04/07/2025
๐ณ Sejarah Penamaan Lhoksukon versi Pocut Arini Lestari
Pada zaman dahulu kala, di ujung utara Pulau Sumatera, terhamparlah sebuah negeri yang subur dan kaya raya. Sungai-sungai jernih mengalir membelah hutan belantara, dan gunung-gunung menjulang gagah perkasa.
Di tengah-tengah negeri ini, hiduplah masyarakat yang ramah dan bijaksana, mereka hidup dalam harmoni dengan alam.
Di tepi sebuah sungai besar yang berkelok-kelok, terdapat sebuah cekungan tanah yang sangat dalam. Penduduk setempat menyebutnya "Lhok", sebuah sebutan untuk area perairan yang dalam.
Lhok ini sangat istimewa karena di tengah-tengahnya, tumbuhlah sebatang pohon sukun raksasa yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Daunnya rindang, buahnya lebat, dan akarnya menancap kuat seolah menopang bumi.
Pohon sukun ini bukan sembarang pohon. Diyakini, buah sukun dari pohon inilah yang menjadi cikal bakal sumber pangan utama masyarakat sekitar saat itu. Setiap musim panen, pohon itu tak pernah absen menghasilkan buah-buah sukun berkualitas tinggi, menjadi penyelamat di kala paceklik, dan simbol kemakmuran di kala berlimpah.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan Lhok yang dalam dengan pohon sukun raksasa di tengahnya menjadi penanda penting bagi para pedagang dan penjelajah yang melintas. Mereka akan selalu berkata, "Mari kita menuju ke Lhok, di mana pohon sukun itu tumbuh kokoh." Lambat laun, frasa tersebut disingkat menjadi "Lhoksukon".
Nama itu kemudian melekat erat, tidak hanya untuk menyebut lokasi Lhok dan pohon sukunnya, tetapi juga untuk seluruh perkampungan yang tumbuh di sekitarnya.
Lhoksukon menjadi pusat perdagangan, tempat berkumpulnya berbagai suku, dan simbol kemakmuran yang tak lekang oleh waktu. Hingga kini, nama Lhoksukon tetap lestari, menjadi pengingat akan Lhok yang dalam dan pohon sukun perkasa yang menjadi awal mula segalanya.