Generasi Milenial

Generasi Milenial Umum

SYEKH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN ILYASBeliau adalah sosok ulama yang cukup di segani di Purwokerto, Mbah Malik semasa hidu...
24/07/2025

SYEKH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN ILYAS

Beliau adalah sosok ulama yang cukup di segani di Purwokerto, Mbah Malik semasa hidupnya memegang dua thariqah besar (sebagai mursyid) yaitu: Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Thariqah Asy-Syadziliyah. Sanad thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah telah ia peroleh secara langsung dari ayah beliau yakni Syaikh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thariqah Asy-Sadziliyah diperolehnya dari As-Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki (Mekkah).

Dalam hidupnya, Mbah Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Shalawat. Beliau tak kurang membaca shalwat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali menghatamkan Al-Qur’an. Adapun shalawat yang diamalkan adalah shalawat Nabi Khidir AS. Atau lebih sering disebut shalawat rahmat, yakni

“Shallallah ‘ala Muhammad.”

Dan itu adalah shalawat yang sering beliau ijazahkan kepada para tamu dan murid beliau. Adapun shalawat-shalawat yang lain, seperti shalawat Al-Fatih, Al-Anwar dll.
Beliau juga dikenal sebagai ulama yang mempunyai kepribadian yang sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian dari akhlaq yang melekat pada diri beliau. Sehingga masyarakat Purwokerto dan sekitarnya sangat menghormatinya.

Beliau dikenal berhubungan baik dengan para ulama besar umumnya, Mbah Malik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Soleh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bilfaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Probolinggo), KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Hamid bin Yahya (Sokaraja, Banyumas) dan lain-lain.
Pada, 21 Jumadil Akhir 1400 H (17 April 1980 M).
Beliau meninggal, dan dimakamkan di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto

Alfatihah.

ENAM BULAN HAPAL QURANUlama asal Banten yang terkenal sangat gemar mengaji ini menghapalkan Quran cukup dalam waktu 6 bu...
19/07/2025

ENAM BULAN HAPAL QURAN

Ulama asal Banten yang terkenal sangat gemar mengaji ini menghapalkan Quran cukup dalam waktu 6 bulan. Tapi sebelumnya, beliau sudah melazimkan khataman Quran setiap hari selama 4 bulan. Beliau tercatat sebagai salah satu dari sedikit ulama yang mengimami shalat tarawih dengan satu kali khataman Quran 30 juz.

Beliaulah al-alim al-allamah Abuya Muhammad Dimyathi bin Muhammad Amin, pendiri Pondok Pesantren Roudhotul Ulum Cidahu Pandeglang Banten. Hingga kini, semangat mengaji dan tirakat beliau masih dilestarikan di sana.
Semoga kita bisa menteladaninya.






Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau dikenal Gus Miftah, menjanjikan umrah dan mengganti uang Ahmad Zuhdi, guru M...
19/07/2025

Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau dikenal Gus Miftah, menjanjikan umrah dan mengganti uang Ahmad Zuhdi, guru Madrasah Diniyah (Madin) Roudhotul Mualimin, Demakn, Jawa Tengah, yang dituntut membayar Rp 25 juta karena m3n4mp4r muridnya yang m3l3mp4r sandal.

Awalnya, Miftah menawarkan Zuhdi untuk renovasi rumah atau umrah, namun Zuhdi memilih umrah bersama istrinya. Dia juga memberikan uang tunai Rp 25 juta sebagai pengganti denda yang ditujukan kepada Zuhdi, meskipun setelah negosiasi hasil denda menjadi Rp 12,5 juta.
Semoga kiranya menjadi motifasi bagi umat sekalian 🙏

Ngaji itu sangat penting Semoga kita Mendapatkan Berkah Beliau Semoga Yang Hpnya Di Lewati Foto ini amal ibadah hari ini...
19/07/2025

Ngaji itu sangat penting
Semoga kita Mendapatkan Berkah Beliau
Semoga Yang Hpnya Di Lewati Foto ini amal ibadah hari ini di terima Allah Dan Hajat panjenengan di ijabah Allah dan Berikan Kemudahan Segala Urusan Rejeki Lancar Barokah. Amin







Wajah Pilu Guru MadinMenjual motor demi menebus tuntutan denda Wali MuridDi tengah perjuangan mencerdaskan generasi bang...
18/07/2025

Wajah Pilu Guru Madin
Menjual motor demi menebus tuntutan denda Wali Murid

Di tengah perjuangan mencerdaskan generasi bangsa, seorang guru madrasah (madin) di Ngampel, Karanganyar, Demak harus menelan kenyataan pahit. Niat membina siswa justru berujung tuntutan hukum dari wali murid. Tamparan yang dilakukan sebagai bentuk pembinaan malah dibalas dengan tuntutan denda sebesar Rp25 juta. Mirisnya lagi, sang guru terpaksa menjual motor satu-satunya demi memenuhi kewajiban tersebut. Ini bukan sekadar soal hukum, tapi tentang bagaimana penghormatan terhadap guru semakin tergerus. Di mana letak keadilan untuk mereka yang mengabdikan diri tanpa pamrih.

