21/11/2025
'JANGAN BIARKAN HATI MENJADI INSTAN"
Ketika masih belajar di kota Tarim, Yaman, saya beberapa kali datang ke Masjid Al-Fath karena ada rutinan pengajian yang diadakan di sana. Salah satu hal yang berkesan, di masjid tersebut tersimpan tasbih peninggalan Imam Al-Haddad.
Kita bisa melihat dari balik lemari kaca, sebuah tasbih berwarna coklat kayu, dengan diameter yang agak besar dibandingkan biasanya. Tasbih itulah yang digunakan sang Imam berzikir ribuan kali setiap hari.
Zaman dulu belum ada tasbih digital, yang cukup klik dengan ujung jari maka angka berganti. Namun justru di sanalah keuntungannya. Zikir memakai untaian biji tasbih seperti itu lebih menghadirkan rasa. Karena kita dengan penuh kesadaran memegangnya, memutar, dan menghitung.
Tasbih digital mengurangi pengalaman itu, karena semua sensasi tersebut digantikan dengan klik saja. Tentu jadi terlalu mudah dan menyebabkan kesadaran melemah.
Fenomena ini sejalan dengan prinsip _effort heuristic,_ bahwa semakin besar usaha kita, semakin besar nilai yang kita rasakan.
Hal yang sama terjadi pada kajian online, jika dibandingkan dengan datang langsung ke masjid atau majelis taklim.
Saat kita hadir langsung dan duduk di tengah-tengah majelis, adab pasti terjaga. Kita datang tepat waktu, duduk dan mendengarkan dengan khusyuk. Wajar jika ilmu yang kita terima tak cepat hilang.
Bedakan saat mengikuti kajian secara online. Kadang kita melakukannya sambil rebahan, sambil scroll medsos, bahkan sambil makan. Akibatnya ilmu yang kita terima cepat datang dan cepat p**a pergi. _Easy come, easy go!_
Kemudahan teknologi memang anugerah, namun kehadiran hati tetap saja lebih penting daripada alat.
Imam Al-Haddad tak hanya menghitung zikir. Beliau merasakan setiap butir tasbih sebagai jejak langkah menuju ridha Ilahi. Setiap gesekan kayu di jemarinya adalah doa yang begitu dalam, setiap putaran adalah pengakuan akan kelemahan diri.
Maka, meski dunia kini serba instan, jangan biarkan hati kita ikut instan p**a. Gunakan teknologi sebagai sarana saja. Alat boleh modern, tapi adab tak boleh luntur. Hati tetap harus hadir, meski jari hanya menekan layar.
_Dari hati, untuk hari ini._
Alamat Menulis