
03/08/2025
📌 Kisah seorang pria paruh baya bernama Hafiz, yang tinggal kolong jembatan menyedot perhatian.
➡️ Hafiz adalah mantan dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan ( THT ) lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ~ Ia pernah menimba ilmu hingga ke luar negeri dan hidup di Italia selama bertahun-tahun > namun kini memilih tinggal di Kolong jembatan kawasan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, selama sembilan tahun terakhir.
➡️ Sehari-hari, ia banyak menghabiskan waktunya dengan beribadah di masjid hingga dini hari ~ Bukan karena tak punya rumah atau harta, pria asal Jember ini memilih meninggalkan pekerjaan, yayasan pendidikan, apotek > hingga kehidupannya yang dulu mapan, dan memutuskan menepi dari dunia setelah kehilangan istri dan anak semata wayangnya ~ Kepergian sang istri yang dicintainya menyisakan luka yang tak kunjung sembuh.
➡️ Belum kering duka ditinggal sang istri, Hafiz harus berhadapan dengan kenyataan hidup lainnya > saat putra semata wayangnya meningg4l dunia dalam kec3lak4an.
🔘 " Istri m3ningg4l habis itu anak kuliah mau wisuda di Jerman, pulang ke Indonesia belum sampai ke rumah kec3l4k4an dan m3ningg4l. Nah dari situ saya frustr4si, " ~ katanya dengan nada sendu.
➡️ Kehilangan dua orang tersayang dalam waktu berdekatan membuat Hafiz merasa hampa ~ Ia merasa tidak lagi punya alasan untuk bertahan dalam kehidupan yang dulu ia bangun dengan penuh perjuangan.
➡️ Rasa frust4si membuatnya merasa apa yang ia miliki terasa kurang, hingga memutuskan menyerahkan yayasan pendidikan yang ia kelola kepada saudara angkatnya.
➡️ Ia sempat pergi ke Cianjur, namun tidak betah. Kemudian menghabiskan hari-hari di Singapura dengan berkumpul bersama teman dokternya, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia ~ Meski hidup jauh dari kenyamanan, Hafiz merasa lebih damai di tempatnya sekarang > Ia menyebut hidupnya lebih tenang dan bebas dari ambisi yang dulu membebani pikirannya.
➡️ Ia masih menjalani aktivitas dasar seperti makan dan bersosialisasi dengan warga sekitar ~ Namun kini ia lebih memilih hidup dalam kesederhanaan dan menerima keadaan yang datang padanya.
➡️ Di gubuk kecil di kolong jembatan yang dibangunnya dengan bantuan warga kini bukan sekadar tempat tinggal ~ Di sanalah Hafiz menemukan kembali makna hidup dalam sunyi, jauh dari hiruk-pikuk dunia, namun lebih dekat dengan dirinya sendiri.
🔘 " Saya sudah siapkan segalanya, saya siap. Karena Allah yang membawa saya ~ Apa gunanya saya salat 5 waktu, 24 jam hidup untuk-Nya, kalau saya tidak siap menghadapi m4t1 ? ~ Inna Sholati Wanusuki Wamahyaya Wamamati Lillahi Robbil Alamin, " ujarnya lirih.