Leap Institute

Leap Institute Leap institute is your partner for excellent performance. Our team consist of various educational ba

09/11/2017

Dulu, saat remaja, saya berpikir pelajaran penting untuk para pemimpin adalah: tampil dengan gaun (gagah-anggun), bicara lantang di depan umum. Setelah lebih dewasa, saya menyadari lebih penting bersedia mendengarkan, melayani, dan menjadi teladan.

08/11/2017

Menarik mencermati beragam pilihan pemaknaan terhadap peristiwa yang mereka saksikan sendiri atau hanya yang mereka baca dan dengar dari orang lain. Kemudian, mereka meyakini sebagai kenyataan, bahkan kebenaran. Saya jadi membayangkan, bila mereka dihadirkan bunga mawar. Mungkin ada yang mengagumi keindahannya terus membayangkan suasana romantis, ada yang ketakutan dengan durinya terus membayangkan kengerian, ada yang merinding dengan ulat yang melata di dahannya terus membayangkan betapa jijiknya bila ia melata manja di tangannya.

01/01/2017

Hadir, Berusaha Mempengaruhi Perubahan

Keberhasilan kita membutuhkan, dan bisa jadi ditentukan oleh, apakah kehadiran kita mempengaruhi perubahan lingkungan tempat kita mengada. Untuk tulisan ini, saya memanfaatkan pemahaman bahwa mempengaruhi perubahan merujuk pada tindakan yang dirancang dengan sengaja untuk mengubah pemikiran, perasaan, sikap, dan perilaku seseorang dan atau komunitas. Mempengaruhi terkait dengan siapa dan bagaimana diri kita, sebagai pribadi, hadir memfasilitasi perubahan.

Mempengaruhi dalam tulisan ini BUKAN melalui MANIPULASI, BUKAN p**a dengan PAKSAAN. Manip**asi melibatkan tipuan. Beberapa orang mungkin lebih tertarik untuk menipu saat mempengaruhi, tetapi saya lebih menganjurkan pengaruh yang terjadi berlandaskan atas kepercayaan dan kebenaran yang diyakini. Sementara paksaan lebih mengandalkan perintah dan atau ancaman yang dilandasi oleh kekuasaan untuk memberikan hukuman. Strategi mempengaruhi yang saya rekomendasikan melibatkan persiapan matang dan penyajian yang tepat tentang argumen, serta bukti-bukti pendukung dengan membangun iklim emosional yang tepat dan menarik, karena mempengaruhi pada dasarnya adalah membuat orang mendukung Anda tanpa bergantung pada kekuasaan menghadirkan hukuman.

Berdasarkan rangkaian pengalaman pribadi dan kajian beragam referensi, saya sajikan lima kiat mempengaruhi perubahan sebagai bahan diskusi:

1. Pahami.
“The key to human influence is first to be influenced—that is, to first understand where people's hearts and heads are” -Stephen R. Covey.
Sebelum mempengaruhi perubahan pada orang lain, pahami lebih dulu mereka. Setidaknya pikiran, emosi, dan kebutuhannya.

2. Kuatkan Kepercayaan.
Bila kita dipercaya, maka kita akan memiliki daya untuk mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya seseorang tidak akan mudah menerima orang lain yang berusaha mengubah pikirannya. Tunjukkan kepada mereka mengapa Anda layak dipercaya dan didengarkan.

3. Jalin Keselarasan dan Kerjasama.
Mempengaruhi adalah menggerakkan dan mengajak orang lain pada tujuan bersama. Bekerjasama untuk menyelesaikan masalah adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan persetujuan bersama. Salah satu cara paling efektif untuk menjalin hubungan dalam mempengaruhi orang lain adalah dengan mempertimbangkan pendapatnya dan membuatnya mempertahankan perasaan pentingnya. Ketika ide seseorang dianggap penting dan dalam mengambil keputusan ia merasa dilibatkan, maka ia akan lebih mudah memutuskan untuk mengikuti. Karena itu, saat mempengaruhi orang lain usahakan untuk menyelaraskan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.

4. Sentuhan Emosional.
Emosi adalah sesuatu yang menular. Ketika Anda berusaha mempengaruhi orang lain dengan menggunakan sentuhan emosional, maka hal tersebut akan memotivasi mereka untuk bergerak dari sesuatu yang dipercayai menjadi suatu tindakan. Sentuhan emosional ini akan mudah diingat dan berdampak kuat terhadap orang yang akan dipengaruhi. Sentuhan emosional saat bicara dapat dilakukan dengan: menggunakan pilihan kata yang menggugah atau membangkitkan emosi; memberikan contoh yang gamblang, disusun dengan wajar akan membantu Anda untuk mendorong ke dalam pembicaraan yang bersifat emosional; menampilkan ketulusan dan sikap antusias.

