28/06/2024
ARISTOTELES DI TEPI DANAU.
Di tepi danau yang tenang, dengan air yang berkilauan diterpa cahaya matahari sore, Aristoteles dan muridnya Timos duduk di sebuah bangku kayu. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma segar dari pepohonan di sekitar. Namun, kesedihan tampak jelas di wajah Timos itu, air matanya mengalir tanpa henti.
Aristoteles: "Nak, ada apa? Aku melihat hatimu terluka dalam."
Timos: "Guru, aku kehilangan Ayahku minggu lalu. Dia adalah pahlawanku, orang yang selalu mengajarkanku tentang kehidupan. Sekarang dia sudah tiada, dan aku merasa seperti separuh jiwaku hilang."
Aristoteles: "Aku sangat berduka mendengarnya. Kehilangan seorang ayah adalah salah satu cobaan terbesar dalam hidup. Namun, di balik setiap kehilangan, ada pelajaran berharga yang bisa kita petik."
Timos: "Apa yang bisa aku pelajari dari kehilangan ini, Guru? Rasanya hanya ada kesedihan dan kehampaan."
Aristoteles: "Biarkan aku menceritakan sebuah kisah. Lihatlah danau ini, begitu tenang dan damai. Namun, beberapa tahun yang lalu, terjadi badai besar yang menyebabkan air danau ini meluap dan merusak banyak hal di sekitarnya. Banyak yang hilang saat itu, mulai dari tanaman, dan masih banyak tumbuhan lainnya, dan orang-orang merasa putus asa. Tapi setelah badai berlalu, mereka mulai melihat sesuatu yang luar biasa."
Timos: "Apa yang mereka lihat, Guru?"
Aristoteles: "Mereka melihat bahwa air yang meluap telah membawa nutrisi baru ke tanah di sekitarnya. Tanaman dan Tumbuhan-tumbuhan yang layu mulai tumbuh kembali dengan lebih subur dan kuat. Badai yang menghancurkan ternyata juga membawa kehidupan baru. Kehilangan yang mereka alami membuat mereka lebih menghargai dan merawat tanah dan air yang ada."
Timos: "Jadi, maksud Guru, kehilangan Ayahku bisa membawa sesuatu yang baik?"
Aristoteles: "Ya, Nak. Kehilangan mengajarkan kita untuk menghargai nilai sejati dari apa yang kita miliki. Saat Ayahmu masih ada, mungkin kita tidak selalu menyadari betapa berharganya setiap nasihat, setiap pelukan, setiap momen bersamanya. Kini, dengan kehilangan ini, kamu belajar untuk tidak menganggap remeh orang-orang yang masih ada di sekitarmu."
Timos: "Tapi, bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpa Ayah?"
Aristoteles: "Lihatlah danau ini lagi. Meskipun badai telah berlalu dan meninggalkan luka, danau ini tetap ada dan bahkan tanah menjadi lebih subur. Ayahmu akan selalu menjadi bagian dari dirimu, seperti danau yang menyimpan kenangan dari setiap tetes air yang pernah jatuh di dalamnya. Dengan mengingat dan menghargai kenangan bersamanya, kamu akan menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup."
Timos: "Aku merasa sangat sulit, Guru. Setiap tempat mengingatkanku pada Ayah."
Aristoteles: "Itulah yang membuat kenangan begitu berharga, Nak. Setiap tempat, setiap momen bersama Ayahmu, adalah bukti betapa dia mencintaimu dan betapa pentingnya dia dalam hidupmu. Kehilangan ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai orang-orang yang masih ada di sekitar kita, untuk mencintai mereka dengan sepenuh hati, karena kita tidak pernah tahu berapa lama kita bisa bersama mereka."
Timos: "Aku mengerti, Guru. Aku akan berusaha untuk lebih menghargai dan mencintai keluargaku dan teman-temanku yang masih ada."
Aristoteles: "Itulah pelajaran terbesar dari kehilangan, Nak. Kehilangan mengajarkan kita tentang cinta, tentang menghargai setiap momen, dan tentang kekuatan untuk melanjutkan hidup dengan kenangan yang indah di hati kita."
Dengan kata-kata bijak dari Gurunya, Timos merasa hatinya mulai sembuh. Mereka duduk di tepi danau, melihat matahari terbenam, dan merasakan damai yang perlahan-lahan mengisi hati mereka. Melalui kehilangan, mereka belajar untuk lebih menghargai dan mencintai orang-orang yang masih ada, menyadari bahwa setiap momen adalah anugerah yang harus disyukuri.👇👇
(Aristoteles filsuf Yunani kuno)