Sarasamuscaya intisari dharma

Sarasamuscaya intisari dharma Dengan cinta hidup jadi indah, Dengan ilmu hidup jadi mudah. Dengan Agama hidup jadi terarah

13/09/2025

Sifat Iri Hati Bagaikan Minum Racun Bagi Diri Sendiri

Oleh: Gs_Suardika

Iri hati adalah perasaan tidak senang atau sakit hati ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang lebih baik, entah itu harta, kedudukan, penampilan, bakat, maupun kebahagiaan. Berbeda dengan rasa kagum atau termotivasi, iri hati cenderung menimbulkan energi negatif yang membuat seseorang menginginkan agar orang lain kehilangan kelebihannya, bukan berusaha memperbaiki diri sendiri.

Dalam ajaran agama, filsafat, maupun pandangan psikologi modern, iri hati digolongkan sebagai sifat buruk yang harus dikendalikan karena bisa merusak diri sendiri maupun hubungan sosial.

Seseorang yang dikuasai iri hati biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut:

1. Tidak Senang Melihat Keberhasilan Orang Lain, merasa tersiksa ketika orang lain mendapat kebahagiaan atau kesuksesan.

2. Membandingkan Diri Secara Negatif terus-menerus merasa lebih rendah dibanding orang lain.

3. Mengungkapkan Sindiran atau Menjatuhkan dengan mencoba meremehkan pencapaian orang lain agar tampak tidak berarti.

4. Selalu Ingin Mengalahkan bukannya untuk berkembang, tetapi sekadar agar orang lain tidak lebih unggul.

5. Merasa Gelisah dan Tidak Tenang karena pikirannya dipenuhi kebencian dan ketidakpuasan.

Iri hati merupakan penyakit hati yang halus namun sangat berbahaya. Dampaknya bisa meluas, baik pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar:

1. Dampak pada Diri Sendiri

Hilangnya ketenangan batin karena pikiran selalu resah.

Mudah stres dan depresi karena fokus pada kekurangan diri.

Menghambat perkembangan pribadi sebab energi habis untuk membenci, bukan memperbaiki diri.

Muncul sifat dengki yang akhirnya menjerumuskan ke perilaku merugikan.

2. Dampak pada Hubungan Sosial

Rusaknya persahabatan dan persaudaraan karena muncul rasa tidak tulus.

Pertengkaran dan konflik akibat sikap saling menjatuhkan.

Hilangnya rasa saling percaya karena iri hati membuat seseorang tidak bisa berbahagia atas kebahagiaan orang lain.

Dalam pandangan Hindu, iri hati termasuk salah satu sifat buruk (asuri sampad) yang harus dikendalikan. Kitab Bhagavad Gītā (XVI.4) menyebutkan bahwa sifat iri hati (mātsarya) adalah bagian dari tabiat yang mengikat manusia pada penderitaan.

Iri hati juga dekat dengan unsur Sad Ripu, terutama Matsarya (kedengkian) dan Lobha (keserakahan). Orang yang iri hati mudah jatuh pada perilaku adharma, seperti menjelekkan orang lain, merampas, atau melakukan adharma demi menutupi kelemahannya.

Iri hati tidak bisa dihilangkan seketika, tetapi bisa dikendalikan dengan latihan pikiran dan sikap positif:

1. Bersyukur (Sukṛta) menyadari apa yang sudah dimiliki sebagai anugerah Tuhan.

2. Mengembangkan Ananda (kebahagiaan batin) belajar ikut bahagia atas keberhasilan orang lain.

3. Melatih Satsangga yaitu bergaul dengan orang-orang baik yang memberi inspirasi, bukan persaingan negatif.

4. Membangun Semangat Belajar dan Berkarya, dengan menjadikan keberhasilan orang lain sebagai motivasi, bukan ancaman.

5. Meditasi dan Pengendalian Diri yaitu dengan menjaga pikiran tetap jernih agar tidak mudah dipengaruhi nafsu dan perasaan negatif.

6. Menumbuhkan Kasih Sayang (Maitri Bhavana) dengan mendoakan kebahagiaan bagi semua makhluk tanpa terkecuali.

Jadi Iri hati adalah racun halus yang bisa merusak kebahagiaan, menghancurkan hubungan, dan menutup jalan menuju kesuksesan sejati. Namun, dengan kesadaran diri, rasa syukur, dan pengendalian pikiran, iri hati dapat diubah menjadi energi positif berupa semangat untuk memperbaiki diri.