5. Dukungan Data dan Logika.
Aristoteles percaya bahwa manusia pada dasarnya makhluk yang berpikir logis, pengambilan keputusannya didasarkan pada sesuatu yang masuk akal. Kesalahan dalam penalaran yang dilakukan dapat membuat orang lain tidak percaya. Oleh karena itu, saat mempengaruhi, usahakan untuk: menunjukkan data/fakta dan menggunakan penalaran yang logis.
.jeda dulu, akan dilanjutkan.
Semoga menginspirasi untuk sedia menanggapi.

15/07/2016

- Belajar Menjadi Fasilitator -

RAGAM TEKNIK FASILITASI

“satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman” _Albert Einstein

Teknik Fasilitasi pada dasarnya merupakan “alat bantu” fasilitasi. Semakin efektif seorang fasilitator dalam menggunakan teknik fasilitasi, semakin mudah ia membantu peserta mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu faktor kunci keberhasilan fasilitator dalam memfasilitasi pembelajaran adalah pemilihan teknik yang tepat pada setiap tahapan pembelajaran.
Berdasarkan kajian kepustakaan dan rangkaian pengalaman kami dalam memfasilitasi, kami rekomendasikan ragam teknik fasilitasi yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (A) Membangun landasan belajar; (B) Mempercepat penguasaan; (C) Mengoptimalkan pencapaian.

A. Membangun Landasan Belajar
Aktivitas pembelajaran pada bagian ini ditujukan untuk memfasilitasi kesiapan peserta untuk belajar serta membangkitkan ketertarikan dan kesediaan peserta untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Contoh aktivitas membangun landasan pembelajaran :

# Penataan Lingkungan Fisik, ragam aktivitas untuk menciptakan lingkungan fisik kelas yang nyaman dan membangkitkan minat dan semangat peserta selama berada di kelas.

# Pencairan Suasana & Pembangkit Semangat, ragam aktivitas untuk membantu peserta mengurangi kecanggungan, memfasilitasi peserta merasakan iklim belajar yang menyenangkan, melancarkan interaksi antar peserta dan mengembalikan gairah belajar peserta.

# PEMBULATAN TEKAD BELAJAR, ragam aktivitas berikut untuk memfasilitasi peserta menemukan ketertarikan pada pembelajaran, mengeksplorasi manfaat pembelajaran, berbagi harapan dan membangun komitmen untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

B. Mempercepat Penguasaan
Ragam aktivitas pada bagian ini, sebaiknya disajikan ketika peserta telah siap mengikuti pembelajaran. Berikut contoh tekik fasilitasi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu peserta mempercepat penguasaan materi pembelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran:

# PERMAINAN INSPIRATIF: Fasilitator menghadirkan pengalaman belajar yang dikemas dalam sebuah dan atau serangkaian permainan yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran, kondisi peserta dan sumber daya yang tersedia.

# PRESENTASI INTERAKTIF: Fasilitator memulai presentasi dengan informasi yang mengejutkan peserta dan menghentikan presentasi secara periodik untuk mengajukan pertanyaan. Peserta membahas pertanyaan tersebut secara berpasangan kemudiaan menyatakan jawabannya. Fasilitator memberikan umpan balik atas jawaban yang diberikan.

# PENEMUAN METAFORA: Fasilitator menggunakan benda, binatang atau tumbuhan yang dikenali peserta sebagai perumpamaan untuk memudahkan peserta memahami materi pembelajaran. Teknik ini bisa juga dilakukan dengan meminta peserta menemukan metafora (perumpamaan) untuk menggambarkan materi pembelajaran agar mudah dipahami dan atau diingat.

# VIDEO INTERAKTIF: Fasilitator menayangkan sebuah tayangan video kepada peserta dan meminta peserta mencatat poin-poin kunci dari video yang ditayangkan. Seusai penayangan, peserta berdiskusi mengenai poin-poin kunci yang mereka buat.

# REKONSTRUKSI: Fasilitator meminta peserta berkelompok dan memberikan kelompok kartu-kartu yang berisikan bagian-bagian dari materi yang memiliki sekuen / urutan prosedural. Peserta akan mengurutkan kartu sesuai dengan urutan prosedur yang benar dan menjelaskan mengapa urutan tersebut mereka susun sedemikian rupa.

