Zhitohank Ato Project

Zhitohank Ato Project Just ordinary single mom

04/05/2025
Transkrip salinan isi dari Nabonidus Cylinder, berdasarkan terjemahan yang tersedia dari sumber-sumber terpercaya, khusu...
29/04/2025

Transkrip salinan isi dari Nabonidus Cylinder, berdasarkan terjemahan yang tersedia dari sumber-sumber terpercaya, khususnya dari Silinder Nabonidus dari Sippar dan Ur. Karena teks asli pada silinder ditulis dalam bahasa Akkadia dengan aksara kuneiform, saya akan menyediakan terjemahan dalam bahasa Inggris (seperti yang umum digunakan dalam literatur akademis) dan menjelaskan isi utamanya. Saya akan fokus pada bagian-bagian kunci yang relevan, termasuk menyebutkan Belsyazar, karena panjangnya teks asli sangat ekstensif dan tidak mungkin disalin seluruhnya di sini. Saya juga akan memberikan konteks dan ringkasan dalam bahasa Indonesia untuk memenuhi permintaan Anda.

Ringkasan Konteks
Silinder Nabonidus adalah artefak tanah liat berbentuk silinder yang berisi inskripsi tentang tindakan Raja Nabonidus (memerintah 556–539 SM), terutama restorasi kuil dan ziggurat. Ada dua silinder utama yang sering dirujuk:

1. Silinder dari Sippar : Berisi deskripsi Nabonidus tentang perbaikan tiga kuil: kuil dewa bulan Sin di Harran, kuil dewi perang Anunitu di Sippar, dan kuil dewa matahari Šamaš di Sippar.

2. Silinder dari Ur : Berisi teks fondasi ziggurat E-lugal-galga-sisa, bagian dari kuil Sin di Ur, yang diperbaiki Nabonidus. Silinder ini kemungkinan merupakan inskripsi terakhirnya, sekitar 540 SM, dan penting karena menyebutkan Belsyazar, putranya, yang terkait dengan Kitab Daniel.

Kedua silinder ini mencerminkan tema umum dalam inskripsi Mesopotamia: gelar kerajaan, kisah dewa yang marah dan berdamai dengan rakyatnya, perintah untuk memulihkan kuil, dan doa untuk raja serta keturunannya. Silinder dari Ur terkenal karena menyebut Belsyazar, yang memberikan bukti arkeologi untuk narasi dalam Kitab Daniel 5.

Berikut adalah kutipan terjemahan dari Nabonidus Cylinder dari Ur (berdasarkan terjemahan oleh Paul-Alain Beaulieu, sebagaimana dikutip dari sumber seperti Livius.org) dan Silinder dari Sippar, yang mencakup bagian penting yang relevan dengan Kekristenan (penyebutan Belsyazar) serta tema utama lainnya.

Isi Utama Silinder Nabonidus
1. Restorasi Kuil dan Ziggurat :
- Silinder dari Ur : Nabonidus menjelaskan bahwa ia memulihkan ziggurat E-lugal-galga-sisa di kuil Sin (dewa bulan) di Ur. Ia menyebutkan bahwa ziggurat ini awalnya dibangun oleh Raja Ur-Nammu dan diselesaikan oleh putranya, Šulgi, namun telah rusak seiring waktu. Nabonidus memperbaikinya dengan bitumen dan bata bakar, menunjukkan penghormatannya kepada Sin, yang ia anggap sebagai "raja para dewa."

- Silinder dari Sippar : Nabonidus menceritakan perbaikan tiga kuil: kuil Sin di Harran (Ehulhul), kuil Anunitu, dan kuil Šamaš di Sippar. Ia menemukan inskripsi raja-raja sebelumnya seperti Naram-Sin dan Shagaraki-shuriash selama penggalian, yang menunjukkan upayanya untuk menghubungkan legitimasinya dengan tradisi kuno.

2. Penyebutan Belsyazar :
- Dalam Silinder dari Ur, Nabonidus memanjatkan doa untuk dirinya sendiri dan putra sulungnya, Belsyazar:
"As for me, Nabonidus, king of Babylon, save me from sinning against your great godhead and grant me as a present a life long of days, and as for Belshazzar, the eldest son -my offspring- instill reverence for your great godhead in his heart and may he not commit any cultic mistake, may he be sated with a life of plenitude."

Bagian ini penting karena Belsyazar disebut dalam Kitab Daniel 5 sebagai pemimpin yang mengadakan pesta saat tulisan misterius “mene, mene, tekel, ufarsin” muncul, meramalkan kejatuhan Babel. Penyebutan Belsyazar di silinder ini adalah bukti arkeologi pertama yang mengkonfirmasi keberadaannya, yang sebelumnya dianggap fiktif oleh beberapa sarjana.