Hidup akan lebih damai jika kita belajar bahagia tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keberhasilan orang lain.

Indikator atau Ukuran Perbuatan Baik atau BurukOleh: Gs_SuardikaDalam ajaran Hindu, perbuatan (karma) memiliki peran pen...
11/09/2025

Indikator atau Ukuran Perbuatan Baik atau Buruk

Oleh: Gs_Suardika

Dalam ajaran Hindu, perbuatan (karma) memiliki peran penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang, baik di dunia ini maupun pada kelahiran yang akan datang. Setiap tindakan manusia tidak berdiri sendiri, tetapi selalu membawa akibat (phala). Karena itu, sangat penting bagi umat Hindu untuk memahami ukuran apakah suatu perbuatan tergolong baik (subha karma) atau buruk (asubha karma).

1. Berdasarkan Tujuan (Niat)

Kitab Bhagavad Gītā (III.19) mengajarkan bahwa niat yang dilandasi dharma dan ketulusan hati menjadi penentu kebaikan perbuatan.

Jika suatu tindakan dilakukan demi kebaikan bersama, tanpa pamrih pribadi, itu disebut karma yang baik.

Sebaliknya, perbuatan yang dilandasi nafsu, keserakahan, dan kebencian akan menjadi perbuatan buruk. Ukurannya:

Apakah niat saya tulus?

Apakah tindakan ini bermanfaat bagi orang lain, bukan hanya diri sendiri?

2. Berdasarkan Landasan Dharma

Dharma adalah hukum kebenaran universal yang menjadi pedoman hidup. Perbuatan yang sesuai dengan dharma akan selalu membawa kebaikan.

Menjaga kebenaran (satya).

Menjalankan kewajiban (swadharma).

Menghormati semua makhluk (ahimsa).

Bhagavad Gītā (XVI.1-3) menegaskan bahwa sifat-sifat seperti keberanian, kesucian, kasih sayang, pengendalian diri, dan kesabaran adalah tanda perilaku yang sesuai dharma.
Ukurannya:

Apakah tindakan ini sejalan dengan dharma?

Apakah perbuatan ini menumbuhkan kasih sayang, kebenaran, dan ketertiban?

3. Berdasarkan Dampak (Hasil)

Kitab Manava Dharmasastra (IV.238) mengingatkan bahwa setiap tindakan akan berbuah sesuai dengan kualitasnya.

Perbuatan baik menghasilkan kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Perbuatan buruk menimbulkan penderitaan, kerugian, dan keresahan.
Ukurannya:

Apakah tindakan ini menimbulkan manfaat atau kerugian?

Apakah orang lain merasa bahagia atau justru tersakiti akibat perbuatan saya?

4. Berdasarkan Pikiran, Ucapan, dan Perbuatan (Tri Kaya Parisudha)

Hindu mengajarkan Tri Kaya Parisudha, yaitu kesucian pikiran, ucapan, dan perbuatan. Perbuatan disebut baik bila selaras dengan tiga hal ini:

Manacika: pikiran suci, tidak iri, tidak jahat.

Wacika: ucapan yang benar, tidak kasar, tidak menyakiti.

Kayika: tindakan yang bermanfaat, tidak merugikan, dan memberi teladan.
Ukurannya:

Apakah pikiran saya bersih ketika melakukan ini?

Apakah ucapan saya tidak melukai hati orang lain?

Apakah perbuatan saya mendukung kebaikan bersama?

5. Berdasarkan Prinsip Tat Twam Asi

Tat Twam Asi berarti “aku adalah engkau” atau “dirimu adalah diriku”. Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang tidak membeda-bedakan, melainkan menempatkan orang lain sebagai bagian dari diri sendiri.
Ukurannya:

Apakah saya memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan?

Apakah tindakan saya menumbuhkan rasa persaudaraan dan empati?

6. Berdasarkan Kebebasan dari Sad Ripu (Enam Musuh Dalam Diri)

Sad Ripu (k**a, loba, krodha, moha, mada, matsarya) adalah enam musuh batin. Perbuatan yang baik lahir dari pengendalian diri atas sad ripu ini.

Perbuatan buruk biasanya lahir karena dikuasai nafsu, amarah, keserakahan, atau iri hati.

Perbuatan baik lahir dari ketenangan, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.
Ukurannya:

Apakah tindakan saya lahir dari pengendalian diri, bukan dari nafsu atau amarah?

