Allahu Akbar

Allahu Akbar 'HIDUPKU MATIKU UNTUK ALLAH'

-KONTEN KREATOR RANDOM
-REUPLOAD KONTEN RANDOM
-VIDEO, REELS, SHORTS RANDOM
-VIDEO DAKWAH, HIBURAN DLL
-FOLLOW TO FOLBACK

Allahu Akbar ☝️
07/12/2025

Allahu Akbar ☝️

Tanpa Kedua Kaki, Pak Acep Rela Ngesot Jualan Tisu Menyusuri Jalanan Demi Obati Istrinya “saya mah kerja apa aja, jualan...
07/12/2025

Tanpa Kedua Kaki, Pak Acep Rela Ngesot Jualan Tisu Menyusuri Jalanan Demi Obati Istrinya
“saya mah kerja apa aja, jualan apa aja, yang penting bermanfaat untuk orang. jangan dilihat ini hanya sebagai tisu, apa sih tissue. tapi manfaat dari tissue ini sangat berarti untuk orang yang membutuhkan” - Pak Acep (Difabel)
Suasana setengah mendung hari ini masih bisa membuatnya semangat. Sosok yang lahir tanpa kaki ini memberikan kita pelajaran bahwa memberi bukan hanya bagi mereka yang sempurna, namun keterbatasannya lah yang menggerakan nuraninya
Inilah Pak Acep, Pria Difabel asal Batujajar, Kabupaten Bandung Barat ini adalah seorang penjual tisu dengan kondisi yang tidak sempurna berbeda dengan kebanyakan orang pak acep masih bersemangat untuk mencari nafkah. Setiap hari pak acep berjualan kripik ataupun tisu. jika kerupuknya sudah habis dan belum dikirim lagi oleh supplier pak acep memilih untuk berjualan tisu.
Namun yang membuatnya berbeda dengan para Difabel yang lain adalah rasa sosialnya yang tinggi.
Tak jarang ia berbagi untuk orang sekitarnya yang kurang beruntung seperti orang pada umumnya. Walaupun hanya sedikit, namun nilai berbagi nya lah yang paling penting baginya.
“saya mah kerja apa aja, jualan apa aja, yang penting bermanfaat untuk orang. jangan dilihat ini hanya sebagai tisu, apa sih tissue. tapi manfaat dari tissue ini sangat berarti untuk orang yang membutuhkan” - Pak Acep (Difabel)
Pak Acep berjuang untuk istrinya yang sedang sakit dirumah. Hanya bisa berbaring ditempat tidurnya, walaupun pendapatan dari berjualan tidak tentu Pak Acep berupaya untuk bisa berjuang membahagiakan keluarganya.
setiap hari Pak Acep berjualan menyusuri jalanan sambil menarik gerobak yang diselendangkan ke badan pak acep. Walaupun berat pak acep tetap semangat dan bertahan untuk terus berjuang mencari nafkah.
saat bertemu turunan dijalan, Pak Acep dengan berat harus menahan beban dagangan. sesekali pak acep pernah tertiban dagangannya sendiri karena tidak sanggup menahan beban dagangannya.
walaupun dengan keterbatasannya, pak acep selalu menyisihkan hasil dari jualannya untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
“dalam setiap harta yang kita miliki, ada hak orang lain didalamnya” begitulan yang diucapkan pak acep
ketika bertemu anak jalanan atau lansia dijalanan, pak acep s**a memberi makan yang dibeli dari uang yg disisihkan. pak acep merasa senang ketika melihat senyuman dari anak jalanan atau lansia yang kenyang setelah makan.

“kebahagiaan bagi saya adalah ketika melihat orang yang kita bantu tersenyum. Cukup bagi saya itu adalah kebahagiaan”
Pak Acep selalu berdoa dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada nya. alasan inilah yg membuat pak acep mau untuk berbagi kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Yuk sahabat, sudah berapa banyak nikmat yang kamu syukuri hari ini? Bersama Pak Acep kita berbagi makanan untuk mereka yang mebutuhkan!

Pak Acep ingin bermanfaat lebih banyak untuk masyarakat luas. Maka, yuk bantu pak Acep untuk dapat bermanfaat untuk orang banyak dengan Berbagi Nasi Box Bersama Pak Acep

Assalamualaikum 💥
07/12/2025

Assalamualaikum 💥

Anak Difabel Rela Ngesot dan Jadi Tukang Tambal Ban Demi Rawat Ibu Sakit“Harapanku hanya ingin berjalan lagi dan merawat...
07/12/2025