3. Visi dan Legitimasi :
- Dalam Silinder dari Sippar, Nabonidus menggambarkan mimpinya di mana Marduk dan Sin memerintahkannya untuk membangun kembali kuil Ehulhul di Harran. Ia awalnya ragu karena ancaman dari bangsa Mede, tetapi Marduk meyakinkannya bahwa Mede akan dihancurkan oleh Koresh dari Anshan (yang kemudian menjadi Koresh Agung). Bagian ini menunjukkan bagaimana Nabonidus menggunakan narasi ilahi untuk melegitimasi kekuasaannya.

4. Kontroversi Religius :
- Silinder dari Sippar juga menyebutkan tindakan Nabonidus yang dianggap “tidak suci” oleh beberapa pihak, yaitu membuat patung dewa bulan yang tidak dikenal, yang dianggap sebagai penyimpangan dari tradisi Babel. Ia menghentikan festival, termasuk Festival Tahun Baru, yang memicu ketegangan dengan pendeta Marduk. Tindakan ini kemungkinan berkontribusi pada narasi negatif tentangnya dalam sumber-sumber seperti Silinder Koresh.

Hubungan dengan Kekristenan
Silinder Nabonidus, terutama dari Ur, relevan dengan Kekristenan karena penyebutan Belsyazar, yang menghubungkan artefak ini dengan narasi dalam Kitab Daniel. Dalam Daniel 5, Belsyazar digambarkan sebagai pemimpin Babel yang akhirnya dikalahkan oleh Persia, sesuai dengan konteks sejarah jatuhnya Babel pada 539 SM kepada Koresh Agung. Silinder ini menjadi bukti arkeologi yang mendukung keberadaan Belsyazar, memperkuat keakuratan historis Perjanjian Lama.

Catatan Tambahan
- Sumber Terjemahan : Terjemahan di atas diambil dari karya Paul-Alain Beaulieu, yang diterbitkan dalam The Reign of Nabonidus, King of Babylon 556-539 B.C., dan tersedia melalui situs seperti
Livius.org. https://www.livius.org/sources/content/nabonidus-cylinder-from-ur/
https://www.livius.org/sources/content/nabonidus-cylinder-from-sippar/

- Keterbatasan: Teks lengkap silinder sangat panjang dan terdiri dari beberapa kolom. Beberapa bagian rusak (ditandai dengan *lacuna*), sehingga terjemahan mungkin tidak lengkap.

- Lokasi Artefak : Salinan Silinder dari Sippar ada di Pergamon Museum, Berlin, dan British Museum, London. Silinder dari Ur disimpan di British Museum.

(Di tulis dr beberapa sumber - Lyla Zhitohank )

The Nabonidus Cylinder: A Window into Ancient Babylon and Biblical HistoryIn the heart of ancient Mesopotamia, where emp...
29/04/2025

The Nabonidus Cylinder: A Window into Ancient Babylon and Biblical History

In the heart of ancient Mesopotamia, where empires rose and fell, the Nabonidus Cylinder stands as a remarkable artifact, offering a glimpse into the final days of the Babylonian Empire. This small, cylindrical clay object, inscribed with cuneiform script, is more than a relic of a bygone era—it is a bridge connecting historical records with biblical narratives, shedding light on a pivotal moment in the ancient world. Housed in the British Museum, the Nabonidus Cylinder is celebrated for its historical significance, particularly its connection to the Book of Daniel and the figure of Belshazzar.

Origins and Description
The Nabonidus Cylinder, dating to approximately 555–539 BCE, was created during the reign of Nabonidus, the last king of the Neo-Babylonian Empire. Measuring about 10 inches in length, the cylinder is made of baked clay, a common medium for recording significant royal decrees or achievements in ancient Mesopotamia. Its surface is covered with intricate cuneiform inscriptions, detailing Nabonidus’ devotion to the moon god Sin and his efforts to restore temples, particularly the Ehulhul temple in Harran.

Unlike other royal inscriptions that often glorify military conquests, the Nabonidus Cylinder focuses on religious and cultural activities, reflecting the king’s unconventional priorities. Nabonidus, often described as an enigmatic ruler, was known for his deep devotion to Sin, which reportedly caused tensions with the powerful priesthood of Marduk, Babylon’s chief deity. This religious divergence, combined with his prolonged absence from Babylon, contributed to his controversial reign.

