11/03/2016
siagaindonesia.com - Bercermin pada Peradaban, Lelaku Peka Rasa
Seperti biasanya, Sinau Bareng Maiyah Rebo Legi, yang diselenggarakan pada Selasa, 1 Maret, 2016 pukul 20.30 WIB di Beranda Masjid An Nur Kampus Polinema. Jl. Soekarno Hatta no 9, Kota Malang, gayeng, santai dan tetap menarik untuk disimak.
Malam beranjak kian larut. Seperti di malam Rebo Legi sebelum-sebelumnya, sejak pukul 20:30 jamaah mulai berdatangan lalu mengambil tempat duduk melingkar. Ada yang unik pada pertemuan kali itu, cuaca begitu cerahnya padahal selama beberapa hari sebelumnya, Malang diguyur hujan sepanjang hari hingga malam. Relegi bertambah semarak dengan kedatangan cukup banyak rekan muda dari luar kota, dari Surabaya, Kediri, Magelang hingga Blitar. Sungguh satu hal yang patut disyukuri, bagaimana Allah memperjalankan mereka dari tempat-tempat yang cukup jauh ke Malang dan bertatap muka dengan sesamanya dalam forum yang kecil sederhana.
Acara malam itu diawali dengan pembacaan Al Qurâan bersama-sama dan diikuti Wirid Wabal dipandu oleh Faqih Qodril dan Muslich Adym. Tema yang diangkat malam itu adalah Lethologica: Bahasa Cermin Peradaban. Prayogi Saputra, atau lebih dikenal dengan sapaan Cak Yogi, memulai forum dengan pancingan soal bahasa. Menurutnya, pada jaman Nabi Ibrahim, bahasa pergaulan (lingua franca) yang digunakan dalam keperluan diplomasi antar bangsa serta perdagangan internasional adalah bahasa Akkadia. Bahasa Akkadia/Aram kuno adalah bahasa yang dituturkan di wilayah Mesopotamia, tempat tinggal Ibrahim. Nabi Ibrahim besar di lingkungan Babilonia (Irak) yang dalam perjalanan kenabian harus terusir dari kampung halamannya menuju Palestina. Terusirnya Nabi Ibrahim tak lain dan tak bukan dikarenakan kisah penghancuran berhala yang berujung pada pembakaran dirinya. Masa itu tercatat sebagai puncak Peradaban Babilonia. Salah satu indikasinya adalah penggunaan bahasa Akkadia secara luas.
Cak Yogi melanjutkan penuturannya bahwa setelah Nabi Ibrahim berada di Palestina, beliau melanjutkan perjalanan menuju Mesir. Ketika Ibrahim menyeberang ke Mesir, Ibrahim telah cakap berkomunikasi dengan Firaun (Raja Mesir Era jaman Ibrahim bukan Firaun jaman Musa) dengan bahasa Akkadia.
Di Mesir, Ibrahim menikah dengan Hajar, seorang putri dari Raja Mesir. Dari Hajar kemudian lahir Ismail. Gen Ismail kelak akan menurunkan Muhammad. Sementara dari Sarah â istri pertama Ibrahim â lahir Ishaq. Ishaq memiliki anak Yaqub. Anak keturunan Yaqub inilah yang sekarang dikenal sebagai Bani Israel. Gen Ishaq merupakan garis keturunan yang menurunkan Musa dan Isa. Musa adalah pembawa risalah Taurat, agamanya disebut Yahudi. Isa dianugerahi Injil yang agamanya disebut Nasrani. Sedang Muhammad sebagai Nabi akhir zaman membawa risalah Al Quran yang agamanya disebut Islam. Penyempurna ajaran pendahulunya.
