Angelick Vaulina TV

Angelick Vaulina TV Culture, Folklore, History
Sharing Konten Sejarah Mengagumkan Nusantara

18/12/2025

Narasi lapangan dari Pak Nanang (juru pelestari / polsus c***r budaya) menyorot konsistensi motif “lima” dari teras, bentuk batuan, hingga orientasi lanskap yang konon “menghadap” serangkaian lima gunung yang sebaiknya dikaji lebih lanjut: apakah ini kebetulan geomorfologis, pemilihan ritus, atau pewarisan simbolik?
Dalam pengamatan lapangan, terdapat fenomena batu yang menghasilkan bunyi ketika diketuk disebut “batu gamelan”yang membunyikan nada yang sering dikaitkan dengan tangga nada tradisional Sunda (da-mi-na-ti-la)

17/12/2025

Narasumber : Dr. Ali Akbar (arkeolog, UI)

Situs Gunung Padang di Cianjur kembali menjadi fokus penelitian karena temuan lapisan stratigrafi yang kompleks. Menurut Dr. Ali Akbar (arkeolog, UI) dan tim, penggalian mengidentifikasi empat lapisan budaya—setiap lapisan menunjukkan perbedaan susunan batu dan intervensi manusia. Menariknya, pada lapisan budaya ke-4, tim mencatat kemunculan batu-batu bundar berbentuk seperti batu kali yang dipindahkan dari aliran sungai, yang mengindikasikan bahwa material penyusun tidak semata-mata diambil dari permukaan bukit itu sendiri melainkan didatangkan dari sumber lain. Temuan ini menyiratkan praktik teknik pembangunan dan logistik yang lebih rumit pada masa lalu daripada yang selama ini diperkirakan.struktur masih dalam kajian multidisiplin; data arkeologi, geofisika, dan penanggalan harus dikombinasikan untuk rekonstruksi yang lebih andal









14/12/2025

Menurut narasumber lapangan, Kang Yoyo, setelah puncak Seren Taun dilaksanakan, tradisi lanjutan berupa selametan rasulan dilakukan keesokan harinya. Dalam prosesi ini, 9 ayam putih dipotong, dan nasi rasul khusus dimasak sebagai bagian dari selamatan. Hidangan ini kemudian dibagikan kepada warga lokal pada malam hari. Masyarakat setempat meyakini bahwa nasi rasul membawa berkah spiritual sehingga sering dibawa pulang dan tidak dimakan habis sebuah praktik yang memperlihatkan bagaimana nilai sosial, simbolik, dan religius berkait erat dalam tradisi pangan dan upacara adat.

12/12/2025

Kampung Adat Kuta di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan sebuah komunitas adat yang masih mempertahankan hukum tradisional dan kearifan lokal secara turun-temurun. Masyarakat di sini memegang teguh pandangan bahwa lahan kampung merupakan tanah suci, sehingga tidak diperkenankan ada makam atau kuburan di dalamnya. Jenazah yang meninggal harus diarak dan dimakamkan di luar area kampung adat, sesuai amanat leluhur dan aturan pamali yang berlaku. Larangan ini bukan semata-mata simbolisme, tetapi memiliki fungsi ekologis dan kultural: menjaga kesucian tanah kampung dari kontaminasi jasad manusia serta memelihara lingkungan hidup dan keseimbangan hubungan manusia dengan alam sekitar. Aturan tersebut mengakar kuat dalam pandangan masyarakat yang memadukan nilai budaya adat dan kepercayaan spiritual sebagai pedoman hidup kolektif.

11/12/2025

Narasumber : Dr. Lutfi Yondri.M.Hum
Arkeolog Badan Riset inovasi Nasional (BRIN)

Dalam sejarah nasional Indonesia era klasik, istilah "agama kotor" bukanlah istilah formal atau akademis, melainkan sebuah frasa yang digunakan dalam catatan kuno, khususnya oleh musafir Tiongkok bernama Fa-Hien, untuk merujuk pada kepercayaan lokal masyarakat pribumi. Istilah ini berasal dari catatan perjalanan Fa-Hien, seorang biksu Buddha dari Tiongkok yang singgah di Kerajaan Tarumanegara (Jawa Barat) sekitar abad ke-5 Masehi.
Dalam catatannya, Fa-Hien menyebutkan adanya tiga jenis keyakinan di wilayah tersebut: Hindu, Buddha, dan "agama kotor". Para ahli sejarah menafsirkan "agama kotor" yang dimaksud oleh Fa-Hien adalah kepercayaan asli masyarakat setempat yang belum terpengaruh oleh budaya atau agama dari India, seperti animisme (kepercayaan terhadap roh) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan gaib). Penggunaan kata "kotor" lebih mencerminkan sudut pandang atau bias budaya Fa-Hien, yang membandingkan kepercayaan lokal dengan agama mapan (Hindu-Buddha) yang dikenalnya, dan bukan merupakan istilah deskriptif yang netral secara historis Jadi, "agama kotor" adalah cara pandang asing pada masa itu untuk menyebut sistem kepercayaan tradisional nenek moyang bangsa Indonesia.