Betul apa betul???
17/07/2025

Betul apa betul???

Fakta yang blm banyak yang tau
14/07/2025

Fakta yang blm banyak yang tau

KETURUNAN SUNAN GUNUNG JATIUrutan keturunan Sunan Gunung Jati jika didasarkan pada usianya adalah sebagai berikut: (1) R...
09/05/2025

KETURUNAN SUNAN GUNUNG JATI

Urutan keturunan Sunan Gunung Jati jika didasarkan pada usianya adalah sebagai berikut:

(1) Ratu Winaon, lahir pada tahun 1477. Lahir dari Nyai Kawunganten

(2) Pangeran Sebakingkin (Mulana Hasanudin), lahir pada 1479 dari Nyai Kawunganten

(3) Pangeran Jayakelana, lahir pada 1486 dari Syarifah Bagdad

(4) Pangeran Bratakela (Pangeran Gung Anom), lahir pada 1489 dari Syarifah Bagdad

(5) Ratu Ayu, lahir pada 1492 dari Rara Tepasan

(6) Muhamad Arifin (Pangeran Pasarean), lahir pada 1493, dari Rara Tepasan

“Kyai Kampung Tersingkir Di Tengah Menjamurnya Ustadz Rasa Seleb Bertarif Ratusan Juta”===========================Bebera...
12/04/2025

