Tagtim Media

Tagtim Media Sebuah media dakwah yang aktual dan salaf

ADAB KEPADA GURU YANG TERLUPAOleh: Lora Muhammad ibnu RomliKetika kita hidup dalam peradaban yang tak beradab, maka yang...
05/12/2025

ADAB KEPADA GURU YANG TERLUPA
Oleh: Lora Muhammad ibnu Romli

Ketika kita hidup dalam peradaban yang tak beradab, maka yang terjadi kita merasa asing dengan adab. Selayaknya ada orang asing yang memasuki rumah, kekacauan apa pun yang terjadi dalam rumah itu, si asinglah yang disalahkan.

Saat kita asing dengan adab, maka kekacauan apa pun yang terjadi, adablah yang dianggap menjadi biang kerok. Terutama adab kepada guru. Seakan karena adablah, kekacauan itu muncul.

Bila terjadi sebuah peristiwa yang tentu jauh sekali dari makna adab, malah seakan yang salah adalah adab itu sendiri. Adab penghormatan murid ke guru, disalahkan. Adab pengagungan kepada guru, ikut disalahkan. Padahal yang terjadi merupakan peristiwa yang sangat jauh dari kata adab.

Mari kita belajar tentang apa itu adab kepada guru. Justru adab paling pertama seorang murid kepada guru, adalah menyeleksi guru. Adab pertama adalah memilih guru yang benar-benar menjaga muruah, dan secara lahiriah merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru. Kita harus bermujahadah menunaikan adab tersebut, serta beristikharah kepada Allah ﷻ.

Adab itu jauh sebelum ikatan murid dengan guru terjalin. Dalam 12 adab murid kepada guru dalam Adâbul-‘Âlim wal-Muta’allim adab yang paling pertama adalah:

الْأَوَّلُ: يَنْبَغِيْ لِلطَّالِبِ أَنْ يُقَدِّمَ النَّظَرَ وَيَسْتَخِيْرَ اللهَ تَعَالَى فِيْمَنْ يَأْخُذُ الْعِلْمَ عَنْهُ وَيَكْتَسِبُ حُسْنَ الْأَخْلَاقِ وَالْآدَابِ مِنْهُ، وَلْيَكُنْ إِنْ أَمْكَنَ مِمَّنْ ثَبَتَتْ أَهْلِيَّتُهُ وَتَحَقَّقَتْ شَفَقَتُهُ وَظَهَرَتْ مُرُوْءَتُهُ وَاشْتَهَرَتْ صِيَانَتُهُ، وَكَانَ أَحْسَنَ تَعْلِيْمًا وَأَجْوَدَ تَفْهِيْمًا،.

“Adab pertama: seorang penuntut ilmu harus mendahulukan pengamatan dan melakukan istikharah kepada Allah ﷻ mengenai orang yang akan ia ambil ilmunya, serta dari siapa ia akan memperoleh akhlak yang baik dan adab darinya. Hendaknya p**a guru tersebut, jika memungkinkan, merupakan orang yang telah terbukti keahliannya, memiliki belas-kasihan, dan memiliki muruah, dan masyhur menjaga muruah tersebut. Serta ia adalah orang yang paling baik cara mengajarnya dan paling bagus dalam memahamkan murid.”

Adab itu jauh sebelum kita membahas: apakah beradab jika murid melanggar perintah Allah ﷻ demi taat kepada guru? Adab itu pun jauh sebelum kita membahas perkataan lâ thâ’ata li makhlûqin fî ma’shiyatil-khâliq. Karena pertanyaan dan pembahasan itu tidak kita perlukan lagi jika kita telah berhasil menunaikan adab yang pertama: menyeleksi guru.

Adab inilah yang kadang terlewatkan. Terlewat lantaran silau akan kemegahan dan tertipu keviralan. Sehingga, yang terpenting terlupa. Melupakan penjagaan muruah. Dari sanalah makna adab kabur dari teksnya.

Pemilihan guru yang tepat merupakan pesan turun-temurun sejak zaman dahulu.

فَعَنْ بَعْضِ السَّلَفِ: هَذَا الْعِلْمُ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

“Diriwayatkan dari sebagian ulama Salaf, ‘Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.’”

