menahan perut keroncongan nya itu dengan mengganjal dengan air putih.
Saat ini kakek tinggal sendirian dirumah sederhana miliknya. Sebenarnya kakek pernah menikah namun, istrinya sudah meninggal 8 tahun yang lalu sedangkan anak nya sudah menikah dan tak tinggal bersama kakek jadi, kakek lah yang harus berjuang sendirian untuk bertahan hidup.

Bagi sebagian orang, pahlawan adalahmereka yang berjubah. Bagi kita, pahlawanadalah sosok seperti Pak Alvi Noviardi (56)...
24/09/2025

Bagi sebagian orang, pahlawan adalah
mereka yang berjubah. Bagi kita, pahlawan
adalah sosok seperti Pak Alvi Noviardi (56), yang menunjukkan arti pengabdian dan perjuangan dalam diam. Selama 36tahun, Pak Alvi tulus mendedikasikan hidupnya sebagai guru honorer di
Sukabumi. Namun, saat bel p**ang sekolah
berbunyi, perjuangannya belum usai. la
mengambil karung dan memulai pekerjaan mulia keduanya: menjadi pengepul barang bekas. Dengan upah mengajar hanya
Rp10.000 per jam, ia harus mencari
tambahan demi menghidupi kedua
anaknya tercinta, terlebih setelah sang istri
berp**ang. Bagi Pak Alvi, tidak ada rasa
malu. Beliau menganggap bahwa
mengajar dan memulung adalah sama-
sama pekerjaan yang mulia. Kisahnya
adalah sebuah pelajaran tentang martabat kegigihan seorang ayah, dan potret nyata perjuangan para pahlawan tanpa tanda
jasa di negeri ini.

Address

Trans Witihama
Adonara
86262

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Allahu Akbar posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share