# JIGSAW PUZZLE: Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan bagian dari suatu materi belajar. Setelah mendiskusikan materi, setiap kelompok dibagi menjadi dua atau lebih sub kelompok. Beberapa sub kelompok akan menjadi perwakilan kelompok untuk bertamu ke kelompok lain dan mencari informasi mengenai materi yang dikuasai kelompok lain tersebut. Satu sub kelompok akan menjadi tuan rumah yang akan menjelaskan materi kepada perwakilan tamu dari sub kelompok lain. Setelah selesai, seluruh perwakilan kelompok akan kembali ke kelompoknya dan memberikan penjelasan tentang materi yang mereka pelajari dari kelompok lain. Fasilitator mengakhiri sesi dengan mereview semua materi yang telah dipelajari dengan seluruh peserta.

# DESAIN POSTER: Fasilitator memberikan bagian materi pelajaran kepada setiap peserta. Peserta diminta membuat sebuah gambaran visual tentang bagian materi yang diperolehnya dengan menggunakan flip chart kemudian memajang hasil pekerjaannya di dinding kelas dan mempresentasikannya kepada peserta lain.

# MNEMONIC: Fasilitator menggunakan singkatan nama, rima (seperti akhiran dalam puisi), akronim ketika menyajikan infomasi/materi pembelajaran. STAR : Stimulate, Transfer, Apply, Review

# DEMONSTRASI: Fasilitator mendemonstrasikan cara-cara yang benar dalam melakukan pekerjaan. Peserta memperhatikan fasilitator dan kemudian menirunya.

# BERMAIN PERAN: Fasilitator meminta peserta untuk memerankan suatu situasi yang mungkin dialaminya di pekerjaan ataupun di kehidupan sehari-hari

# SOSIO DRAMA: Fasilitator meminta kelompok peserta untuk merancang dan menampilkan rangkaian adegan yang menggambarkan suatu situasi sosial yang merepresentasikan materi pembelajaran.

C. Mengoptimalkan Pencapaian
Ragam aktivitas pada bagian ini dimanfaatkan untuk mengoptimalkan materi pembelajaran yang telah berhasil dipelajari peserta dengan cara mengkaji ulang, mengeksplorasi, menerapkan dan mempraktekkanya. Berikut beberapa contoh yang biasanya kami lakukan:

# VISUAL AID REVIEW: Fasilitator menampilkan kembali materi pembelajaran yang disajikan melalui alat bantu visual dan menanyakan kembali kepada peserta tentang poin-poin penting di dalamnya. Peserta diminta menjawab pertanyaan dengan menjelaskan maksud dari setiap poin & mengapa poin tersebut penting.

# BENAR ATAU SALAH: Fasilitator memberikan masing-masing peserta secarik kertas yang berisikan setengah informasi yang benar dan setengah informasi salah. Peserta akan menentukan mana informasi yang benar dan mana yang salah dengan mengemukakan alasannya.

# PERTIMBANGKAN KEMBALI: Fasilitator meminta peserta menuliskan pandangannya tentang materi pelajaran di awal dan akhir sesi. Peserta kemudian mengemukakan apakah pandangan mereka terhadap materi yang diberikan masih sama atau telah mengalami perubahan. Fasilitator memberikan apresiasi atas perubahan positif yang dialami peserta.

# TEKA-TEKI SILANG: Fasilitator menyiapkan teka-teki silang sederhana dengan jawaban yang berisikan istilah penting dalam materi pelajaran. Peserta menjawab teka-teki secara berpasangan dengan menggunakan petunjuk yang diberikan seperti definisi singkat, kategori kata, contoh dan lawan kata.

# TUNJUKKAN ANDA TAHU: Fasilitator meminta peserta memperagakan suatu proses ataupun seri dari suatu proses yang berkaitan dengan materi pelajaran. Peserta mempraktekkannya sambil mengucapkan keras-keras apa yang sedang mereka lakukan dalam setiap tahapnya dan mengapa mereka melakukannya.

# LATIHAN BERPASANGAN: Fasilitator meminta peserta berpasangan kemudian memberikan kartu berisikan gambaran situasi nyata yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setiap pasangan akan menjelaskan secara detail bagaimana mereka akan mengatasi situasi tersebut berdasarkan pada pengetahuan yang mereka peroleh dari sesi pelatihan.

# KONSULTASI SESAMA REKAN: Fasilitator meminta seorang peserta untuk menyatakan masalah yang dihadapinya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang baru mereka dapatkan. Peserta lain akan membantu peserta tersebut untuk memberikan solusi dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari sesi pelatihan.

# PERKIRAAN RINTANGAN: Fasilitator meminta seorang peserta memperkirakan rintangan yang akan dihadapi saat menerapkan pengetahuan baru yang mereka peroleh dari sesi pelatihan. Fasilitator kemudian meminta peserta lain untuk memberikan solusi yang dapat diterapkan secara riil di kehidupan nyata peserta.

# BERBAGI KISAH & HARAPAN: Fasilitator meminta peserta untuk menceritakan proses dan hasil belajar yang mereka capai. Peserta diminta untuk menemukan manfaat apa yang mereka peroleh dari sesi pembelajaran, dan memikirkan tentang bagaimana mereka dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dari sesi pelatihan di kehidupan nyata.

