Amel

Amel dont forget share like and follow

hawanya pengen tidur twerus
22/12/2025

hawanya pengen tidur twerus

hujan hijan gini enaknya pijit pijitan
09/12/2025

hujan hijan gini enaknya pijit pijitan

Baaaamg beliin cilook doonk...
09/12/2025

Baaaamg beliin cilook doonk...

Kalau jualan sepi rasanya pengen menyerah tapi kebutihan memaksaku harus kuat....
09/12/2025

Kalau jualan sepi rasanya pengen menyerah tapi kebutihan memaksaku harus kuat....

Kalau aku jualan jamu kamu mau beli jamu apa ?
09/12/2025

Kalau aku jualan jamu kamu mau beli jamu apa ?

Kira kira beras Rp 60.000/kilo itu beras apa ya gaes... ada yang tau .. atau ada yang pernah makan?
09/12/2025

Kira kira beras Rp 60.000/kilo itu beras apa ya gaes... ada yang tau .. atau ada yang pernah makan?

hujan pagi pagi.. adeeem guys..
09/12/2025

hujan pagi pagi.. adeeem guys..

Selamat masak kawan kawan
09/12/2025

Selamat masak kawan kawan

PART II RAMUAN KOPI PENAMBAH STAMINA  # # # Part 2: Pagi yang Masih PanasSubuh baru saja berkumandang. Hujan sudah reda,...
05/12/2025

PART II
RAMUAN KOPI PENAMBAH STAMINA
# # # Part 2: Pagi yang Masih Panas

Subuh baru saja berkumandang. Hujan sudah reda, hanya tinggal rintik-rintik kecil yang menetes dari atap. Di dalam kamar kayu yang masih bau keringat dan nafsu, Amel terbangun pelan karena ada sesuatu yang hangat dan keras menggesek paha bagian dalamnya.

Matanya masih setengah terpejam, tapi ia langsung tersenyum nakal. Ardi belum tidur sama sekali. Lelaki itu hanya berbaring di sampingnya, tangan kanannya sudah merayap lagi ke buah dada Amel, jempolnya mengelus puting yang masih sensitif dari malam tadi.

“Mas… masih belum puas ya?” bisik Amel serak, suaranya habis karena terlalu banyak mengerang semalam.

Ardi tak menjawab dengan kata. Ia hanya menatap mata Amel dengan pandangan lapar, lalu menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka berdua. Cahaya pagi yang samar menyelinap dari celah jendela, membuat kulit Amel tampak semakin putih dan bekas-bekas merah di leher, dada, dan pahanya terlihat jelas.

Ardi menunduk, mencium pelan bibir Amel yang masih bengkak. Ciumannya lembut dulu, seperti minta maaf karena terlalu ganas semalam. Tapi tak lama kemudian lidahnya sudah menyelinap masuk, bertarung lagi dengan lidah Amel yang langsung menyambut.

Sambil berciuman, tangan Ardi turun ke bawah selimut, langsung menemukan tempat yang masih basah dari sisa-sisa malam. Jari tengahnya menyelinap masuk dengan mudah, disambut dinding yang langsung mengencang.

“Mas… aku masih pegel semua…” keluh Amel di sela ciuman, tapi pinggulnya malah menggerakkan sendiri mengikuti irama jari Ardi.

“Pegel tapi masih mau, kan?” goda Ardi, menambah satu jari lagi, menggerakkannya lebih cepat.

Amel hanya bisa mengangguk lemah, matanya sudah berkaca-kaca karena nikmat yang kembali membanjir.

Tiba-tiba Ardi menarik jarinya, membuat Amel mengeluh kecewa. Tapi sebelum ia protes, Ardi sudah membalikkan tubuhnya, menarik pinggul Amel tinggi-tinggi hingga posisi doggy. Amel menoleh ke belakang, rambutnya yang lepas dari ikatan menutupi sebagian wajahnya.

“Mas… pelan ya, aku masih lemes…” pintanya manja.

Ardi hanya mengangguk, lalu menunduk dulu. Ia mencium punggung Amel dari atas ke bawah, lidahnya menelusuri tulang belakang istrinya hingga ke bawah. Saat lidahnya menyentuh bagian paling belakang, Amel langsung menjerit kecil dan tubuhnya bergetar.