7. Berdasarkan Yadnya (Pengorbanan Suci)

Hindu mengajarkan bahwa hidup seharusnya diisi dengan yadnya, yaitu pengorbanan tulus ikhlas kepada Tuhan, sesama manusia, leluhur, dan alam semesta. Perbuatan baik tercermin ketika seseorang rela berkorban tanpa pamrih demi kesejahteraan bersama.
Ukurannya:

Apakah tindakan saya merupakan persembahan suci, bukan hanya untuk diri sendiri?

Jadi ukuran suatu perbuatan baik dalam Hindu dapat dilihat dari niat yang tulus, keselarasan dengan dharma, dampak positif bagi sesama, kesucian pikiran-ucapan-tindakan, semangat empati Tat Twam Asi, pengendalian diri dari Sad Ripu, serta ketulusan dalam ber-yadnya. Dengan memahami dan menerapkannya, umat Hindu dapat menjalani hidup dengan bijaksana, membawa kebahagiaan bagi diri sendiri, sesama, dan seluruh alam semesta.

Hari Suci Pagerwesi: Makna, Sejarah, dan Pelaksanaannya1. Pengertian Hari PagerwesiHari Pagerwesi adalah salah satu hari...
10/09/2025

Hari Suci Pagerwesi: Makna, Sejarah, dan Pelaksanaannya

1. Pengertian Hari Pagerwesi

Hari Pagerwesi adalah salah satu hari suci umat Hindu yang jatuh setiap Buda (Rabu) Kliwon wuku Sinta, empat hari setelah Hari Saraswati. Kata Pagerwesi berasal dari kata pager (pagar) dan wesi (besi), sehingga secara harfiah berarti pagar besi. Maknanya adalah umat Hindu diajak untuk memperkuat diri, baik secara lahir maupun batin, dengan pagar iman yang kokoh seperti besi agar tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh buruk.

2. Makna Filosofis

Hari Pagerwesi memiliki makna yang sangat dalam:

Penguatan Diri
Umat Hindu memperkuat keyakinan, iman, dan spiritualitasnya agar tidak mudah dikuasai oleh nafsu, kebodohan, dan sifat-sifat buruk.

Kemenangan Dharma melawan Adharma Pagerwesi dipandang sebagai simbol perjuangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Pagar besi menjadi perlindungan agar pikiran dan hati tidak mudah disusupi hal-hal yang menjerumuskan.

Kesadaran Diri Manusia diajak untuk selalu waspada dalam menjalani kehidupan, menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan agar tetap berada pada jalan kebenaran.

3. Hubungan dengan Hari Saraswati

Pagerwesi dilaksanakan empat hari setelah Hari Saraswati. Jika Saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, maka Pagerwesi adalah hari untuk menjaga dan memperkuat ilmu serta kebijaksanaan itu, agar tidak hilang dan disalahgunakan.

4. Upacara dan Pelaksanaan

Pada hari Pagerwesi, umat Hindu melakukan pemujaan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Pramesti Guru atau Dewa Siwa, yang berfungsi sebagai Guru Agung pemberi tuntunan hidup.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

Sembahyang di Merajan (Sanggah Kemulan) memuja leluhur agar mendapat tuntunan dan perlindungan.

Upacara di Pura
umat Hindu mendatangi pura desa atau pura keluarga untuk memohon keselamatan lahir batin.

Melaksanakan Persembahan
umat menghaturkan banten khusus, seperti segehan, daksina, tumpeng, dan canang sari sebagai simbol bakti.

Penyucian Diri menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan agar tetap suci sebagai bentuk pagar rohani.

5. Nilai Spiritual dan Etika

Hari Pagerwesi bukan hanya seremoni keagamaan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa:

-Ilmu tanpa iman akan menjerumuskan.

-Kekuatan diri harus dijaga, seperti pagar besi, agar tidak runtuh.

-Manusia harus selalu waspada terhadap pengaruh negatif dari dalam diri (Sad Ripu: k**a, loba, krodha, mada, moha, matsarya).

-Pikiran yang kuat dan suci adalah benteng terbaik dalam hidup.

6. Pesan Universal Hari Pagerwesi

Pagerwesi mengajarkan umat manusia untuk:

Selalu memperkuat spiritualitas sebagai fondasi hidup.

Menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan, iman, dan etika.

Membangun benteng pertahanan diri agar tetap teguh di jalan kebenaran.

Menjadikan hidup bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesama dan alam semesta.