Referensi:
Lou Russel.2011. The Accelerated Learning Fieldbook: Panduan belajar cepat untuk pelajar dan umum. Diterjemahkan olehM Irfan Zakkie.Bandung: Nusa Media
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. United States of America: McGraw-Hill.
Silberman, Mel. 2005. 101 Ways To Make Training Actives. Pfeiffer.

13/07/2016

- Belajar Menjadi Fasilitator -

Experiential Learning: Sebuah Perkenalan Singkat

"we don't receive wisdom, we must discover it for ourselves after a journey that no one can take for us or spare us" – Marvel Proust

Experiential learning (EL) adalah...

> belajar sambil melakukannya, proses di mana individu membangun pengetahuan, memperoleh keahlian, dan meningkatkan nilai dari pengalaman langsung;

> orientasi filosofis pembelajaran yang menghargai dan mendorong keterkaitan antara pengalaman nyata, aktivitas pembelajaran dan pelajaran abstrak untuk memaksimalkan belajar;

> menekankan pengalaman sebagai "central role" dalam proses pembelajaran.

> pembelajaran yang “melekat”, peserta bisa melupakan presentasi yang baik, tapi mereka lebih sering mengingat pengalaman yang menarik. Tidak hanya pengalaman yang menarik tapi juga apa yang mereka pelajari didalamnya.

Mengapa EL sering menjadi pilihan?

> EL bermanfaat untuk mengubah pola pemikiran dan perilaku serta meningkatkan kemampuan terhadap suatu keterampilan melalui transformasi pengalaman.

> EL menanamkan rasa kepemilikan atas apa yang dipelajari. Hal ini menambah minat dan keterlibatan peserta, tetapi yang paling penting memberikan kontribusi signifikan terhadap transfer belajar. Hasil akhirnya adalah bahwa individu menerima tanggung jawab atas pembelajaran dan perilaku mereka sendiri, daripada menetapkan tanggung jawab kepada orang lain.

> EL memfasilitasi peserta untuk terlibat dalam beragam pengalaman belajar, merefleksikan aktivitas dengan kritis, mendapatkan beberapa informasi bermanfaat dari analisis, menggabungkan hasilnya melalui perubahan dalam memahami perilaku.

Efektivitas EL ini berasal dari pepatah, "tidak ada yang lebih relevan bagi kita daripada diri kita sendiri". Salah satu reaksinya, dengan pengamatan, dan pemahaman tentang sesuatu yang lebih penting daripada pendapat orang lain tentang hal itu.


Bagaimana proses pembelajaran EL?

Pembelajaran EL berlangsung dalam sebuah siklus yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

# Experiencing
Peserta mengalami atau terlibat dalam aktivitas. Pada prosesnya, peserta mengalami pembelajaran dengan melakukan sesuatu, berbicara, mendengar, mengamati, dan lain sebagainya.

# Publishing atau sharing
Peserta berbagi apa yang mereka dapat dan hasilkan melalui apa yang dirasakan dan
dipikirkan dari aktivitas yang dialaminya.

# Processing dan interpreting
Pada tahap ini, fasilitator membantu kelompok mengeksplorasi dan menganalisis yang terjadi selama proses. Fasilitator membantu peserta untuk mengarahkan mengenai apa makna dari pengalaman yang dialaminya berdasarkan proses berbagi sebelumnya.

# Generalizing
Peserta menghubungkan aktivitas yang terjadi dengan situasi nyatanya. Mereka melakukan eksplorasi makna dari aktivitas tersebut dan bagaimana menghubungkannya dalam situasi nyata. Jadi pada tahap ini, peserta mencapai tingkat yang lebih dalam dari pemahaman dan insight-nya.

# Applying
Tahap terakhir ini membutuhkan peserta untuk berpikir apa yang akan mereka lakukan dengan pembelajaran baru mereka, bagaimana mereka akan mengaplikasikannya kelak.

