
20/05/2025
Jalur Sutera Uzbekistan
Alhamdulillah di akhir Syawal ini saya berkesempatan mengunjungi Asia Tengah. Melintasi jalur sutera sebagai pusat peradaban dan perdagangan dunia di masa lalu. Dari Kuala Lumpur kita dàpat menempuh penerbangan langsung selama 7,5 jam hingga sampai di Taskent, ibukota Uzbekistan. Negara bekas Uni Soviyet ini berpenduduk lebih 37 juta dengan 12 Provinsi (disebut viloyat) dan 1 republik otonom.
Uzbekistan sebagai pusat Asia Tengah menjadi destinasi penting bagi yang ingin melancong atau berziarah di jalur sutera.
Tasken sendiri adalah kota tua yang usianya lebih 2000 tahun. Memiliki sejarah yang panjang dan penaklukan sejak masa Persia. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa Taskent dahulu terdiri dari rumah rumah tanah liat serta menjadi salah satu pusatnya Asia Tengah. Kota ini pun pernah dilanda beberapa kali gempa di masa lalu. Salah satunya Gempa tahun 1966 dengan magnitudo 5,2 SR dengan Taskent sebagai episentrumnya.
Gempa besar tahun 1966 itu telah membuat sebagian besar Taskent hancur lebur. Pemerintah Uni Sofyet kemudian membangun kembali Taskent dari titik nol dengan arsitektur khas Rusia.
Makanya bila kita melihat tatanan Taskent sekarang menjadi sangat modern. Pohon pohon rindang bejajar rapi sepanjang jalan. Ruas jalanan pun sangat lebar. Bangunan rumah, ruko, perkantoran tertata sangat apik. Kotanya sangat bersih.
Peradaban dunia antara Barat dan Timur bertemu disini. Terutama bagi pertukaran barang, transportasi, pedagang, pencari ilmu, maupun traveller dunia.
Uniknya, di Uzbekistan, sebagai negeri Timur dan bekas komunis mereka punya prinsip dan karakter yang kuat. Terutama dalam menolak hegemoni Barat. Masyarakatnya disiplin dan kuat. Di jalan jalan kita sulit menemukan sampah, terutama botol plastik. Lampu jalan juga banyak menggunakan solar panel. Jadi nyaris tak ada kabel listrik bergelantungan.
Kelihatan mereka memakai listrik sangat hemat. Malam hari hatta di hotel sekalipun banyak lampu dimatikan. Di sepanjang jalan besar, terdapat spbu untuk benzin dan gas saling selang seling dan berdekatan.
Di sepanjang perjalanan darat dari Taskent ke Samarkand terdapat lahan pertanian dengan kebun kebun strawbery yang sangat lezat. Tampak selain gas bumi, agro industri menjadi salah satu penghasilan warganya. Rumah rumah berjejer tanpa putus di tepian jalan tol.
Makanan lokal seperti shamsa, pilav, serta daging jadi pilihan di berbagai restauran di Uzbekistan. Berbagai pilihan wisata seperti Imam Bukhari, pendiri Mazdhab Ahlulssunnah, Imam Maturidi, Keponaan Nabi, Ibnu Abbas, Syeh Bahauddin, pendiri Thareqat Naqsyabandi serta kota Samarkand dan Bukhari masih menjadi destinasi favorit di Uzbekistan.
Sayangnya, meski populasi muslim 80 persen lebih, tapi mereka masih mengalami pengaruh komunis yang cukup kental. Pelajaran agama dan alquran tidak boleh lagi di sekolah. Termasuk larangan memakai jilbab di sekolah, kampus dan perkantoran pemerintah.
Penulis, Azwir Nazar (Tgk Turki) Pengasuh di Medrese Cahaya Aceh.