Dengan demikian, Hari Pagerwesi adalah momentum umat Hindu untuk merenung, memperkuat keyakinan, serta membangun “pagar besi” dalam diri agar hidup selalu berada di jalan dharma, menuju kebahagiaan sejati dan moksa.

Hindari Sifat Sombong Tumbuh dalam DiriOleh: Gs_SuardikaSombong adalah sikap merasa diri lebih hebat, lebih tinggi, atau...
10/09/2025

Hindari Sifat Sombong Tumbuh dalam Diri

Oleh: Gs_Suardika

Sombong adalah sikap merasa diri lebih hebat, lebih tinggi, atau lebih berharga dibanding orang lain. Sifat ini sering kali muncul akibat dari kelebihan yang dimiliki, baik berupa harta, ilmu, kekuasaan, maupun penampilan. Namun, di balik rasa bangga yang berlebihan itu, sombong justru membawa banyak akibat buruk, baik bagi diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain.

1. Menutup Pintu Ilmu dan Kebijaksanaan

Orang yang sombong biasanya merasa dirinya sudah paling pintar, sehingga enggan menerima nasihat atau belajar hal baru. Akibatnya, ia kehilangan kesempatan untuk berkembang dan justru terjebak dalam kebodohan.

2. Menumbuhkan Permusuhan

Sikap meremehkan dan merendahkan orang lain menimbulkan sakit hati. Hal ini bisa menimbulkan iri, dengki, bahkan permusuhan. Lingkungan sosial pun menjadi tidak harmonis karena orang sombong sulit diterima.

3. Kehilangan Rasa Syukur

Sombong membuat seseorang lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah titipan Tuhan. Ia merasa semua berasal dari usahanya sendiri, sehingga lalai bersyukur. Padahal, syukur adalah kunci untuk menjaga keberkahan.

4. Menjerumuskan Diri ke Kesepian

Ketika orang lain menjauh karena sikap sombong, akhirnya seseorang akan merasakan kesepian. Ia mungkin memiliki banyak harta atau jabatan, tetapi tidak punya teman sejati yang tulus.

5. Jatuh dari Ketinggian

Kesombongan sering kali menjadi awal kejatuhan. Orang yang tinggi hati biasanya lengah, tidak mawas diri, dan meremehkan tantangan. Ketika ujian hidup datang, ia bisa jatuh terpuruk dan sulit bangkit karena sudah kehilangan dukungan orang lain.

6. Akibat Spiritual

Dalam banyak ajaran agama, sombong adalah sifat tercela yang menjauhkan manusia dari Tuhan. Kesombongan dianggap sebagai penghalang bagi kerendahan hati dan pengabdian tulus. Dalam Hindu, sifat sombong termasuk bagian dari Sad Ripu (enam musuh dalam diri) yang harus dikendalikan.

Jadi Sifat sombong tidak membawa manfaat sedikit pun. Justru ia merusak diri, merenggangkan hubungan dengan sesama, dan menjauhkan dari Tuhan. Lawan dari sombong adalah rendah hati, sikap yang membuat seseorang dihormati, disayangi, dan selalu terbuka untuk bertumbuh.

Cara sederhana agar pikiran selalu positifOleh: Gs_ SuardikaDalam Hindu dikenal adanya trikaya parisuda, yaitu berpikir,...
10/09/2025

Cara sederhana agar pikiran selalu positif

Oleh: Gs_ Suardika

Dalam Hindu dikenal adanya trikaya parisuda, yaitu berpikir, berkata dan berbuat positif. Pada kesempatan kali ini kita bahas beberapa cara sederhana agar pikiran selalu positif sebagai berikut:

1. Awali Hari dengan Pikiran Baik

Bangun tidur ucapkan rasa syukur.

Tarik napas dalam-dalam, bayangkan energi baik masuk dan energi negatif keluar.

Katakan afirmasi sederhana seperti: “Hari ini saya akan tenang damai dan penuh semangat.”

2. Jaga Lingkungan & Pergaulan

Berkumpul dengan orang yang memberi energi positif.

Batasi waktu dengan orang yang s**a mengeluh atau menyebarkan hal negatif.

Isi waktu luang dengan bacaan, tontonan, atau musik yang membangun semangat.

3. Latih Pikiran untuk Fokus pada Kebaikan

Jika menghadapi masalah, ubah pertanyaan dari “Kenapa ini terjadi padaku?” menjadi “Apa pelajaran yang bisa saya ambil?”