Anak Difabel Rela Ngesot dan Jadi Tukang Tambal Ban Demi Rawat Ibu Sakit
“Harapanku hanya ingin berjalan lagi dan merawat ibu dengan layak.”
Hari-hari Pak Hoiri (45 tahun), dimulai dengan derit suara tutup drum bekas yang sudah reyot, menggeser tubuhnya pelan ke pinggir jalan Pasar Air Naningan.
Sepuluh tahun lalu, musibah sakit mengubah hidupnya selamanya. Kakinya tak lagi bisa menopang impian, tapi hatinya tetap berjuang untuk sang ibu, Mbah Misriyatun (68 tahun) satu-satunya keluarga yang masih tersisa.
Dengan tangan yang kasar dan penuh luka, Pak Hoiri memompa dan menambal ban bocor pelanggannya. Upah 10 ribu, 20 ribu dikumpulkan untuk membeli obat ibu yang sudah renta dan sakit-sakitan.
"Maaf, Nak, Ibu merepotkan kamu," bisik sang ibu setiap kali melihatnya p**ang dengan baju penuh debu dan keringat. Pak Hoiri hanya tersenyum, meski di balik itu, hatinya hancur. Ia ingin berlari, ingin menggendong ibunya ke dokter, ingin bekerja lebih keras—tapi kakinya hanya diam, seperti nasibnya yang terasa terjebak.
Malam adalah saksi bisu tangisnya. Setiap p**ang kerumah, ia memandangi ibunya tertidur gelisah.
"Bagaimana jika suatu hari aku tak bisa lagi membeli obatnya?" Pikirannya selalu dihantui ketakutan.
Tanpa saudara, tanpa bantuan, hidupnya bagai tambal ban yang terus-menerus bocor—ditelungkupkan oleh waktu dan kesakitan.

Jualan Kerupuk Hingga Dinihari, Meski Letih Kakek Sahli Berjuang Demi Biaya Sekolah Anak “anak tesih sekolah kui tugase ...
07/12/2025

Jualan Kerupuk Hingga Dinihari, Meski Letih Kakek Sahli Berjuang Demi Biaya Sekolah Anak
“anak tesih sekolah kui tugase sinau mas, gak tak bolehin cari kerja, wes gen golek ngelmu wae, bakakek jik kuat”
anak masih sekolah itu tugasnya belajar mas, tidak saya bolehin cari kerja, biar cari ilmu aja, bakakek masih kuat.
Jawab Kakek Sahli, ketika aku menanyakan tentang sang anak yang kini masih sekolah.
Beliau adalah Kakek Sahli di usianya yang akan menginjak 79 tahun, beliau masih semangat berkeliling menjajakan rambak atau kerupuk di sekitaran daerah kota Solo.
Kakek Sahli berjualan mulai dari jam 9 malam sampai 1 dini hari di daerah Kidul Mangkinegaran. Dilanjut jam 2 sampai 4 subuh di depan Gramedia Solo, Jalan Slamet Riyadi. Kalau siang hingga sore biasanya kakek Sahli keliling area Solo Grand Mall dan paginya beliau kerja serabutan.
Fisiknya yang sudah tak lagi muda, terkadang membuatnya sering lelah. Beristirahat mengusap peluh sambil bersimpuh sujud di masjid-masjid terdekat menjadi tempat paling ternyaman untuk Kakek Sahli.

Penghasilan Kakek Sahli tak menentu.
Sebungkus kerupuk yang ia jual hanya dihargai Rp.3000 saja, belum lagi dikurangi biaya distribusi karena mengambil dari produsen di Sukoharjo yang lumayan jauh dari rumah beliau.
Semua pekerjaan beliau lakukan untuk menghidupi istri dan seorang putrinya supaya bisa sekolah, rasa lelah dan sakit yang beliau rasakan tak menjadi menghambat karena beliau ingin melihat anaknya sukses menempuh Pendidikan dan menjadi sarjana.
Kakek Sahli bermimpi bisa memiliki usaha tambahan yang bisa dijalani di rumah dan bisa dibantu sang istri, jualan sembako kecil-kecilan atau membuka warung sederhana yang tentunya bisa menambah penghasilan.

Puluhan Tahun Hidupi Anak Lampuh, Mbah Ngatidjem Rela Jualan Emping Tempuh 15 Km“Mba, tolong beli emping saya..bayar sei...
07/12/2025

Puluhan Tahun Hidupi Anak Lampuh, Mbah Ngatidjem Rela Jualan Emping Tempuh 15 Km
“Mba, tolong beli emping saya..bayar seiklasnya aja gapapa, saya butuh untuk beli makan untuk saya dan anak saya di rumah," ucap Mbah Ngatidjem (80), lansia pedagang keripik emping keliling.
Dengan tongkat kayu seadanya, Mbah terus berjalan menjajakan keripik empingnya hingga menempuh 15 KM. Namun jarang sekali ada yang beli, sehingga Mbah p**ang dengan dagangan yang masih utuh.
Lebih parahnya lagi, Mbah pernah ditipu hingga ratusan ribu, hingga tak punya modal untuk lanjut berjualan.
Emping yang dijual seharga Rp 5.000 oleh Mbah menjadi tumpuan ekonomi dirinya dan anaknya, Suparmi yang mengalami kelumpuhan. Dulu ia tertimpa runtuhan rumah saat gempa di tahun 2006.
Jadi, selain kehilangan tempat tinggal, putri Mbah juga kehilangan kemampuannya untuk berjalan dan sebagian tubuh bagian atasnya juga mengalami kelumpuhan.
Sejak saat itu p**a, Mbah Ngatidjem dan suami berjuang demi merawat Suparmi. Namun, di tahun 2015, suami Mbah Ngatidjem meninggal dunia. Sehingga sampai sekarang, Mbah Ngatidjem berjuang sendiri, mulai dari mencari nafkah hingga merawat anaknya yang bergantung padanya.