Taurat merupakan kitab yang berbahasa Ibrani. Berdasar sejarah maka dapat disimpulkan bahwa Ibrani berakar dari bahasa Akkadia.Taurat sendiri terdiri dari 5 kitab. Kitab Kejadian, di bahasa Latindiesbut Genesis, Kitab Keluaran(Exodus), Kitab Imamat (Leviticus), Kitab Bilangan (Numerii) dan Kitab Ulangan (Deuteronomium). Sementara Injil yang sekarang terangkum dalam bible merupakan kitab berbahasa Suryani (Suriah). Biblemerangkap perjanjian lama (Old Testament) dan perjanjian baru (New Testament). Perjanjian lama dalam Injil merupakan kitab yang menerangkan tentang Taurat. Betapa jelas benang merahnya bahwa ketiga agama tersebut berakar dari keturunan yang sama Ibrahim. Dan memiliki satu ajaran pokok yakni tuntunan untuk mengamalkan monotheisme, tauhid.
Simpulan sederhana paparan awal ini adalah bahwa Bahasa Akkadia merupakan puncak dari kejayaan Babilon. Peradaban yang amat terkenal dengan taman gantungnya yang kini terdaftar sebagai salah satu keajaiban dunia. Taman gantung simbol persembahan Cinta Raja kepada permaisurinya yang konon berasal dari Nusantara, Ratu Amuhia.
Melompat ke era yang lebih kekinian, Bahasa Inggris sekarang menjadi puncak dari kejayaan Inggris. Kalau dirunut jauh sebelum bahasa Inggris meluas, tepatnya sebelum bergulirnya Perang Dunia II, bahasa pergaulan antar negara kala itu adalah bahasa Perancis. Sementara sesudah jatuhnya Perang Dunia II English mulai mencuri perhatian. Amerika Serikat dan Australia adalah negara besar simbol puncak peradaban Inggris. Karena keduanya adalah bagian dari keturunan Inggris. Bukti nyata bahwa Amerika Serikat juga merupakan bagian dari Inggris adalah aturan tak tertulis bahwa presidennya harus memiliki kriteria yakni berkulit White, berketurunan Inggris, Anglo Saxon dan beragama Protestant. Selama 44 kali pemilu USA bergulir, kriteria tersebut hanya dipatahkan oleh John F. Kennedy yang Katolik dan Barrack Obama yang berkulit hitam.
Dari sekilas kisah sejarah ini, tergambar ringan bahwa peradaban Islam sendiri berkembang mulai dari bahasa Akkadia Ibrahim, kemudian Ibrani Musa, bahasa Suryani Isa hingga seperti yang kita kenal sekarang yaitu Arab Muhammad.
Majapahit juga Melayu
Tak hanya menyinggung peradaban âbuleâ Internasional. Cak Yogi, yang juga dikenal sebagai penulis buku Spiritual Journey: Pemikiran dan Permenungan Emha Ainun Nadjib, juga menyikut banyak perihal Peradaban Kuno Nusantara. Peradaban yang terwakili dari cerita Majapahit. Majapahit di berbagai serat kuno disebutkan menggunakan bahasa Sanskerta dalam pemerintahannya. Sanskerta atau Sanksrit merupakan bahasa yang digunakan pada masa Jawi Kawi (kuno). Pertanyaan besarnya adalah apakah Sanskerta benar-benar dari India? Ataukah India hanya bangsa yang mempopulerkan bahasa Sanskerta?
Pertanyaan tersebut timbul dari berbagai fakta sejarah. Pertama, bangsa India merupakan bangsa pedalaman yang hanya memiliki akses ke satu pelabuhan besar yang terpandang dalam perdagangan Internasional yakni di pantai sekitar Gujarat. Sementara Nusantara atau yang dulu dikenal sebagai Dwipantara (kepulauan antara) memiliki banyak pelabuhan Internasional. Sebut saja Malaka, Sunda Kelapa serta pelabuhan yang menyebar di timur wilayahnya. Ada begitu banyak jalur laut Internasional yang mendiami pulau kawasan Nusantara.
Empu Walmiki menulis cerita yang menggambarkan kondisi sosial yang seolah terjadi di tanah Nusantara. Cerita yang melegenda itu ditulis dengan bahasa Sanskerta, bertajuk Ramayana. Sanskerta sendiri menyebar hingga Sulu Filipina, Asia Tenggara dan Asia Selatan, bahkan diduga sampai di kawasan Asia Timur tepatnya di Taiwan. Bahasa Sanskerta disebut sebagai bahasa kuno yang memiliki struktur menakjubkan oleh ahli bahasa kenamaan Eropa Sir William Jones. Ia menyatakan bahwa bahasa Sanskerta lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya.
