27/09/2023
CERBUNG
Judul : Afirmasi Sapu Jagat (3)
Gambar ilustrasi: koleksi pribadi
-----
"Robbanaa aatina fiddunya hasanah, wafil aakhirati hasanah waqinaa 'adzaa bannaar, aamiin,"
Doa saput jagat, selalu mengawali langkah pertama bagi Luna. Sejak kecil kedua orangtuanya mengenalkan doa tersebut untuk selalu diucapkan tiap kali mengawali sesuatu.
Setiap kali bersiap untuk melakukan ujian sekolah, ujian kampus, ujian tes cpns, saat akan berangkat meninggalkan tanah kelahiran dan kini doa itu menjadi afirmasi positif yang selalu ia terapkan di kelas.
"Ibu, apa artinya doa itu bu?," tanya salah seorang siswa.
"Pertanyaan yang bagus nak, doa sapu jagat tadi artinya wahai Tuhan kami, anugerahi kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari api neraka,” jawab Luna
"Doa ini selalu menjadi kekuatan bagi ibu untuk melakukan hal-hal baik, agar Allah senantiasa memberikan ibu kekuatan dan perlindungan," tuturnya sembari memulai kelas.
Baru saja Luna akan membagikan materi pelajaran hari itu, tiba-tiba pintu ruang kelas diketuk pelan sebanyak tiga kali. Seorang siswa muncul dan berdiri di sana.
"Assalamualaikum ibu, Kepala Sekolah minta Bu Luna ke ruangannya ada tamu untuk ibu," kata siswa tersebut menyampaikan pesannya lalu pamit.
Luna sempat berpikir, kira-kira siapa yang akan mengunjunginya di tempat kerja. Ia tidak punya janji temu dengan siapapun, bahkan ia belum punya banyak kenalan selama beberapa hari tinggal di Jeneponto.
Sembari mengingat dan mengira-ngira, akhirnya ia tersenyum tatkala melihat sosok yang mungkin dimaksud tamu oleh anak tadi. Ada Nirmala, sahabatnya.
"Assalamualaikum," ucap Luna memasuki ruangan.
Di ruangan itu ada Kepala Sekolah, Nirmala dan dua orang lagi yang tidak dikenali Luna, mungkin pasangan lansia itu tamu bu kepala. Luna pun duduk di antara mereka.
Nirmala memeluk sahabatnya. Sudah cukup lama mereka baru bertemu.
"Padahal akhir pekan ini Luna rencana mau ke Makassar untuk ketemu kamu," kata Luna.
Nirmala melempar pandangannya ke arah dua orang lansia tadi. Luna pun ikut memandang. Ada yang aneh dari keduanya. Terutama ibu-ibu lansia berkerudung cokelat itu. Sorot matanya terus berkaca-kaca seolah menahan tangis.
Ruangan seketika hening, hingga Bu Samsiah, Kepala Sekolah menyampaikan sesuatu yang membuat Luna terkejut.
"Inimi Luna ammak, anakna Samsuddin, cucuta ammak, kamanakkangku," katanya sambil perlahan terisak.
Nirmala kembali memeluk sahabatnya itu.
"Luna, ibu Samsiah adalah kakak kandung ayahmu, Tante Amelia menceritakan semua dan Nir mulai menemui keluarga ayahmu satu persatu Alhamdulillah sekarang kamu bisa ketemu nenek dan kakekmu juga," lanjut Nir dan kembali memandang dua lansia yang tak lagi dapat membendung air mata mereka.
Luna masih tidak bisa percaya akan hal yang didengarnya. Namun seketika ia turun dari kursi dan bersimpuh di kaki dua lansia tersebut. Daeng Madi dan Daeng Misa, orang tua almarhum Samsuddin, ayah Luna.
Daeng Misa segera mengangkat Luna, membantunya untuk kembali duduk di kursi. Ia memeluk erat cucu yang sudah lama dinantikannya.
"Cucunggkuu kodong, cucungkuu," kata Daeng Misa mulai meraung sambil terus memeluk Luna.
"Sintanjak lekbak bapakna, caradde tongi singkamma bapakna," ujar Daeng Madi sesengukan.
Bu Samsiah turut menghambur memeluk Luna.
"Sudah lama kami nantikan kamu nak, kabar kepergian bapakmu membuat kami sekeluarga semakin dilanda rasa bersalah, maafkan kami semua nak," tutur Bu Samsiah.
Luna yang sedari tadi diam terus berupaya mencerna situasi. Terlalu mengejutkan semua hal yang dialaminya barusan. Semua rasa bersatu, bingung, sedih dan bahagia.
"Ayah rindu dengan semua keluarga tapi beliau tidak berani kembali, ayah selalu bercerita tentang Jeneponto dan berjanji akan membawa Luna suatu saat nanti,"
"Maafkan ayah nek, kakek, tante, maafkan kesalahan ayah dan ibu di masa lalu," kata Luna dengan air mata yang berderai.
Suasana itu berangsur-angsur hangat. Pertemuan yang telah lama dinantikan. Kehidupan Luna di tempat pengabdiannya adalah jawaban dari doa-doa ayah ibunya selama ini. Keputusannya memilih tempat penugasan di kampung yang sudah lama ditinggalkan ayahnya adalah sebuah jalur untuk merangkul kembali kesalahan itu untuk merangkai cerita baru yang lebih indah.
*TAMAT*