Sosok Ali pertama kali diamankan oleh warga sebelum akhirnya di4r4k keliling oleh massa yang sudah terlanjur tersulut em...
07/12/2025

Sosok Ali pertama kali diamankan oleh warga sebelum akhirnya di4r4k keliling oleh massa yang sudah terlanjur tersulut em*si.

06/12/2025

Ku tak tahu

Assalamualaikum
06/12/2025

Assalamualaikum

42 Tahun Rawat Anak Difabel, Mbah Pairah Bertahan Hidup Sebagai Buruh Tani Demi Bisa Makan“Kalau sudah ngamuk, mau nggak...
06/12/2025

42 Tahun Rawat Anak Difabel, Mbah Pairah Bertahan Hidup Sebagai Buruh Tani Demi Bisa Makan
“Kalau sudah ngamuk, mau nggak mau harus saya angkat karena Siman s**a kabur dan ngamuk di rumah tetangga.” - Mbah Pairah

Kasih ibu memang seluas lautan, seperti kasih Mbah Pairah (67) kepada anaknya semata wayangnya.
Meski punggungnya sudah renta dan sakit, Mbah Pairah tetap sabar menggendong Saiman, anak semata wayangnya yang disabilitas.
Memandikan, menyuapi, dan mengeloni Saiman, semua Mbah Pairah jalani, tak ada yang berubah semenjak anaknya balita hingga berumur 42 tahun.

Di rumah kayu yang sudah rapuh, Mbah Pairah seorang diri rawat Saiman, sedangkan suaminya sudah lama meninggal dunia.
“Saya sering teringat Bapak. Dulu kalau anakku ngamuk kita angkat berdua. Kalau Saiman habis ngesot-ngesot di tanah, kita mandikan berdua.”

Kini tersisa Mbah Pairah sendiri berjuang dengan sisa tenaganya.
Mbah Pairah untuk bertahan hidup setiap harinya ia bekerja sebagai buruh tani di ladang atau sawah tetangga dengan upah 20 ribu namun pekerjaan itu tak setiap hari ada, kalau taka da kerjaan ia terpaksa dan anaknya harus menahan lapar.
Seringkali hidupnya terasa berat dan Mbah Pairah ingin menyerah, tapi ia selalu teringat senyuman polos Saiman yang menyemangatinya.

06/12/2025

Bantuan untuk Aceh ♥️

Ibunya Sakit, Bocah 7 Tahun Rela Gantikan Ibu Jadi Pemulung Demi Bisa Sekolah dan MakanKarung besar itu menjadi saksi pe...
05/12/2025

Ibunya Sakit, Bocah 7 Tahun Rela Gantikan Ibu Jadi Pemulung Demi Bisa Sekolah dan Makan
Karung besar itu menjadi saksi perjuangan Keisya, bagaimana tubuh mungil anak usia 7 tahun banting tulang keliling sejauh 5 Km mencari rongsokan yang bisa dijual. Setiap hari Keisya berteman dengan debu jalanan. Berjalan tanpa alas kaki memungut satu persatu sampah yang telah orang-orang buang.
Keisya memulung barang bekas dari jam 1 siang sampai dengan jam 7 malam. Sampah yang kita anggap kotor dan tak berarti, ternyata sangat bernilai di mata Keisya. Jika kita bisa makan dengan mudah, tapi tidak dengan Keisya. Demi bisa makan untuk menghilangkan rasa laparnya, Keisya harus kerja keras menjadi pemulung dengan upah yang tak banyak.
Orangtua Keisya keduanya juga berprofesi sebagai pemulung. Meski usianya sangat belia, pemikiran Keisya sudah terbebani dengan cara mencari uang untuk bertahan hidup.
Uang yang Keisya dapatkan dari mengais sampah tidak didapatkan langsung dalam satu hari, melainkan baru bisa ia dapat setelah satu bulan.
“Ibu sakit kak, Keisya harus bantu Ibu bekerja..” cerita Keisya.
Inilah juga yang membuat Ibu Keisya sejak tahun 2018, terkena penyakit lambung kronis. Akibat dari seringnya tak makan, karena tidak punya uang untuk membeli makanan. Tidak terhitung berapa kali Keisya dan keluarganya terpaksa menahan lapar. Mereka kelaparan.
Keisya yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini mengorbankan sisa waktunya yang bisa dipakai belajar dan bermain untuk membantu orang tua bekerja. Kini berbekal air mineral, Keisya terus berjuang menerjang kerasnya kehidupan.

Address

Trans Witihama
Adonara
86262

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Allahu Akbar posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share