Sementara bahasa Jawa yang kita kenal dewasa ini, yang terdiri dari Krama Inggil (halus), Madya (biasa) dan Ngoko (kasar) dan digunakan di seantero Jawa Timur dan Jawa Tengah sudah jauh berbeda dengan bahasa Jawa Kawi periode masa lampau.
Kenapa Islam Bahasa Arab?
Paparan awal disampaikan dengan runut oleh Cak Yogi yang telah lama olah kanuragan dengan beragam sumber buku. Kini tiba masa di mana Cak Fuad memberikan siraman keindahan rangkaian kalimatnya. Siraman tersebut senantiasa tersemat dengan indah dalam bait Sirah Nabawiyah.
Pada masa kecil, Rasulullah dikirim ke pedesaan. Pengiriman ini terjadi ketika ia masih dalam masa menyusui atau kisaran usia 2 tahun. Pengiriman ini merupakan bagian dari tradisi masyarakat Arab pra Islam. Lalu timbul pertanyaan, apa alasan yang melatar belakangi munculnya tradisi tersebut? Sejarah mencatat bahwa ada dikirimnya Rasulullah ke pedesaan itu memiliki beberapa alasan, di antaranya :
1. Untuk dididik menjadi anak yang fasih berbahasa. Bahasa di desa berbeda dengan bahasa di kota besar sekelas Makkah. Bahasa di desa adalah bahasa murni dan sumber utama bahasa Arab berada di desa. Jaman itu ketika seorang ahli bahasa hendak membuat kamus maka salah satu ukuran apakah kata tersebut bagian bahasa murni atau tidak adalah dengan memvalidasinya bilakah kata tersebut digunakan oleh suku Badui atau tidak. Suku Badui merupakan penduduk yang menetap di desa.
2. Desa memiliki lingkungan yang lebih baik. Sopan santun dan tata krama di desa lebih terjaga sehingga mampu mendorong mentalitas perkembangan anak ke arah yang lebih baik.
3. Menjadikan badan kuat dan sehat. Lingkungan baik tidak hanya menyoal tentang perilaku. Desa memiliki lingkungan baik dalam artian mempunyai udara yang bersih serta makanan yang menyehatkan.
4. Sumber lain yang memperkaya alasan di balik pengiriman anak Arab ke desa adalah bahwa para suami ingin agar para istri tetap melayaninya secara khusus tanpa gangguan dari anaknya.
Cak Fuad kemudian memberi contoh tentang kisah salah satu khalifah bani Abasiyah bernama Malik Ibnu Marwan. Malik ini pernah memperbandingkan kedua anaknya. Anak pertama bernama Alkhan tidak ia kirim ke desa dengan alasan putranya itu agak rentan sakit. Sementara anak keduanya bernama Sulaiman ia kirim ke desa. Hasilnya, ternyata Sulaiman memiliki kefasihan bahasa yang lebih tinggi dibanding Alkhan. Kefasihan tersebut diyakini adalah imbas dari pendidikan yang ada di lingkungan pedesaan.
Bahasa Arab versus Bahasa Jawa.
Salah satu alasan lain mengapa Islam turun dalam bahasa Arab barangkali juga karena kekayaan kosa katanya. Sama halnya dengan Bahasa Jawa, Bahasa Arab juga sangat kaya akan kosakata. Misalnya kata memukul dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Jawa banyak sekali variasinya, antara lain ngampleng, nabok, ngaplok, nempiling, nonyo, nggepuk, ngeplak dan lain sebagainya, dalam Bahasa Arab pun juga demikian.
Apabila Bahasa Jawa memiliki tingkatan seperti Krama Inggil, Madya dan Ngoko sementara bahasa Arab tidak memiliki gradasi tingkatan semacam itu. Yang lebih kuat dalam bahasa Arab adalah pengucapan, pilihan kata, susunan bahasa serta ada unsur balaghoh. Unsur utama lain yang juga ada pada bahasa Arab adalah keaslian kata. Keaslian kata adalah cermin tingkat intelektualitas serta kefasihan pada ...