“Kyai Kampung Tersingkir Di Tengah Menjamurnya Ustadz Rasa Seleb Bertarif Ratusan Juta”
===========================
Beberapa waktu lalu saya sempat melihat dan membaca salah satu postingan status, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) di akun media sosial instagram beliau, mengenai pengalaman mengenal banyak Kiyai dengan latar profesi dan mapan secara ekonomi. Mulai dari yang berprofesi sebagai pedagang, penulis hingga sebagai petani
Mbah Fadhol, merupakan sosok Kiyai kampung Kecamatan Pamotan Rembang, yang keseharian diisi dengan bekerja sebagai petani menggarap sawah hingga fisik kini tidak lagi mendukung. Tapi, meski usia sudah sepuh, Kyai Fadlol masih sanggup mengajar ngaji dan membaca kitab "Ihya-u 'Ulumiddin" karya Imam Ghazali tanpa kacamata
Sekilas bagi masyarakat yang melihat dari tampilan sederhana dan bersahaja termasuk ketika berada di sawah, mungkin tidak akan menyangka kalau beliau seorang Kiyai. Sosok Kiyai Fadlol mungkin satu dari sekian banyak kiyai kampung di Indonesia, meski memiliki keilmuan dan pemahaman keagamaan mendalam, tapi tetap memilih hidup bersahaja dan rendah hati.
Tampilan, sikap, prilaku dan tutur kata dalam keseharian apa adanya, tapi tetap berwibawa. Mereka, Kiyai kampung jauh dari kesan formalistik dengan atribut keagamaan melekat untuk menunjukkan diri sebagai kiyai atau ulama yang perkataan dan perbuatan patut diikuti dan diteladani, sebagaimana dilakukan kebanyakan ustad seleb ketika diundang dan tampil berdakwah melalui media televisi
Jauh dari kesan hidup mewah dan glamor, dikawal layaknya raja, memilik pengikut dan jamaah fanatik secara berlebihan, dielu elukan setiap tampil mengisi pengajian dalam banyak kesempatan, layaknya ustad seleb. Kiyai kampung juga tidak menerima honorarium, menerima bayaran atau sponsor setiap memenuhi undangan mengsis pengajian
Padahal dengan keilmuan dan pengaruh dimiliki sebagai Kiyai, semua itu bisa saja dilakukan dan didapatkan dari jamaah. Tapi mereka menyadari bahwa berdakwah tidak semata untuk tujuan mengejar materi, popularitas dan dikenal banyak orang. Dakwah juga tidak sekedar menceramahi jamaah dengan mengutip dalil, ayat Al-Qur'an dan hadits nabi, tapi harus dibarengi dengan contoh dan keteladanan
Dakwah dilakukan kebanyakan Kiyai kampung sebagai bagian dari upaya menggugah kesadaran dan kesalehan spiritualitas masyarakat sebagai seorang hamba dengan sang Pencipta maupun kesalehan sosial dengan sesama manusia, membangun hubungan baik dan persaudaraan, melalui bahasa dakwah sederhana, mudah diterima dan meneduhkan. Bukan caci maki, provokasi dan permusuhan, sebagaimana dilakukan beberapa ustad seleb dan karbitan yang belakangan mulai banyak berseliweran
Kalau berkunjung ke pesantren di daerah pedesaan atau perkampungan, dengan mudah bisa kita temukan bagaimana Kiyai kampung biasa mengisi acara pengajian, tampil bersahaja mengenakan sarung, sebagai ciri khas seorang santri dan Kiyai kampung, tanpa pengawalan, mengajar dan mengisi pengajian dari kampung ke kampung, dari masjid, satu menuju masjid lain, tanpa mengharapkan imbalan
Dengan kedalaman ilmu keagamaan, kebijaksanaan, motode dan pendekatan dakwah diterapkan, Kiyai kampung terbukti mampu menggugah kesadaran dan menciptakan keharmonisan di tengah masyarakat, tanpa menimbulkan perselisihan dan mempermasalahkan perbedaan.
Materi dakwah disampaikan juga dengan mudah bisa diterima masyarakat. Tidak heran meski seorang Kiyai telah meninggal. Sosok Kiyai termasuk Ilmu yang pernah diajarkan tetap melekat dan dijadikan panutan masyarakat
Berbeda misalkan dengan sebagian penceramah dan ustad pendatang yang belakangan mulai banyak berseliweran di media televisi maupun melalui kanal jejaring media sosial seperti YouTube.
Ceramah disampaikan tidak jarang menimbulkan kontroversi dan meresahkan masyarakat. Materi dakwah cendrung tidak sehat, provokatif, Sara dan mengandung ujaran kebencian terhadap tokoh atau kelompok lain yang tidak disukai, jauh dari ajaran dan nilai - nilai keagamaan
Lebih parah, materi dakwah belakangan juga sudah mulai ditarik dan ditumpangi kepentingan politis meraih kekuasaan dengan mengutif potongan ayat Tuhan yang dinilai menguntungkan sebagai pembenaran dan memainkan isu Sara. Sehingga dimunculkanlah isu pemimpin anti dan pro agama Islam, kriminalisasi ulama, isu PKI dan beberapa isu lain.
Ceramah tidak sehat dan provokatif dari ustad seleb dan karbitan tersebut kemudian seringkali menimbulkan perselisihan dan polarisasi di tengah masyarakat, terutama masyarakat yang malas membaca dan melakukan croscek atas informasi diterima dalam bentuk teks maupun vidio, sangat mudah terprovokasi dan menjadi pelaku penyebaran berita bohong, main share dan copy paste
Pelabelan Islam radikal, komunis, pancasilais dan tidak pancasilais di antara sesama masyarakat merupakan puncak dari ceramah kontroversi dan provokatif ustad karbitan yang kalau meminjam bahasa Prof. Mahfud MD ustad macam itu sebenarnya tidak faham agama, tidak pernah ngaji. Ngajinya hanya dari majalah, media sosial YouTube, Facebook dan Twitter.
Kondisi tersebut diperparah dengan kecendrungan sebagian masyarakat, terutama generasi milenial, lebih senang mengikuti, mengutip, mempertontonkan dan menyebarkan ceramah ustad seleb dan karbitan, dengan materi dakwah yang tidak jarang tidak sehat dan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Tayangan beberapa media juga senang menghadirkan ustad, lebih karena sisi hiburan untuk dikomersilkan daripada penceramah yang memang benar - benar memahami ajaran agama secara lebih mendalam.
Mulai bermunculannya penceramah model tersebut tidak bisa dibiarkan, selain tidak sehat juga bisa menjadi ancaman keberlangsungan kehidupan berbangsa, dengan kondisi masyarakat Indonesia yang demikian beragam dan plural.
Organisasi moderat seperti NU dan Muhammadiyah sudah saatnya mulai semakin banyak tampil dan memainkan peran, menghadirkan dan mengetengahkan ceramah menyejukkan melalui para Kiyai atau ulama tua maupun muda terutama di media sosial, sehingga masyarakat bisa tercerahkan.
- kholifah...
Untuk guru dan kyai-kyai kita, lahum al fātihah ...

Sang MursyidAbah Anom yang sejak muda tidak makan daging dan selalu minum air putih itu memang disiapkan ayahnya untuk m...
28/12/2024

Sang Mursyid

Abah Anom yang sejak muda tidak makan daging dan selalu minum air putih itu memang disiapkan ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan thariqah di Suryalaya.

Selepas pendidikan dasar di sekolah dan pesantren orangtuanya, pada tahun 1930 Abah Anom memulai pengembaraan menuntut ilmu agama Islam secara lebih mendalam.

Diawali dengan mengaji ilmu fiqih di pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu alat dan balaghah di pesantren Jambudipa Cianjur.