Lihat sisi terang dari setiap kejadian, sekecil apa pun.

4. Kelola Pikiran dengan Meditasi atau Doa

Meditasi singkat 5–10 menit setiap hari bisa membantu menenangkan pikiran.

Bagi umat Hindu, berjapa mantra bisa menjadi penguat agar pikiran damai dan penuh ketenangan.

5. Syukuri Hal-Hal Kecil

Tulis 3 hal yang bisa disyukuri setiap malam sebelum tidur.

Rasa syukur akan membuat hati lapang dan pikiran ringan.

6. Hidup Seimbang

Olahraga teratur agar tubuh sehat dan hormon bahagia (endorfin) keluar.

Istirahat cukup supaya pikiran tidak cepat lelah.

Jaga makanan agar tubuh tidak terbebani.

7. Bantu Orang Lain

Pikiran positif tumbuh kuat saat kita berbagi.

Membantu sesama membuat hati hangat, memunculkan rasa bermakna, dan menjauhkan diri dari pikiran buruk.

✨ Intinya, pikiran positif bukan berarti tidak ada masalah, melainkan bagaimana kita memilih cara pandang yang penuh harapan, syukur, dan kebaikan dalam setiap keadaan.

Sifat Tuhan Menurut HinduOleh : Gs_Suardikaapakah hindu memiliki banyak tuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita p...
09/09/2025

Sifat Tuhan Menurut Hindu

Oleh : Gs_Suardika

apakah hindu memiliki banyak tuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita pahami bagai mana pandangan tentang tuhan menurut hindu.

Dalam ajaran Hindu, Tuhan dikenal dengan banyak sebutan seperti Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Brahman, atau Paramātman, nining batara di kalimantan, gusti pangeran dijawa dan banyak lagi sebutan Tuhan. Walaupun disebut dengan berbagai nama, hakikat Tuhan adalah satu.

Bhagavadgītā (7.21) menegaskan:

> "Yo yo yām yām tanum bhaktaḥ śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalāṁ śraddhāṁ tām eva vidadhāmy aham"
(Apa pun bentuk pemujaan yang dipilih oleh seorang bhakta dengan penuh keyakinan, Aku teguhkan keyakinannya itu).

Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Esa dapat dipuja dalam berbagai bentuk dan nama, namun hakikat-Nya tetap sama. Adapun sifat Tuhan menurut hindu adalah:

1. Esa (Ekam Evādvitīyam)

Dalam Upaniṣad disebutkan: “Ekam evādvitīyam Brahman” (Tuhan itu satu, tiada duanya)
Sifat utama Tuhan adalah ke-Esa-an, yang tidak bisa dibandingkan dan tidak terbagi. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bersumber dari-Nya.

2. Sat–Cit–Ānanda

Tuhan dalam filsafat Vedānta digambarkan memiliki tiga aspek hakiki:

Sat: Kekal abadi, tidak terlahir dan tidak pernah musnah.

Cit: Kesadaran murni, sumber segala pengetahuan.

Ānanda: Kebahagiaan yang tak terbatas, kebahagiaan sejati.

Konsep ini mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan, kesadaran, dan kebahagiaan.

3. Mahakuasa (Omnipotent)

Dalam Atharva Veda disebutkan bahwa Tuhan adalah penguasa atas segala yang ada. Ia memiliki kekuasaan tak terbatas, mengatur alam semesta, dan menjadi penentu hukum karma phala.

4. Maha Mengetahui (Omniscient)

Tuhan mengetahui segalanya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Dalam Ṛg Veda (10.121) disebutkan:
"Hiranyagarbhaḥ samavartatāgre, bhūtasya jātāḥ patir eka āsīt"
(Tuhan Yang Maha Mengetahui ada sejak awal penciptaan, Dialah penguasa segala yang ada).

5. Maha Hadir (Omnipresent)

Tuhan hadir di mana-mana. Ia meresapi segala ciptaan, baik yang tampak maupun tidak. Dalam Īśā Upaniṣad dijelaskan:
"Īśāvāsyam idam sarvam yat kiñca jagatyām jagat"
(Segala yang bergerak dan tidak bergerak di alam semesta ini diliputi oleh Tuhan).

6. Nirguna dan Saguna

Hindu mengenal dua pemahaman tentang sifat Tuhan:

Nirguna Brahman: Tuhan tanpa sifat, abstrak, tak terbayangkan, transendental.