Catatan untuk Fasilitator EL:

# Partisipan bukan penonton dalam pembelajaran.
# EL terjadi ketika pengalaman dipilih dengan cermat didukung oleh refleksi, analisis kritik, dan sintesis.
# Pembelajaran harus disajikan sesuai dan relevan dengan masa yang akan datang bagi partisipan dan masyarakat di mana mereka akan berpartisipasi nantinya.
# Sepanjang proses EL, partisipan harus telibat aktif dalam mengajukan pertanyaan, investigasi, bereksperimen, memiliki rasa ingin tahu, menyelesaikan masalah, bertanggung jawab, menjadi kreatif, dan membangun makna.
# Partisipan harus terlibat secara intelektual, emosi sosial, dan fisik. Keterlibatan ini membantu menghasilkan sebuah persepsi bahwa tugas belajar itu adalah otentik.
# Individu mungkin mengalami keberhasilan, kegagalan, petualangan, mengambil risiko, dan ketidakpastian, karena hasil dari pengalaman benar-benar tidak dapat diprediksi.
# Peran utama fasilitator: penataan pengalaman yang tepat, bersikap terhadap masalah, menetapkan batas-batas, mendukung partisipan, memastikan keselamatan fisik dan emosional, dan memfasilitasi proses pembelajaran.
# Fasilitator harus mengenali dan mendorong kesempatan spontan untuk belajar
# Rancangan EL termasuk kemungkinan untuk belajar dari konsekuensi alami, kesalahan dan atau keberhasilan.
# Partisipan mengembangkan pemahaman mendalam tentang teori apa dari perkuliahan yang diterapkan dalam praktek yang sebenarnya.
# Hasil belajar berupa personal dan dari dasar pengalaman dan pembelajaran di masa mendatang.
# Hubungan dikembangkan dan dipelihara; belajar untuk diri, belajar untuk orang lain, dan belajar untuk dunia yang lebih luas.
# Fasilitator harus berusaha untuk menyadari bias yang dapat mereka berikan, penilaian, dan prasangka dan bagaimana mereka mempengaruhi pelajar.
# Individu meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana nilai-nilai pribadi dan makna mempengaruhi persepsi dan pilihan tindakan mereka.
# Fasilitator menggunakan pendekatan multi-disiplin untuk mempelajari masalah kehidupan nyata.
# individu memiliki kesempatan untuk mengenali bagaimana kelembagaan, sosial, dan faktor budaya dapat menyebabkan orang untuk bertindak dengan cara yang bertentangan niat pribadi dan profesional.

Ayo belajar dengan mengalami, belajar dari pengalaman, baik keberhasilan maupun kegagalan.

Referensi:
Mel Sielberman. 2007. The Handbook of Experiential Learning. Pfeiffer.
John L/ Luckner & Reldan S. Nadler. 1997. Processing The Experience: Strategies to Enhance and Generalize Learning. Kendall/Hunt

13/07/2016

- Belajar Menjadi Fasilitator -

5 PERAN FASILITATOR

"...fasilitator bagaikan pemandu petualangan, menghadirkan kesan dan pengalaman berharga”

Fasilitator bukan sekedar menjadi pemberi informasi. Dalam sebuah pelatihan, ia menjadi orang yang membantu mempermudah mitra belajar menikmati pembelajaran, menguasai materi dan mencapai tujuan pembelajaran dengan menyediakan pengetahuan, metode, dan alat bantu yang sesuai.

Donald V. McCain dan Deborah D. Tobey (2004) menguraikan lima peran utama seorang fasilitator yaitu:

⇒ Leader of the Group
Menciptakan dan mempertahankan suasana yang mendukung interaksi antar partisipan untuk mendukung proses pembelajaran.

⇒ Manager of the Agenda
Menentukan agenda pembelajaran; mengelola sumber daya pembelajaran.

⇒ Role Model of the Positive Behaviors
Memelihara perilaku positif sehingga menjadi teladan, terutama terkait dengan pembelajaran yang difasilitasinya.

⇒ Content Expert
Menguasai topik pembelajaran yang difasilitasinya.

⇒ Consultant
Membantu peserta mengatasi kesulitan dengan cara menjabarkan konsepnya dan mengaplikasikan dalam konteks pekerjaan atau lingkungan sekitar partisipan.

Referensi:
McCain, Donald V and Tobey, Deborah D. 2004. Facilitation Basics. United States of America: American Society for Training & Development.

05/07/2016

- BELAJAR MENJADI FASILITATOR -

“…saat menyaksikan perubahan dan prestasi yang diraih mitra belajar, saya semakin mensyukuri dianugerahi kekuatan sebagai fasilitator pembelajaran.”

Dalam kesempatan ini, saya hendak berbagi dan mengundang untuk belajar menjadi fasilitator pembelajaran. Selanjutnya, saat saya menulis hanya FASILITATOR, yang saya maksud dalam tulisan ini adalah fasilitator pembelajaran.

Tulisan ini, bisa jadi merupakan catatan kecil pengalaman memfasilitasi selama 20 tahun. Mungkin lebih, karena saya ingat saya pertama kali memfasilitasi kelompok belajar ketika masih berusia sekitar 9 tahun. Saat itu bapak menawarkan hadiah karena prestasi belajar yang saya raih, saya minta ruangan belajar dengan fasilitas papan tulis, meja, kursi dan rak buku. Setelah bapak mewujudkannya, saya mulai memfasilitasi belajar teman-teman di sekitar rumah membaca, menulis dan berhitung. Saya masih teringat jelas, mitra belajar saya dan jadwal belajar setiap minggu-nya.