Jika adab yang pertama saja ia gagal menunaikan, maka sulit sekali menunaikan adab-adab pada poin berikutnya. Setelah adab-adab itu kita tegakkan, maka usaha kita menunaikan adab sudah kita tunaikan. Tinggal kita berdoa kepada Allah ﷻ, semoga kita, anak-anak kita, dan guru-guru kita Allah ﷻ jaga dalam jalan ketaatan kepada-Nya. Amin!

site: https://tagtim.id/adab-kepada-guru-yang-terlupakan/

Selamat Memperingati Hari Pahlawan Nasional."Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan."
10/11/2025

Selamat Memperingati Hari Pahlawan Nasional.

"Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan."

04/11/2025

Positive Thinking: Bukankah Mereka yang Paling 'Buruk' Hari Ini Bisa Jadi yang Paling 'Baik' di Masa Depan?
~KH. Ach. Romli Fakhri


02/11/2025

"Jangan Kufuri Nikmat-Nya: Menggenggam Syukur di Setiap Waktu".

~K. Muhammad ibnu Romli


Perbedaan Sang Khalik Dan Makhluk |  Kali ini penulis akan mengupas seputar masalah perbedaan posisi sang khalik dan mak...
29/10/2025

Perbedaan Sang Khalik Dan Makhluk |

Kali ini penulis akan mengupas seputar masalah perbedaan posisi sang khalik dan makhluk.

Posisi pencipta (Khalik) dengan hasil ciptaan (makhluk), sesungguhnya ada batas pemisah diantara keduanya, yaitu adalah keimanan dan kekufuran. Dan barang siapa yang memiliki keyakinan menyamakan kedua posisi tersebut, maka secara tidak langsung dia telah dihukumi kafir. Na’ûzubillâh, semoga kita dilindungi dari hal tersebut, Amin.

Sebenarnya, masing-masing posisi memiliki hak yang khusus. Namun, dalam hal ini, terdapat berbagai masalah yang perlu kita tinjau terlebih dahulu, khususnya yang bersangkutan dengan kerasulan Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam, yakni berbagai keistimewaan beliau yang membedakannya dengan manusia lain pada umumnya dan yang mengangkat derajatnya di atas manusia kebanyakan.

Mengenai masalah ini, terkadang memang tampak sulit dibedakan oleh sebagian orang, mungkin bisa jadi lantaran lemahnya daya nalar, sempitnya cakrawala pengetahuan dan minimnya penelitian.

Atau bisa juga karena fatanisme tehadap pendapat yang diikutinya, sehingga mereka dengan sangat gegabah menjatuhkan vonis kafir atau menghukumi keluar dari agama islam bagi orang-orang yang mengistimewakan eksistensi Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, dengan dasar hanya persangkaan bahwa telah terjadi penyamaan posisi antara khalik dengan makhluk, atau dengan persangkaan bahwa telah terjadi pengkultusan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang didudukan pada posisi Khalik.

Padahal kita terlepas diri dari apa yang mereka tuduhkan seperti itu, karena dengan Allah subhanahu wa ta‘âla, kita telah mengetahui apa saja yang wajib bagi Allah dan Rasulnya, dan mengetahui p**a apa saja yang merupakan hak murni Rasulullah.

Kita sepenuhnya telah mengetahui kelebihan dan keutamaan Rasulullah, walaupun hanya membaca lewat buku-buku sejarah, tapi setidaknya kita tidak bersikap berlebihan dan ekstrem kepadanya, sehingga mustahil kita sampai terjatuh ke jurang kekeliruan.

Jangan sampai kita mensifati Rasulullah dengan sifat-sifat ketuhanan, baik sebagai Tuhan yang disembah maupun sebagai Tuhan yang mengurus alam, atau kita mensifati Rasulullah bahwa beliau mampu dalam hal menahan dan memberi sesuatu, memberi manfaat dan mudharat secara murni dan mutlak, tanpa dikaitkan dengan pengaruh Allah.

Adapun sikap berlebih-lebihan dalam mencintai, mentaati dan merasakan loyalitas pada diri baginda Rasulullah sangat diperbolehkan, sama sekali tidak ada larangan, bahkan baginda Rasulullah sangat s**a dengan hal tersebut.

Hanya saja, jangan sampai kelewatan batas, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits nabi yang artinya: “janganlah kalian menyanjung sampai kelewatan batas, sebagaimana umat nasrani menyanjung ‘Isa ibnu Maryam (menjadikannya Tuhan).”