Saguna Brahman: Tuhan dengan sifat dan wujud, sehingga bisa dipuja dalam bentuk dewa (manifestasi seperti Brahmā, Wisnu, Siwa, Dewi Saraswati, dan lain-lain).

Pemahaman ini menunjukkan fleksibilitas dalam bhakti, di mana umat boleh memuja Tuhan secara abstrak maupun melalui simbol.

7. Maha Pengasih dan Penyelamat

Dalam Bhagavadgītā (9.22), Sri Krishna menyatakan:
"Ananyāś cintayanto māṁ ye janāḥ paryupāsate, teṣāṁ nityābhiyuktānāṁ yoga-kṣemaṁ vahāmy aham"
(Aku akan selalu melindungi dan memenuhi kebutuhan para bhakta yang senantiasa berbhakti kepada-Ku).

Hal ini menegaskan bahwa Tuhan penuh kasih sayang kepada semua makhluk, tanpa membeda-bedakan.

Kesimpulan nya Sifat Tuhan dalam Hindu sangat luas dan mendalam, namun inti utamanya adalah bahwa Tuhan itu Esa, kekal, mahakuasa, maha mengetahui, maha hadir, penuh kasih, serta merupakan sumber kehidupan, pengetahuan, dan kebahagiaan sejati. Umat Hindu percaya bahwa dengan memahami dan menghayati sifat-sifat Tuhan, manusia dapat lebih mendekatkan diri, berbhakti, serta menuntun hidup sesuai dengan dharma.

Hindu Sangat Menghormati LeluhurOleh: Gs_SuardikaDalam tradisi Hindu, leluhur (pitṛa atau pitara) memiliki kedudukan yan...
08/09/2025

Hindu Sangat Menghormati Leluhur

Oleh: Gs_Suardika

Dalam tradisi Hindu, leluhur (pitṛa atau pitara) memiliki kedudukan yang sangat mulia. Menghormati leluhur bukan hanya sekadar kewajiban adat, tetapi juga bagian dari ajaran dharma yang tertulis dalam kitab suci. Keyakinan ini berpijak pada pandangan bahwa kehidupan kita saat ini tidak terlepas dari jasa para leluhur yang telah mewariskan tubuh, keluarga, budaya, hingga jalan spiritual.

1. Leluhur sebagai Pemberi Kehidupan

Hindu mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia di dunia ini merupakan keberlanjutan dari kesinambungan generasi. Kita lahir berkat orang tua, dan orang tua ada karena kakek dan nenek dan leluhur leluhur yang mendahului mereka. Karena itu, menghormati leluhur berarti menghormati asal-usul diri.

Kitab Taittiriya Upanishad (I.11.2) menegaskan:

> "Mātṛ devo bhava, pitṛ devo bhava, ācārya devo bhava, atithi devo bhava."
(Jadikanlah ibumu sebagai dewa, ayahmu sebagai dewa, gurumu sebagai dewa, dan tamumu sebagai dewa.)

Ayat ini menunjukkan pentingnya penghormatan kepada orang tua yang juga termasuk leluhur kita.

2. Leluhur Membimbing dari Alam Pitṛ Loka

Dalam keyakinan Hindu, setelah meninggal, jiwa leluhur dapat mencapai Pitṛ Loka (alam para leluhur) bila didoakan dengan tulus oleh keturunannya. Dari sana, mereka dipercaya tetap memberi restu dan perlindungan bagi keturunannya di dunia.

Dalam Manu Smṛti (3.203) disebutkan:

> “Orang yang dengan penuh keyakinan melakukan persembahan kepada para pitṛ dan dewa, ia akan memperoleh kebahagiaan bersama leluhur di dunia yang mulia.”

Artinya, dengan menghormati leluhur melalui doa dan yadnya, umat Hindu menjaga hubungan spiritual yang suci dengan mereka.

3. Pitra Yadnya sebagai Kewajiban Suci

Dalam konsep Panca Yadnya, umat Hindu diajarkan lima jenis pengorbanan suci, salah satunya adalah Pitra Yadnya (persembahan kepada leluhur).

Kitab Bhagavad Gītā (9.25) menegaskan:

> “Yānti deva-vratā devān, pitṝn yānti pitṛ-vratāḥ; bhūtāni yānti bhūtejyā, yānti mad-yājino 'pi mām.”
(Mereka yang menyembah para dewa akan pergi kepada para dewa; mereka yang memuja para leluhur akan pergi kepada para leluhur; mereka yang memuja roh halus akan pergi kepada roh halus; dan mereka yang memuja-Ku akan datang kepada-Ku.)