Setelah dua tahun di Jambudipa ia melanjutkan mengaji pada ajengan Syatibi di Gentur Cianjur dan ajengan Aceng Mumu di pesantren Cireungas Sukabumi yang terkenal dengan penguasaan ilmu hikmahnya pada 2 tahun berikutnya.

Kegemaran akan ilmu silat dan hikmah kemudian diperdalam di pesantren Citengah Panjalu yang diasuh oleh Ajengan Junaidi, seorang ulama ahli ilmu alat dan hikmah.

Kematangan ilmu Abah Anom di usia 19 tahun diuji dengan kepercayaan yang diberikan oleh Abah Sepuh untuk membantu mengasuh pesantren Suryalaya sampai beliau wafat pada tahun 1956 dalam usia 120 tahun.

Dua tahun sebelum wafat Abah Sepuh mengangkat Abah Anom menjadi wakil talqinnya, kemudian menjadi mursyid penuh Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah sekaligus pengasuh pesantren menggantikan Abahnya yang mulai sakit-sakitan.

Manajer Handal Beban tanggung jawab yang begitu berat tertumpu dibahunya di usianya yang baru menginjak 41 tahun, menenggelamkan Abah Anom ke dalam samudera riyadhah. Kecintaannya kepada pesantren, thariqah dan umat melarutkan hari-harinya dalam ibadah, tarbiyah dan doa.

Sepanjang sisa hidupnya Abah Anom hampir tidak pernah tidur, demikian cerita salah satu keponakan Abah Anom yang pernah mengabdi di rumahnya.

Di luar kegiatan ibadah mahdlah, mengajar dan kunjungan, Abah Anom menghabiskan seluruh waktunya dengan melakukan dzikir khafi. Setiap kali kantuk menyerang, Abah Anom segera berwudhu dan shalat sunah lalu melanjutkan dzikirnya.

AMALAN BULAN ROJAB Sebentar lagi masuk bulan Rojab . Jangan lupa Baca Amalan Ini di dalam nya Semoga Bermanfaat Bagi yan...
28/12/2024

AMALAN BULAN ROJAB
Sebentar lagi masuk bulan Rojab . Jangan lupa Baca Amalan Ini di dalam nya Semoga Bermanfaat Bagi yang mengamalkannya

Kisah pusaka Jaka Tingkir,...Raja Pajang Jaka Tingkir merupakan murid Sunan Kalijogo pemilik pusaka Kiai Bajulgiling yan...
22/12/2024

Kisah pusaka Jaka Tingkir,...
Raja Pajang Jaka Tingkir merupakan murid Sunan Kalijogo pemilik pusaka Kiai Bajulgiling yang dikawal buaya.
Jaka Tingkir dalam pelafalan bahasa Jawa menjadi Joko Tingkir sangat dikenal luas dalam sejarah Nusantara. Bahkan, peninggalannya di Desa Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah terkenal dengan Punden Tingkir yang ramai dikunjungi masyarakat.

Siapa sangka, Jaka Tingkir merupakan sosok yang memiliki kesaktian dan kedigdayaan hingga melegenda di tanah Jawa. Kisah-kisah tentang Jaka Tingkir terus berkembang di tengah masyarakat, tak lepas dari pusaka ikat pinggang atau timang Kiai Bajulgiling.

Pusaka Kiai Bajulgiling didapatkan Jaka Tingkir dari gurunya Ki Buyut Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro. Konon dikisahkan, pusaka Kiai Bajulgiling dibuat Ki Buyut Banyubiru dari biji baja murni yang diambil dari dalam gumpalan magma lahar Gunung Merapi dan kulit buaya.

Dengan kekuatan gaibnya, bijih baja murni itu oleh Ki Banyubiru dibuat menjadi pusaka. Berdasarkan Babad Jawi dan Babad Pengging, kekuatan gaib yang dimiliki Kiai Bajulgiling yakni siapa yang memakai ikat pinggang Kiai Bajulgiling maka akan kebal dari benda tajam dan ditakuti binatang buas

Tuah kesaktiannya itu berasal dari kekuatan alami yang dimiliki oleh inti biji baja murni itu sendiri, juga karena adanya kekuatan rajah berkekuatan gaib yang diguratkan Ki Banyubiru di seputar timang berkulit buaya tersebut.

Kekuatan dan keampuhan ikat pinggang Kiai Bajulgiling beberapa kali dialami dan dibuktikan sendiri oleh Jaka Tingkir. Sebelum berguru ke Ki Banyubiru, Jaka Tingkir atau Mas Karebet ini, pernah juga berguru ke Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Selo.

Setelah berguru kepada Ageng Selo, dan Sunan Kalijogo, Jaka Tingkir lalu disuruh untuk mengabdi ke Keraton Demak Bintoro. Di Kesultanan Demak ini Jaka Tingkir melamar sebagai pengawal pribadi.

Bersambung






Address

Ajibarang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Generasi Milenial posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share