“Mas! Jangan di situ… malu…”

Tapi Ardi malah semakin nakal. Ia menahan pinggul Amel yang mencoba kabur, lalu lidahnya bermain di sana, menjilat pelan, memutar, bahkan menyelinap masuk sedikit. Amel langsung lemas, lututnya gemetar, tangannya mencengkeram sprei hingga putih.

Setelah puas menggoda, Ardi baru bangun, memposisikan diri di belakang. Ia menggosok-gosokkan ujung miliknya di bagian depan Amel dulu, menggoda hingga Amel menggeliat dan memohon.

“Mas… masukin… aku udah nggak tahan…”

Dengan satu dorongan pelan tapi dalam, Ardi masuk sepenuhnya. Amel langsung mendesah panjang, kepalanya terdongak ke atas. Ardi mulai bergerak pelan dulu, menikmati setiap gesekan, setiap kontraksi dinding Amel yang masih sensitif.

Tapi tak lama kemudian ritmenya semakin cepat. Tangan Ardi meraih rambut panjang Amel, menariknya pelan ke belakang seperti tali kekang. Amel semakin liar, pinggulnya membalas setiap dorongan dengan gerakan maju-mundur yang ganas.

“Mas… lebih keras… aku mau lagi…” erang Amel tanpa malu lagi.

Ardi melepaskan rambutnya, lalu meraih kedua tangan Amel, menariknya ke belakang hingga tubuh Amel melengkung indah. Ia menghantam lebih dalam, lebih cepat, suara benturan kulit terdengar keras di kamar yang sunyi.

Amel mencapai puncak pertama pagi itu dengan jeritan yang tertahan di bantal. Tubuhnya bergetar hebat, cairan hangat membasahi paha Ardi. Tapi Ardi belum selesai. Ia terus bergerak, bahkan setelah Amel lemas dan hanya bisa pasrah digoyang.

Baru setelah Amel klimaks untuk ketiga kalinya pagi itu, Ardi akhirnya melepaskan segalanya di dalam. Ia ambruk di atas punggung Amel, napas mereka sama-sama tersengal.

Beberapa menit mereka diam begitu saja, hanya saling mendengar detak jantung yang masih kencang.

Amel akhirnya berbalik pelan, memeluk Ardi erat-erat, wajahnya berseri-seri meski badannya pegal semua.

“Mas… kopi Mbok Samin itu aku beli banyak. Satu kilo,” bisiknya sambil tertawa kecil.

Ardi mencium kening Amel, lalu tertawa pelan.

“Mending kita buka warung kopi aja, Mel. Namanya ‘Kopi Stamina Mas Ardi’. Pasti laris manis.”

Amel mencubit perut suaminya manja.

“Enggak boleh! Kopi itu cuma buat aku seorang.”

Di luar, matahari mulai terbit. Di dalam, mereka berdua masih saling peluk, tahu bahwa hari ini (dan mungkin beberapa hari ke depan) mereka takkan keluar dari kamar terlalu sering.

Kopi Mbok Samin memang benar-benar mujarab.

Cerita explisit khususs 18+😂RAMUAN KOPI PENAMBAH SETAMINAPintu kamar sudah ditutup rapat. Hanya cahaya lampu minyak keci...
05/12/2025

Cerita explisit khususs 18+
😂

RAMUAN KOPI PENAMBAH SETAMINA

Pintu kamar sudah ditutup rapat. Hanya cahaya lampu minyak kecil di sudut yang menyelinap, membuat bayangan mereka menari di dinding bambu.

Ardi tak langsung menindih Amel. Malam ini ia ingin menikmati setiap jengkal tubuh istrinya yang sudah terlalu lama ia abaikan.

Ia meletakkan Amel perlahan di atas dipan, lalu duduk di sampingnya. Matanya tak lepas dari tubuh telanjang yang terbentang di hadapannya: kulit putih bersih, buah dada yang naik-turun cepat karena napas tersengal, pinggang ramping, dan segitiga hitam lembut di antara paha yang sedikit terbuka karena malu.

“Cantik banget kamu, Mel…” bisik Ardi serak, jari kasarnya mulai menyapu dari p**i Amel, turun pelan ke leher, lalu ke tulang selangka. Amel menggigit bibir bawahnya, mata setengah terpejam.

Jari Ardi terus turun, mengelus sisi buah dada kiri tanpa langsung menyentuh putingnya. Ia menggoda, mengelilingi ar**la yang sudah mengeras itu berkali-kali, sampai Amel menggeliat dan menggerakkan dada mencari sentuhan lebih.