Ayat ini menunjukkan bahwa umat Hindu yang dengan tulus berbhakti kepada leluhur akan tetap terhubung dengan leluhur, baik di dunia maupun di alam berikutnya.

4. Nilai Filosofis Menghormati Leluhur

Menghormati leluhur mengajarkan beberapa nilai luhur, antara lain:

Rasa terima kasih kepada asal-usul kehidupan.

Keterhubungan antar generasi yang menciptakan kesinambungan budaya dan spiritual.

Pembelajaran moral bahwa hidup yang baik akan meninggalkan jejak baik bagi keturunan.

Kebersamaan keluarga yang diperkuat melalui ritual dan doa bersama.

Jadi umat Hindu, menghormati leluhur adalah wujud nyata dari dharma dan bakti. Leluhur tidak dianggap sekadar orang yang telah tiada, tetapi sebagai jiwa-jiwa mulia yang telah membuka jalan bagi kehidupan kita saat ini. Melalui doa, yadnya, dan sikap penuh hormat, umat Hindu menjaga keseimbangan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Dengan demikian, menghormati leluhur bukanlah sekadar tradisi, tetapi sebuah kewajiban suci sebagaimana diajarkan dalam kitab-kitab.

Makanan  tidak Baik (tamasika) Menurut Pandangan HinduOleh: Gs_SuardikaDalam ajaran Hindu, makanan bukan hanya sekadar p...
08/09/2025

Makanan tidak Baik (tamasika) Menurut Pandangan Hindu

Oleh: Gs_Suardika

Dalam ajaran Hindu, makanan bukan hanya sekadar pemenuh kebutuhan fisik, tetapi juga berhubungan erat dengan pikiran, jiwa, dan spiritualitas. Apa yang kita makan diyakini akan berpengaruh pada kualitas pikiran (citta), memengaruhi kesehatan, serta menentukan kemurnian batin. Oleh karena itu, umat Hindu dianjurkan untuk bijak dalam memilih makanan agar sejalan dengan jalan dharma.

1. Kategori Makanan dalam Hindu

Kitab Bhagavad Gita (XVII.7–10) membagi makanan ke dalam tiga kategori utama berdasarkan sifat alam (guna):

1. Makanan Sattvika
(suci, menenangkan)

Memberi panjang umur, kesehatan, kekuatan, kebahagiaan, dan ketenangan.

Contoh: buah-buahan, sayur-mayur, susu, biji-bijian, madu, kacang-kacangan.

Ciri: segar, alami, tidak berlebihan bumbu, mudah dicerna.

2. Makanan Rajasika (bergairah, membangkitkan nafsu)

Menyebabkan gelisah, terlalu bersemangat, dan nafsu yang berlebihan.

Contoh: makanan pedas berlebihan, asam, asin, makanan yang terlalu berminyak atau digoreng.

Ciri: merangsang indera tetapi melelahkan tubuh dan pikiran.

3. Makanan Tamasika (gelap, menurunkan kesadaran)

Membawa kemalasan, kebodohan, penyakit, dan kegelapan batin.

Contoh: daging yang busuk, makanan basi, minuman keras, narkotika, makanan berjamur.

Ciri: merusak tubuh, mengotori pikiran, dan menghambat perkembangan spiritual.

2. Makanan yang TidakvBaik dalam Hindu

Secara umum, Hindu tidak menetapkan “haram” seperti dalam agama lain, tetapi ada makanan yang dianggap tidak layak atau tidak baik untuk kesehatan fisik dan spiritual.

1. Daging Hewan (terutama sapi)

Sapi dipandang sebagai makhluk suci (Ibu Pertiwi dalam bentuk bhumi dan sumber kehidupan melalui susu).

Oleh karena itu, daging sapi dihindari sebagai bentuk penghormatan.

Banyak umat Hindu juga memilih vegetarian (ahimsa: tidak menyakiti makhluk hidup).

2. Makanan Beralkohol dan Memabukkan

Dapat merusak kesadaran, mengganggu konsentrasi dalam sembahyang dan meditasi.

3. Makanan Basi atau Busuk

Disebut tamasika, menurunkan kualitas hidup, mengundang penyakit, dan tidak baik bagi pikiran.