Dalam kitab al-Qur’an, Allah subhânahu wa ta ‘âla sendiri sangat menyanjung dan mengagungkan Rasulullah dengan sanjungan yang sangat tinggi, bahkan, Allah subhanahu wa ta ‘âla juga memerintahkan kepada semua manusia untuk mengagungkan Rasulullah.

Jadi dalam hal mengagungkan Nabi dengan pujian selain dengan sifat ketuhanan, tidaklah termasuk kekufuran dan kesyirikan.

Bahkan, dalam hal ini tidak lain merupakan bentuk dari sebuah ketaatan yang bernilai ibadah kepada Allah.

Seperti firman Allah:
ذلك ومن يعظم شعائر الله فإنها من تقوى القلوب
Artinya: “demikianlah (perintah Allah). Barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar agama Allah (amalan ibadah), maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”

Dan juga firman Allah:
ذلك ومن يعظم حرمات الله فهو خيرله عند ربه
Artinya: “demikianlah (perintah Allah). Barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat disisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya disisi Tuhannya.”

Maka dari itu, kita sebagai umat Rasulullah mari kita muliakan beliau dengan sanjungan yang tinggi dan mari kita agungkan beliau dengan seagung-agungnya, asalkan jangan sampai menyamakan beliau dengan Tuhan.

Riyan Renaldi/Pemred Mustaqim




CAHAYA NEGERI YANG MEREDUP |  Apakah kalian percaya nun jauh di sana, ada negeri bernama, Negeri Cahaya. Apa yang terpel...
28/10/2025

CAHAYA NEGERI YANG MEREDUP |

Apakah kalian percaya nun jauh di sana, ada negeri bernama, Negeri Cahaya. Apa yang terpelesat dalam pikiranmu tentulah tidak sama, jika engkau berpikir itu adalah negeri yang terus menerus terang menderang, atau negeri yang dipenuhi cahaya bak negeri dongeng, tentu kau salah, negeri itu terletak di p**au garam, bagian timur nusantara, jika engkau kesana engkau akan menemukan negeri itu di antara pebukitan, negeri yang teropis, pohon kelapa dan jati tumbuh menjolok dari kaki bukit hingga ujung, bukit jadi tampak di selimuti panaroma hijau, orang-orang menyebutnya, Negeri Cahaya Ilmu, bukan semata-mata penyebutan, orang-orang dari negeri sebelah bahkan nun jauh dari negeri seberang berduyun-duyun mendatangi negeri itu, setiap tahunnya orang-orang datang ke negeri itu untuk menetap beberapa saat, bukan untuk menetap semata, satu juta kaki bahkan ribuan untuk satu tujuan, ridho tuhan dan akhirat kelak, kehidupan di sana monoton tapi tak membikin bosan, mereka disana tak sibuk dengan hal duniawi tapi ukhrowi, kala negeri itu di pimpin oleh orang wibawa hampir senusantara sekaligus pelopor berdirinya Negeri Cahaya Ilmu itu,

Ki Ageng begitu orang menyebut, tak ada yang tau persis namanya, misterius seperti kedatangannya, orang itu muncul dari timur, arah dimana juga matahari terbit, bagai tanda kelak negeri yang ia bangun, ia menetap di pebukitan yang Nampak hutan belantara, namun tak berselang lama pebukitan itu ramai di kunjungi orang-orang yang ingin berguru kepadanya, pohon-pohon di tebang di ganti pemukiman. Konon kehebatannya hampir terdengar keseluruh seantero, bajing-bajing pontang-panting melihatnya, bandit-bandit habis disikatnya, membuat mereka takut sekaligus takjub, membuat mereka penasaran lalu memilih untuk berguru, itu juga model dakwahnya, dimana orang-orang tak akan mendengarkan sebelum di taklukan, itulah yang membuat orang-orang datang kepadanya meski harus menyebrangi anak samudra, tidak hanya kekuatan fisik namun juga sakti, konon katanya kata ketua kampung yang juga santrinya, ki Ageng mendapat ilmu bela diri lewat mimpi, tak ayal jika orang dulu tak mampu melawannya -- siapa yang bisa melawan setetes kekuatan maha Esa.