“Mas… jangan digituin…” keluh Amel manja, suaranya sudah bergetar.

Ardi malah tersenyum kecil. Baru kemudian ia menunduk, bibirnya menyentuh puting kiri Amel dengan lembut, hanya kecupan kecil dulu, lalu lidahnya menari pelan di ujungnya. Amel langsung mendesah panjang, tangannya otomatis mencengkeram rambut Ardi.

Satu puting ia hisap perlahan, gigit pelan, tarik sedikit dengan bibir, lalu pindah ke yang satunya. Tangan kanannya tak diam, meremas buah dada yang sedang tidak dihisap, jempolnya menggosok-gosok puting hingga Amel menggeliat hebat dan pinggulnya mulai bergoyang sendiri di atas kain kasur.

“Mas… aku sudah basah banget…” bisik Amel malu-malu, wajahnya memerah.

Ardi menarik diri sebentar, menatap wajah Amel yang sudah penuh nafsu. Lalu tangannya turun perlahan, melewati perut rata, sampai ke bagian yang sudah banjir itu. Jari tengahnya langsung menyentuh kelentit Amel yang sudah membengkak, menggosok pelan dari atas ke bawah, lalu memutar perlahan.

“Aaaahhh… Mas!” Amel menjerit kecil, pinggulnya terangkat otomatis.

Ardi tak berhenti. Ia memasukkan satu jari perlahan ke dalam, merasakan dinding hangat yang langsung mengencang menyambutnya. Lalu ia tambah satu jari lagi, menggerakkannya masuk-keluar pelan sambil ibu jarinya tetap menggosok kelentit dengan ritme yang semakin cepat.

Amel sudah tak bisa diam. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama jari Ardi, suara “ngik-ngik” basah terdengar jelas di kamar yang sunyi. Tangan kirinya mencengkeram sprei, tangan kanannya meremas dada sendiri karena tak tahan.

“Mas… aku mau keluar… aku mau…” erang Amel, tubuhnya menegang.

Ardi malah menghentikan gerakan jarinya tepat saat Amel hampir sampai puncak.

“Belum, Mel. Malam ini aku mau kamu keluar di aku, bukan di jari,” bisiknya nakal.

Amel membuka mata, wajahnya sudah merah padam karena hampir klimaks tapi ditahan. Ia langsung menarik leher Ardi, menciumnya ganas, lidah mereka saling bertemu dan bertarung.

Sambil berciuman, tangan Amel turun ke selangkangan Ardi, meraih benda keras yang sudah menegang sejak tadi. Ia mengelus panjang dari bawah ke atas, lalu memainkan ujungnya dengan ibu jari. Kini giliran Ardi yang mendesah keras di dalam mulut Amel.

“Mel… kamu nakal banget malam ini…” katanya terputus-putus.

Amel hanya tersenyum di sela ciuman, lalu mendorong Ardi telentang. Kini gilirannya yang berada di atas. Ia menunduk, rambut panjangnya menggelitik dada Ardi, lalu bibirnya turun… turun… sampai ke perut, lalu lebih bawah lagi.

Saat bibir Amel menyentuh ujung milik Ardi, lelaki itu langsung menggeram keras dan mencengkeram sprei. Amel memandang ke atas dengan mata menggoda, lalu lidahnya mulai menari, dari bawah ke atas, memutar di ujung, lalu memasukkan perlahan… semakin dalam… semakin cepat.

Ardi sudah tak bisa berpikir jernih. Pinggulnya terangkat sendiri mencari lebih dalam ke mulut Amel. Tapi sebelum ia sampai, Amel berhenti, naik lagi ke atas, lalu memposisikan diri tepat di atas milik Ardi.

“Dua bulan aku nunggu ini, Mas…” bisik Amel serak.

Lalu ia turun perlahan… sangat perlahan… merasakan setiap sentimeter yang masuk mengisi kekosongan yang sudah terlalu lama ia tahan.

Saat akhirnya seluruhnya masuk, keduanya mengeluarkan erangan panjang bersamaan.

Dan barulah malam itu benar-benar dimulai, dengan hujan di luar yang semakin deras, dan api di dalam yang tak pernah padam sampai fajar menyingsing.

Address

Jalan Sodetan
Semarang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Amel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share