Tulisan ini direncanakan menjadi tulisan yang berkelanjutan, karena sampai saat ini saya masih terus belajar menjadi fasilitator.

Belajar Menjadi Fasilitator:
CITRA FASILITATOR

Saya akan mulai dengan mengundang diskusi tentang citra fasilitator yang tergambar dalam benak saya.

Dalam sebuah bukunya, Understanding Facilitation, Christine Hogan (2002) menjelaskan bahwa fasilitasi berasal dari kata facile (Perancis), facilis (Latin) dan facilitation (inggris) yang berarti memudahkan, membuat sesuatu menjadi lebih mudah. Dengan demikian, seorang fasilitator adalah orang yang memfasilitasi; memudahkan orang lain melakukan sesuatu; membantu.

Dalam konteks pembelajaran, memfasilitasi merupakan proses membantu mitra belajar menuntaskan tugas atau mencapai sasaran pembelajaran mereka. Dengan perkataan lain, memfasilitasi merupakan proses membantu mempermudah mitra belajar dalam proses perubahan pengetahuan, sikap, dan atau keterampilan.

“seorang fasilitator bagaikan pemandu petualangan: memandu menuju suatu tempat yang menantang, menghadirkan kesan dan pengalaman berharga”

Fasilitator adalah teman berbagi, kawan berjuang, pendamping perjalanan, sekaligus pemimpin bagi kelompok belajar yang difasilitasinya. Seorang fasilitator berusaha memudahkan mitra belajar untuk mencapai tujuan belajarnya dengan berbekal pengetahuan tentang karakteristik mitra belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai untuknya. Bekal pengetahuan ini membuat fasilitator menjadi lebih bijak dalam memilih pendekatan belajar yang paling efektif untuk diterapkan.

Proses dan hasil belajar yang dicapai juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan fasilitator dalam memudahkan penggunaan berbagai alat bantu dalam pembelajaran. Semakin cakap fasilitator memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, semakin efektif proses pembelajaran, semakin cepat p**a peserta mencapai tujuan belajarnya.

Memfasilitasi bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga membangun suasana pembelajaran yang dapat dinikmati, membimbing proses pembelajaran yang dialami, membantu mewujudkan tindakan, dan mengapresiasi mitra belajar sebagai pribadi yang berpotensi. Dengan demikian, fasilitator bukan sekedar pemberi informasi atau penyampai materi.

Fasilitator bukan hanya penampil di panggung yang nampang di depan pemirsanya, melainkan menjalani petualangan belajar BERSAMA mitra belajarnya.

Fasilitator yang inspiratif tidak menyuapi peserta dengan “solusi” atas permasalahan belajar yang dihadapinya tetapi sangat cakap dalam mengajukan pertanyaan yang tepat untuk merangsang refleksi, pembelajaran dan pemberdayaan semua anggota kelompok.

Jadi, menurut saya fasilitator pembelajaran adalah orang yang membantu mempermudah mitra belajar menikmati tantangan pembelajaran, menguasai materi dan mencapai tujuan pembelajaran dengan menyediakan pengetahuan, metode, dan alat bantu yang sesuai. Ia juga membantu mempermudah tim fasilitator lainnya memfasilitasi pembelajaran dan memberikan layanan yang berkualitas prima. Lebih singkat, fasilitator adalah teman berbagi.

Bagaimana menurut anda?

06/09/2015

MERAJUT SALING PENGERTIAN

“...sebelum dapat saling memaafkan, kita harus SALING MENGERTI”_Emma Goldman

SALING PENGERTIAN pertanda komunikasi terjalin EFEKTIF, sebaliknya, munculnya KESALAHPAHAMAN menandakan komunikasi TIDAK EFEKTIF.

Dampak kesalahpahaman antara lain ...
- Saling menyalahkan
- Pertengkaran
- menghambat pencapaian tujuan
- Hubungan renggang, bahkan bisa sampai putus
- Merebaknya prasangka
- Lunturnya niat baik

MENGERTI, kata yang mudah diucapkan, namun perlu kesungguhan untuk mempraktekkannya. Kabar baiknya, keterampilan mengerti bisa dipelajari. Modalnya adalah kesediaan untuk memperhatikan dan mendengarkan. Imbalannya adalah hubungan baik dengan orang-orang yang penting bagi kita, keberhasilan menyelesaikan pekerjaan dan kebahagiaan.