Di bukit engkau akan menemukan orang-orang berpakaian serba putih, mulai dari yang paling kecil hingga berjenggot, ada yang hilir ada duduk melingkar berdiskusi. Sebelum fajar membentang mereka bangun, pemukiman itu jadi tampak berdenyut tanpa henti, kau akan menemukan sebuah bangunan dengan genting yang mengerucut sampai ujung bagai trisula menancap, orang dulu menyebutnya musholla, engkau akan menemukan bangunan itu bagai tak berpenghuni, tapi jika masuk kedalamnya, kau akan menemukan ribuan jiwa didalamnya, duduk bersimpuh memangku lembar-lenbar kitap kuning lusuh dengan alat tulis, seakan menunggu seteguk rahmat untuk di catat, disana kau akan menemukan ki Ageng duduk didepan, menghadap ribuan jiwa itu, dari mulutnya bagai terlontar mutiara-mutiara yang akan dipungut ribuan jiwa itu. Bahasa-bahasa mereka halus bagai belundru, yang kecil menghormati yang tua mengasihani. Belantara itu benar-benar menjelma tempat suci. 1875 M. berapa tahun setelah berdirinya, juga ki Ageng masih memimpin.

Sekarang, 2026 M. jauh setelah berdirinya, jaman telah mengobrak abrik peradaban, tak lewat satu jengkalpun termasuk negeri itu, telah berabad-abad negeri itu berdiri, dan perjuangannya di teruskan canggahnya, pemukiman yang dulu berdinding bambu menjelma gedung bertingkat, mushola dibangun masjid, seiring waktu pemukiman itu menjelma tarim. Namun – ada yang perlahan berubah, bagai bayang remang berkeradapan membungkus petang, bukan tentang dinding bertingkat atau luas bangunan, semua jadi tampak gamang.

Seorang alumni menginap di pemukiman itu, semata ingin sowan kepada cucu gurunya itu, duduk dipelataran masjid, menyapu pemandangan gedung-gedung kokoh, yang dulu dimasanya hanya bambu rancak yang dianyam, pikirannya benar-benar berkelana, ingat bagaimana ia dulu berlarian bersama teman-temannya bolak-balik yang sekarang gedung berlantai dua yang mereka sebut madrasah, ingat juga bagaimana dulu ia selalu berjamaah dibelakang gurunya. Ditengah perkelanaannya, ia terkejut, seorang anak belari deras tepat dihadapannya berjarak satu jengkal, belum redam terkejutnya, tak jauh darinya, “WOI SETALKAH JEH!!,” teriakan itu begitu menghantam jantungnya, orang itu berlarian seperti tengah mengejar. Orang-orang itu bagai tak melihat padanya, ia tertegun memandang lagi orang-orang itu, kata-kata absurd saling lontar meledak-ledak, gemetar dibuatnya, ia juga ingat tadi saat berjamaah paling belakang, bagaimana gemah riuh dan bagaimana kaki kecil melangkahi bahunya.

Di depan gedung kantor, seorang alumni dengan niskala di hatinya menjelang kep**angan menyempatkan diri berbincang, dipikaran sang alumni banyak hal menganjal tentang ma`hadnya, dimana pada masanya tempat yang begitu sarat akan keilmuan apalagi ilmu hal, bagai begitu terkikis, “Biasa mang sekarang santrinya sakti-sakti, kalo dulu didepan ustadznya nunduk, sekarang terbang mang heheh..,” tutur Santri sepuh dengan agak guyon memberi pengertian di tengah-tengah. Kian berapa lama alumni itu tak datang berkunjung, dan banyak hal perubahan yang alumni itu tak ketahui, alumni juga mendengar berapa waktu lama ini, beberapa orang terusir dari ma`had, berita yang membuat mulut alumni manga-nganga, yang dulu pada masanya orang terusir hampir naif, sekarang hal itu bagai hal biasa, banyak lagi berita membuatnya prihatin atas perubahan drastis itu. Semua yang nampak didepannya; gedung-gedung bertingkat, gerombolan anak-anak, bagai bermunculan bayang-bayang yang kian membentang, membuat negeri yang mereka sebut-sebut kian meredup, dan menuai pandangan tak enak pada orang-orang sekitar.