3. Prinsip Ahimsa dalam Pilihan Makanan

Ajaran ahimsa (tidak menyakiti makhluk hidup) menjadi dasar penting dalam menentukan makanan. Dengan memilih makanan yang tidak melibatkan penderitaan makhluk lain, manusia dianggap ikut menjaga keseimbangan alam dan menunjukkan kasih sayang universal.

Jadi Pandangan Hindu tentang makanan menekankan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.

Makanan Sattvika dianjurkan karena memberi kesehatan dan ketenangan batin.

Makanan Rajasika boleh dikonsumsi secukupnya, tetapi berlebihan akan merugikan.

Makanan Tamasika sebaiknya dihindari karena merusak tubuh dan kesadaran spiritual.

Dengan memilih makanan yang baik, manusia tidak hanya menjaga kesehatan jasmani, tetapi juga mengarahkan diri menuju kehidupan yang lebih suci, damai, dan selaras dengan dharma.

Beragama Bukan Hafalan, Tapi DilaksanakanOleh: Gs_SuardikaSering kali mendengar ungkapan bahwa agama adalah jalan hidup,...
08/09/2025

Beragama Bukan Hafalan, Tapi Dilaksanakan

Oleh: Gs_Suardika

Sering kali mendengar ungkapan bahwa agama adalah jalan hidup, bukan sekadar kumpulan teori yang dihafalkan. Pernyataan “Ajaran agama bukan hafalan tapi dilaksanakan” menegaskan bahwa inti dari beragama adalah praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya menguasai ayat-ayat suci, doa, atau mantra tanpa dihayati maknanya.

1. Beragama Bukan Sekadar Pengetahuan

Agama memang mengajarkan kitab suci, doa, tata upacara, maupun ajaran moral. Menghafalkan doa atau mantra adalah hal baik, sebab itu bagian dari tradisi dan ibadah. Namun, hafalan semata tidak cukup jika tidak diwujudkan dalam sikap hidup.

Seseorang boleh fasih melantunkan ayat-ayat suci, namun jika perilakunya bertentangan dengan ajaran tersebut, maka nilai agama belum benar-benar hadir dalam dirinya.

Pengetahuan agama adalah fondasi, tetapi tindakan nyata adalah bangunannya.

2. Ajaran Agama Harus Tercermin dalam Perilaku

Hakikat agama adalah pedoman agar manusia hidup damai, harmonis, dan bermanfaat. Artinya, setiap ajaran seharusnya membentuk kepribadian dan laku.

Kejujuran lebih penting daripada sekadar menghafal tentang “jangan berbohong”.

Kasih sayang dan welas asih lebih mulia daripada hanya tahu bahwa kitab suci mengajarkan cinta kasih.

Kesabaran dan pengendalian diri lebih bernilai dibandingkan hanya hafal bahwa marah adalah pintu kerusakan.

3. Makna Ibadah Sejati

Ibadah tidak hanya ritual, tetapi juga sikap hidup. Doa yang panjang tidak akan berarti jika hati penuh kebencian. Upacara megah tidak bernilai bila tidak diiringi dengan perbuatan baik. Ajaran agama menuntut keseimbangan antara ritual dan etika kehidupan.

Ritual menghubungkan manusia dengan Tuhan.

Perilaku nyata menghubungkan manusia dengan sesama dan alam.

Jika keduanya berjalan seiring, agama benar-benar hidup dalam diri seseorang.

4. Beragama dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghidupi agama berarti membawa ajaran suci ke dalam tindakan sederhana sehari-hari:

Menghormati orang tua dan guru.

Menghargai orang lain tanpa memandang status.

Bekerja dengan jujur dan penuh tanggung jawab.

Menjaga alam dan lingkungan.

Membantu sesama yang membutuhkan.

Inilah wujud nyata beragama. Hafalan menjadi bermakna ketika ia mewarnai tindakan nyata.

5. Kesimpulan

Pernyataan “bergama bukan hafalan tapi dilaksanakan” mengingatkan kita bahwa yang terpenting bukan seberapa banyak doa, mantra, atau ayat yang kita hafal, tetapi sejauh mana ajaran agama itu membentuk perilaku kita sehari-hari. Hafalan adalah sarana, sedangkan pengamalan adalah tujuan. Agama sejati bukan sekadar di mulut, melainkan hidup dalam hati dan tercermin melalui perbuatan baik.

Pertanyaan seorang anak kepada bapaknya
08/09/2025

Pertanyaan seorang anak kepada bapaknya

Address

Banjarbaru

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sarasamuscaya intisari dharma posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Sarasamuscaya intisari dharma:

Share