HAMBATAN DALAM MENGERTI

Beragam hambatan dalam mengertii, diantaranya …

Halangan Fisik. Keterbatasan alat indra bisa menjadi penghambat komunikasi. Selain itu, kondisi lingkungan juga bisa menjadi penghambat, misalnya: telepon yang terus berdering, jarak yang terlalu jauh atau adanya barang yang menutupi satu sama lain.

Sibuk Sendiri. Penuh keinginan. Sibuk dengan keinginan pribadi, sehingga kurang peduli dengan aspirasi orang lain. Banyak sekali gagasan di pikiran, sehingga sulit untuk memahami. Memiliki sesuatu yang hendak dikatakan dan ingin segera menyela pembicaraan.

Evaluasi Dini. Tegesa-gesa mengambil kesimp**an sebelum mitra komuniiasi menyelesaikan kalimatnya. Terburu-buru, menilai apa yang sedang disampaikan mitra komunikasi. Lebih parah lagi, menghakimi atau menyalahkannya.

Prasangka. Menyuburkan asumsi sebelum maupun selama komunikasi berlangsung. Prasangka karena perbedaan (dalam hal agama, budaya, ras, posisi, dll.)

Kebiasaan. Kita semua terperangkap dalam satu jaring kebiasaan. Kebiasaan mempengaruhi setiap pemikiran, perasaan, dan tindakan. Kebiasaan membuat orang juga tidak menerima hal yang didapatkannya dari komunikasinya karena dia telah terbiasa berpikir tentang suatu hal dengan cara tertentu.

Defensif. Orang yang mendengarkan dengan defensif bisa melihat komentar netral menjadi sebuah serangan personal tanpa benar-benar memahami hal yang dinyatakan oleh orang yang berbicara.


BERUSAHA MENGERTI

“...berapa sering Anda menyaksikan, orang yang melihat tapi tak memperhatikan, mendengar tapi tak mengerti?...”

MENDENGARKAN melibatkan aktivitas fisik dan psikologis. Untuk mampu mendengarkan, kita tidak hanya memanfaatkan fungsi mata dan telinga, tetapi juga kebesaran hati, kesediaan, kepedulian dan konsentrasi.

Mendengarkan memungkinkan kita untuk melihat ide dan sikap menurut sudut pandang orang lain, menangkap apa yang ia bicarakan berdasarkan pola pikirnya sehingga pada akhirnya kita dapat memahaminya dan pada akhirnya dapat membangun hubungan positif dengannya.

Dalam mendengarkan untuk mengerti, setidaknya terkandung tiga aktivitas penting sebagai berikut....
- TERima, menangkap pesan
- SIMpulkan, memaknakan pesan
- PANtulkan, menanggapi pesan

“apa yang Anda pikir mudah belum tentu mudah baginya, apa yang Anda rasa menyenangkan belum tentu menyenangkan baginya, niat baik Anda belum tentu jadi kebaikan baginya”

Berikut tanggapan yang sebaiknya dihindari bila Anda ingin mitra bicara Anda merasa DIMENGERTI dan Anda berniat membantunya mengeluarkan / mengekspresikan pikiran, perasaan dan harapannya.
- Menghakimi
- Menginterogasi
- Menceramahi
- Menebak-nebak

“langsung menyelidiki, menghakimi, menceramahi, berdasarkan sudut pandang Anda sendiri, merupakan CIRI bahwa Anda ENGGAN BERUSAHA MENGERTI”


MEMUDAHKAN ORANG LAIN MENGERTI

Cara memudahkan orang lain MENGERTI apa yang Anda pikirkan, rasakan dan harapkan adalah dengan MENYATAKANNYA, baik secara verbal maupun nonverbal.

Agar lebih mudah diMENGERTI bicaralah secara . . .

Jelas, sampaikan dengan suara yang terdengar dengan jelas. Sistematis, tidak berbelit-belit sehingga sulit dipahami. Sampaikan pesan secara spesifik agar tidak mengundang banyak pemaknaan. Gunakan istilah yang mudah dimengerti dan tidak bermakna ganda.

Obyektif, bicaralah dengan data. Sampaikan dengan fakta yang terjadi dan bukti yang anda miliki.

Selaras, sesuaikan apa yang anda bicarakan dengan orang yang anda ajak bicara, pertimbangkan usia, status, tingkat pendidikan, serta atribut lain yang melekat pada orang tersebut. Perhatikan p**a waktu dan lokasi pembicaraan.

Mari belajar mengerti dan berusaha dimengerti...

hari setyowibowo,
sahabatmu

04/09/2015

mengatakan TIDAK, mengapa tidak?*

"...mengatakan TIDAK berdasarkan keyakinan terdalam lebih baik dan lebih hebat dari pada mengatakan YA hanya untuk menyenangkan, atau yang lebih buruk lagi, untuk menghindari masalah.” - Mahatma Gandhi.