Entahlah kesadaran atau peradaban yang keliru, semua jadi tampak kelabu, generasi juga moralisasinya kian meredup.

Ilham Maulana/Pemred Santriana




Selamat Memperingati Hari Sumpah Pemuda."Pemuda Pemudi Bergerak Indonesia Bersatu".   🇲🇨
27/10/2025

Selamat Memperingati Hari Sumpah Pemuda.

"Pemuda Pemudi Bergerak Indonesia Bersatu".


🇲🇨

26/10/2025

Introspeksi Diri Agar Hidup Lebih Baik.
~KH. Ach. Romli Fahri

30/07/2025

BELAJAR MALU
Oleh: Lora Muhammad ibnu Romli
Suatu saat, baginda Nabi Muhammad ﷺ melihat seorang sahabat Anshar sedang memberikan nasihat kepada sahabat lain yang pemalu; agar rasa malu itu ia lepas sejauh-jauhnya. Namun, sikap Rasulullah justru sebaliknya. Beliau bersabda:

دعه فإن الحياء من الإيمان

“Biarkan (ia tetap pemalu). Karena rasa malu itu termasuk dari iman.”

Kisah tersebut merupakan satu dari sekian hadis yang membahas terkait fadilah memiliki sifat malu, yang kini sifat tersebut mulai memudar. Terlebih rasa malu kepada Allah ﷻ.
Ambil contoh: dalam niat salat, kita melakukannya itu karena Allah ﷻ. Namun, faktanya, saat salat di hadapan makhluk, kita sangat ‘jaga image’, berbeda dengan ketika salat sendirian. Apakah salat seperti itu yang kita anggap karena Allah ﷻ?

Bukankah kita tahu, bahwa Allah ﷻ Maha Mengetahui salat kita, meski kita melakukannya sendirian? Mengapa lebih menjaga diri dari makhluk daripada sang khaliq?

Dari sana, Imam al-Ghazali dalam Bidayatul-Hidayah memberikan solusi:

فإن لم يحضر قلبك ولم تسكن جوارحك لقصور معرفتك بجلال الله تعالى، فقدر أن رجلا صالحا من وجوه أهل بيتك ينظر إليك ليعلم كيف صلاتك، فعند ذلك يحضر قلبك وتسكن جوارحك، ثم ارجع إلى نفسك وقل: يا نفس السوء الا تستحين من خالقك ومولاك، إذ قدرت اطلاع عبد ذليل من عباده عليك، وليس بيده ضرك ولا نفعك خشعت جوارحك وحسنت صلاتك، ثم إنك تعلمين أنه مطلع عليك، ولا تخشعين لعظمته، أهو – تعالى – عندك أقل من عباده؟! فما أشد طغيانك وجهلكّ وما أعظم عداوتك لنفسك. وعالج قلبك بهذه الحيل فعسى أن يحضر معك في صلاتك؛

“Jika hatimu tidak hadir dan ragamu tidak tenang karena kurangnya pengetahuannya tentang kebesaran Allah Yang Mahatinggi, maka pikirkanlah seorang saleh dari keluarga dekatmu melihatmu untuk mengetahui bagaimana caramu salat. Saat itu, hatimu akan hadir dan ragamu akan tenang. Kemudian, kembalilah pada dirimu sendiri dan katakan: Wahai jiwa yang buruk, apakah kamu tidak malu kepada Pencipta dan Tuhanmu. Ketika kamu memikirkan seorang hamba yang lemah dari hamba-hamba-Nya untuk melihatmu, padahal dia tidak mampu mencelakakanmu atau menolongmu, tubuhmu menjadi khusyuk dan salatmu menjadi bagus? Kamu tahu bahwa Allah Maha Mengetahui, dan kamu tidak khusyuk menyadari kebesaran-Nya. Apakah Allah ﷻ lebih rendah dari hamba-hamba-Nya?! Betapa besar kesombonganmu dan kebodohanmu, dan betapa besar permusuhanmu terhadap dirimu sendiri. Obati hatimu dengan cara ini, semoga hatimu hadir dalam salatmu.”

Address

Jalan KH. Fakhri Tagrinih, Kajor, Manoan, Kokop, Kabupaten Bangkalan
Bangkalan
69155

Telephone

+6281703593687

Website

https://mustaqim.net/

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Tagtim Media posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Tagtim Media:

Share

Category