10/12/2025

Kerusakan hutan di Indonesia semakin parah. Di Aceh, 8.906 hektare hutan hilang hanya dalam setahun, menyebabkan banjir bandang, longsor, dan rusaknya DAS. Saat hutan ditebang, air tidak lagi terserap, tanah mudah runtuh, dan bencana menjadi tidak terhindarkan.
Jawa Barat juga kritis. Dedi Mulyadi menyebut hanya 20% hutan yang masih berfungsi, sementara sisanya rusak akibat alih fungsi dan penebangan. Kondisi ini mengancam jutaan penduduk. Padahal leluhur di Tanah Sunda sudah memahami pentingnya menjaga air dan lanskap. Prasasti Batu Tulis mencatat bagaimana Prabu Siliwangi membangun parit, aliran sungai, dan telaga sebagai sistem pengendalian banjir dan pengelolaan air. Pemikiran ekologis ini sejalan dengan sistem hutan adat Sunda hutan titipan, tutupan, dan garapan—yang menjaga resapan air dan mencegah bencana.

07/12/2025

Keseruan luar biasa hari ini bersama Bule Barbie yang mencoba masak di dapur Sunda tradisional!
Awalnya dia sudah siap masak pakai kompor modern, eh ternyata di dapur Sunda gak ada gas, langsung kaget dan celingukan cari tombol kompor. 🤭🔥

Tantangan berikutnya lebih lucu lagi—dia harus ngulek sambal!
Bule Barbie yang biasanya semuanya serba praktis, kali ini harus mengulek manual. Hasilnya? Bukan cuma sambalnya yang pedas… tawanya juga pedas banget! 🤣🌶️

Momen lucu, spontan, dan penuh kejutan—benar-benar pengalaman yang bikin hari cerah!

06/12/2025

Telapak kaki Batari Hyang di Galunggung merupakan salah satu tinggalan budaya yang dikaitkan dengan tradisi religius Sunda Kuno. Jejak ini terukir pada batuan vulkanik tua yang terbentuk dari aktivitas Gunung Galunggung. Analisis geologi dasar menunjukkan bahwa batu tempat pahatan tersebut mengalami proses pelapukan fisik dan kimia selama berabad-abad, sehingga tekstur dan kedalaman ukirannya mencerminkan interaksi antara proses alam dan teknik pembuatan pada masa lalu.

Dalam kajian arkeologi dan antropologi kepercayaan, figur Batari Hyang dipahami sebagai representasi perempuan ilahi atau entitas sakral yang berhubungan dengan kesuburan, perlindungan, dan kekuatan alam pegunungan. Jejak telapak kaki dianggap sebagai petanda suci (hierofani), yaitu simbol kehadiran makhluk adikodrati di suatu tempat. Fenomena serupa ditemukan di berbagai situs megalitik di Nusantara, yang menegaskan pentingnya jejak kaki sebagai media legitimasi spiritual.



04/12/2025

Panjang teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung.” sebuah pikukuh (amanat adat) masyarakat orang Kanekes atau Baduy yang menegaskan prinsip tidak mengubah bentuk-bentuk alami dan fungsi ekosistem yang ada. Menurut tokoh adat (kokolot) seperti Ayah Mursid, ungkapan ini bukan sekadar etika sosial, melainkan pedoman praktis untuk menjaga keseimbangan lingkungan: menahan praktik ekstraktif dan perubahan bentang alam yang dapat memicu erosi, longsor, dan banjir.
Dari perspektif mitigasi bencana, kearifan lokal orang Kanekes atau Baduy termasuk larangan dan tata guna lahan tradisional—berkontribusi pada pengurangan risiko banjir dan longsor di Hulu sungai melalui konservasi hutan, pengaturan erosi, dan pemeliharaan fungsi resapan air. Studi-studi akademik menunjukkan bahwa norma-norma adat seperti ini efektif sebagai strategi lokal untuk ketahanan lingkungan