TIDAK. Tampak singkat, mudah dan sederhana. Tapi mengapa kadang menjadi kata yang sangat sulit keluar dari mulut kita pada saat kita perlu mengatakannya?

Kata TIDAK, merupakan salah satu kata yang penuh daya, ia bisa menolong kita atau membuat kita berada dalam kesulitan. Memutuskan mengatakan TIDAK kadang menghadirkan ketegangan karena tarik menarik antara memanfaatkan kekuatan dengan memelihara hubungan.

Setiap insan berhak mencintai diri sendiri. TIDAK semua energi dan waktu yang kita miliki dapat kita berikan kepada orang lain. Kita perlu menetapkan batas sehingga kita tidak harus diperas dan direndahkan. Sekali kita mengizinkan si manip**ator mengeksploitasi dan mengendalikan hidup Anda, ia akan terus-menerus memanip**asi Anda.

Kita punya kekuatan untuk memilih. Orang yang mencoba menawarkan sesuatu kepada kita, tidak berhak memaksa kita untuk mengikuti kemauannya. Bila hal tersebut berdampak buruk bagi kita dan lingkungan kita, kita berhak mengatakan TIDAK. Kita yang memilih karena kita yang akan menanggung akibatnya.

Mengatakan Tidak, untuk apa?
“...mengatakan YA saat kita ingin mengatakan tidak, berarti YA tak sehat yang menghasilkan kedamaian palsu hanya untuk sementara waktu”_William Ury

Kesanggupan mengatakan TIDAK menghadirkan banyak manfaat, antara lain:
- mengurangi daftar aktivitas sehingga lebih banyak memiliki waktu berkualitas
- meningkatkan kepuasaan karena memiliki kendali atas hidup kita
- melindungi diri dari jeratan manip**asi orang lain
- menjalani kehidupan berlandaskan prinsip kebenaran yang kita yakini
- menghindari perbuatan yang melanggar aturan atau norma kehidupan
- menjalin hubungan yang sehat

kapan seharusnya mengatakan tidak?

Katakan TIDAK kepada ...
- orang yang mengajak, apalagi memaksa melakukan perbuatan kriminal atau melanggar peraturan
- orang yang membujuk, apalagi memaksa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kebenaran yang anda yakini
- ajakan, apalagi tuntutan melakukan perbuatan yang merugikan atau merusak lingkungan
- permintaan, apalagi tuntutan yang membuat anda direndahkan dan dieksploitasi


mengatakan tidak, bagaimana caranya?

Keberanian mengatakan TIDAK bisa dibangun dengan mengatakannya pada orang terdekat, pada masalah yang sederhana dan kecil resikonya. Berikut beberapa kiat yang bisa anda coba pelajari ...

- Mencegah, menghindari berada di tempat yang salah, pada waktu salah. Hindari situasi yang menekan, yang menuntut anda berkata “Tidak!”. Bila anda terjebak, segera tinggalkan.
- Menetapkan batas, tindakan apa yang sebaiknya anda lakukan dan hindari, apa yang boleh dan terlarang dilakukan orang lain pada diri anda.
- Memiliki agenda, beri kesempatan pada diri anda untuk membuat rencana dan jelaskan rencana tersebut kepada orang lain. “Tidak, saya sudah memiliki rencana lain.”
- Menunda, sebelum merespon permintaan. Ini akan mengurangi tekanan dan memberi kesempatan untuk berpikir sebelum bertindak. “Tidak sekarang, saya perlu waktu memutuskannya”.
- Menegaskan prinsip, menyatakan dengan tegas nilai-nilai yang anda yakini kebenarannya dan akan anda pertahankan. “Tidak, karena bertentangan dengan ajaran agama saya”.
- Berikan bukti. Bukti yang nyata dan masuk akal akan mendukung argumentasi pada penolakan kita. “Tidak karena sudah terbukti bahwa ....”
- Ucapkan “Terimakasih, TAPI TIDAK, terimakasih”, untuk menampilkan kesantunan dan menghargai penawarannya.
- Ulangi untuk menegaskan. Katakan saja dengan singkat, tegas dan meyakinkan “TIDAK”. Bila ia terus mendesak, ulangi lagi dengan katakan “TIDAK” dengan tenang tanpa perlu banyak argumentasi atau penjelasan.
- Abaikan, bertindaklah seolah-olah ajakan tersebut tidak perlu dipikirkan atau dibahas, alihkan ke topik lain.

Jabat erat,

hari setyowibowo,
sahabatmu.

*versi lain tulisan ini dipublikasikan bekerjasama dengan BEM Fakultas Psikologi UNPAD.

Address

Jalan Gagak Barat No. 42
Bandung
40133

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Leap Institute posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share