13/09/2025
Sifat Iri Hati Bagaikan Minum Racun Bagi Diri Sendiri
Oleh: Gs_Suardika
Iri hati adalah perasaan tidak senang atau sakit hati ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang lebih baik, entah itu harta, kedudukan, penampilan, bakat, maupun kebahagiaan. Berbeda dengan rasa kagum atau termotivasi, iri hati cenderung menimbulkan energi negatif yang membuat seseorang menginginkan agar orang lain kehilangan kelebihannya, bukan berusaha memperbaiki diri sendiri.
Dalam ajaran agama, filsafat, maupun pandangan psikologi modern, iri hati digolongkan sebagai sifat buruk yang harus dikendalikan karena bisa merusak diri sendiri maupun hubungan sosial.
Seseorang yang dikuasai iri hati biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut:
1. Tidak Senang Melihat Keberhasilan Orang Lain, merasa tersiksa ketika orang lain mendapat kebahagiaan atau kesuksesan.
2. Membandingkan Diri Secara Negatif terus-menerus merasa lebih rendah dibanding orang lain.
3. Mengungkapkan Sindiran atau Menjatuhkan dengan mencoba meremehkan pencapaian orang lain agar tampak tidak berarti.
4. Selalu Ingin Mengalahkan bukannya untuk berkembang, tetapi sekadar agar orang lain tidak lebih unggul.
5. Merasa Gelisah dan Tidak Tenang karena pikirannya dipenuhi kebencian dan ketidakpuasan.
Iri hati merupakan penyakit hati yang halus namun sangat berbahaya. Dampaknya bisa meluas, baik pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar:
1. Dampak pada Diri Sendiri
Hilangnya ketenangan batin karena pikiran selalu resah.
Mudah stres dan depresi karena fokus pada kekurangan diri.
Menghambat perkembangan pribadi sebab energi habis untuk membenci, bukan memperbaiki diri.
Muncul sifat dengki yang akhirnya menjerumuskan ke perilaku merugikan.
2. Dampak pada Hubungan Sosial
Rusaknya persahabatan dan persaudaraan karena muncul rasa tidak tulus.
Pertengkaran dan konflik akibat sikap saling menjatuhkan.
Hilangnya rasa saling percaya karena iri hati membuat seseorang tidak bisa berbahagia atas kebahagiaan orang lain.
Dalam pandangan Hindu, iri hati termasuk salah satu sifat buruk (asuri sampad) yang harus dikendalikan. Kitab Bhagavad Gītā (XVI.4) menyebutkan bahwa sifat iri hati (mātsarya) adalah bagian dari tabiat yang mengikat manusia pada penderitaan.
Iri hati juga dekat dengan unsur Sad Ripu, terutama Matsarya (kedengkian) dan Lobha (keserakahan). Orang yang iri hati mudah jatuh pada perilaku adharma, seperti menjelekkan orang lain, merampas, atau melakukan adharma demi menutupi kelemahannya.
Iri hati tidak bisa dihilangkan seketika, tetapi bisa dikendalikan dengan latihan pikiran dan sikap positif:
1. Bersyukur (Sukṛta) menyadari apa yang sudah dimiliki sebagai anugerah Tuhan.
2. Mengembangkan Ananda (kebahagiaan batin) belajar ikut bahagia atas keberhasilan orang lain.
3. Melatih Satsangga yaitu bergaul dengan orang-orang baik yang memberi inspirasi, bukan persaingan negatif.
4. Membangun Semangat Belajar dan Berkarya, dengan menjadikan keberhasilan orang lain sebagai motivasi, bukan ancaman.
5. Meditasi dan Pengendalian Diri yaitu dengan menjaga pikiran tetap jernih agar tidak mudah dipengaruhi nafsu dan perasaan negatif.
6. Menumbuhkan Kasih Sayang (Maitri Bhavana) dengan mendoakan kebahagiaan bagi semua makhluk tanpa terkecuali.
Jadi Iri hati adalah racun halus yang bisa merusak kebahagiaan, menghancurkan hubungan, dan menutup jalan menuju kesuksesan sejati. Namun, dengan kesadaran diri, rasa syukur, dan pengendalian pikiran, iri hati dapat diubah menjadi energi positif berupa semangat untuk memperbaiki diri.
Hidup akan lebih damai jika kita belajar bahagia tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keberhasilan orang lain.