02/12/2025

Berdasarkan riset dan dokumentasi yang dilakukan oleh Kimung — budayawan, peneliti, sekaligus penggiat karinding instrumen seperti karinding dan harpa mulut (Jew’s-harp type) tidak hanya muncul sebagai “alat musik tradisional” dalam arti kontemporer, tetapi sebagai bagian dari warisan budaya kuno Nusantara (Sunda). Sejumlah besar varian diperkirakan “1169” jenis menunjukkan keberagaman lokal yang kaya dan adaptasi historis terhadap lingkungan dan kehidupan agraris.
Karinding, yang terbuat dari bambu atau pelepah kawung, dahulu berfungsi sebagai alat untuk mengusir hama di sawah. Seiring waktu, fungsi ini berubah: bunyinya, yang bergantung pada rongga mulut dan gerakan bibir maupun jari, mulai dipahami sebagai ekspresi musikal. Penelitian etnomusikologis mencatat transformasi ini, dari fungsi utilitarian ke estetis, ritual, bahkan komoditas budaya

Fakta bahwa ada ratusan, bahkan ribuan varian — menurut narasumber seperti Kimung — memperkuat hipotesis bahwa seni musik melalui instrumen semacam karinding mungkin telah berkembang jauh sebelum pembentukan negara-negara modern, bahkan di era pra-sejarah Nusantara atau daerah leluhur seperti “Sundaland.” Jika benar, hal ini menegaskan bahwa musik tradisional bukan sekadar artefak lokal, melainkan bagian dari sejarah panjang difusi budaya manusia.
Dengan demikian, karinding bukan hanya benda musik — tetapi sumber wawasan antropologis, historis, dan kultural yang mengakar jauh dalam kehidupan masyarakat agraris, identitas Sunda, dan warisan global. Melestarikannya berarti menjaga kesinambungan sejarah dan identitas — sekaligus membuka peluang reinterpretasi dan apresiasi global terhadap musik Nusantara.

01/12/2025

Dalam komunitas adat Kanekes (Baduy), ketiadaan pendidikan formal tidak berarti ketiadaan pengetahuan. Anak-anak Baduy tumbuh dalam sistem pendidikan kultural yang terintegrasi dengan lingkungan, tradisi, dan nilai-nilai adat. Melalui pembelajaran langsung dari orang tua dan tetua kampung, mereka menguasai pengetahuan ekologis, etika sosial, serta tata krama yang kuat. Fenomena ini menunjukkan bahwa literasi kultural dan kecerdasan sosial dapat berkembang melalui mekanisme pendidikan nonformal yang telah teruji secara turun-temurun.

30/11/2025

Narasumber : Ali Akbar S.S., M.Hum
Arkeologi & Sejarah, Assoc Professor Arkeologi UI sekaligus Peneliti Gunung Padang

Menurut penuturan Prof. Ali Akbar, salah satu peneliti yang terlibat dalam ekskavasi Gunung Padang, pengamatan menarik muncul saat kegiatan penelitian di Teras 5. Pada tahap pengeboran sedalam kurang lebih 8 meter, para peneliti menggunakan sekitar 32.000 liter air sebagai fluida pengeboran. Secara tidak terduga, seluruh volume air tersebut hilang terserap ke dalam struktur bawah permukaan, seolah-olah mengalir menuju rongga yang belum teridentifikasi.

Dalam kajian geologi dan arkeologi, fenomena hilangnya air dalam jumlah besar dapat mengindikasikan beberapa kemungkinan ilmiah, seperti keberadaan saluran alami, porositas batuan yang tinggi, atau bahkan ruang kosong geologis. Namun, karena konteks Gunung Padang terkait dengan hipotesis struktur buatan berlapis, pertanyaan mengenai potensi ruang kuno, lorong, atau kavitasi buatan tetap menjadi perhatian akademik.

Temuan ini menambah kompleksitas diskusi ilmiah mengenai stratigrafi Gunung Padang, sekaligus memperkuat urgensi penelitian lintas disiplin—mencakup geofisika, arkeologi, geomorfologi, dan teknologi pencitraan bawah permukaan—untuk memahami apakah fenomena tersebut bersifat alami atau merupakan bagian dari rekayasa megalitik masa lampau.




Address

BANDUNG
Bandung

Telephone

+6285724552050

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Angelick Vaulina TV posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Angelick Vaulina TV:

Share