Historical and Biblical Significance
The Nabonidus Cylinder’s true significance lies in its mention of Belshazzar, Nabonidus’ son and co-regent. For centuries, scholars debated the historicity of Belshazzar, a central figure in the Book of Daniel (Chapter 5). In this biblical account, Belshazzar hosts a grand feast during which a mysterious hand writes the words “mene, mene, tekel, ufarsin” on the palace wall, foretelling the fall of Babylon to the Persians. The cylinder’s reference to Belshazzar as Nabonidus’ son and heir provided crucial archaeological evidence confirming his existence, silencing skeptics who once dismissed the biblical account as fictional.

The cylinder also contextualizes the final days of Babylon. Nabonidus’ prolonged absence from the capital, possibly due to his religious pilgrimages or political exile, left Belshazzar in charge. This power vacuum set the stage for the Persian conquest under Cyrus the Great in 539 BCE, an event that marked the end of Babylonian dominance and fulfilled the prophecy described in Daniel. The artifact thus serves as a tangible link between secular history and sacred scripture, offering a rare corroboration of biblical events.

Archaeological Context
Discovered in the 19th century during excavations in Mesopotamia, the Nabonidus Cylinder is one of several similar artifacts from the period, including the famous Cyrus Cylinder. These cylinders were typically buried in the foundations of temples or palaces as offerings to the gods, ensuring divine favor for the king’s reign. The Nabonidus Cylinder’s inscriptions, written in Akkadian, provide a primary source for understanding the religious and political dynamics of late Babylonian society.

The artifact’s discovery was a triumph for biblical archaeology, as it resolved long-standing debates about Belshazzar’s identity. Prior to its unearthing, no contemporary records outside the Bible mentioned Belshazzar, leading some to question the accuracy of Daniel’s account. The cylinder’s confirmation of Belshazzar as a historical figure underscored the value of archaeological finds in illuminating ancient texts.

Legacy and Modern Relevance
Today, the Nabonidus Cylinder is more than a museum piece—it is a testament to the interconnectedness of history, religion, and archaeology. For scholars of ancient Near Eastern studies, it offers insights into the religious reforms and political challenges of Nabonidus’ reign. For those exploring biblical history, it provides a concrete link to the dramatic events described in the Book of Daniel, reinforcing the historical roots of Judeo-Christian narratives.

The cylinder also highlights the fragility of empires. Nabonidus’ reign, marked by internal strife and external threats, culminated in Babylon’s fall to Persia, a turning point that reshaped the ancient world. This narrative of rise and decline resonates in modern discussions about power, leadership, and cultural identity.

Conclusion
The Nabonidus Cylinder may be small in size, but its historical and cultural weight is immense. As a relic of Babylon’s twilight, it captures the complexities of a king’s devotion, a prince’s brief rule, and an empire’s collapse. Its confirmation of Belshazzar’s existence bridges the gap between archaeological evidence and biblical accounts, inviting us to explore the rich tapestry of ancient history. For anyone seeking to understand the interplay of faith, power, and legacy in the ancient world, the Nabonidus Cylinder remains an enduring and captivating artifact, whispering stories of a lost empire to those who listen.
- Lyla Zhitohank -

Dubai Frame, sebuah landmark yang menjulang megah di jantung kota Dubai, adalah simbol sempurna dari perpaduan antara wa...
29/04/2025

Dubai Frame, sebuah landmark yang menjulang megah di jantung kota Dubai, adalah simbol sempurna dari perpaduan antara warisan masa lalu dan ambisi masa depan. Dengan tinggi mencapai 150 meter dan lebar 95 meter, struktur berbentuk bingkai foto raksasa ini bukan hanya karya arsitektur yang memukau, tetapi juga pintu gerbang menuju dua era Dubai yang kontras. Dari sisi utara, pengunjung dapat menyaksikan pesona kawasan lama seperti Deira dan Bur Dubai, dengan pasar tradisional dan tekstur sejarahnya. Sementara di sisi selatan, gemerlap modern Sheikh Zayed Road dengan gedung-gedung pencakar langit futuristik mencerminkan transformasi Dubai menjadi metropolis global.

Dibuka untuk umum pada Januari 2018, Dubai Frame dirancang oleh arsitek Fernando Donis dan menjadi salah satu destinasi wisata paling ikonik di Uni Emirat Arab. Bagian dalamnya menawarkan lebih dari sekadar pemandangan. Museum interaktif di lantai dasar mengajak pengunjung menelusuri perjalanan Dubai, dari desa nelayan yang sederhana di tepi teluk hingga kota canggih yang menjadi pusat bisnis dan inovasi dunia. Melalui teknologi mutakhir seperti augmented reality, kisah ini disampaikan dengan cara yang hidup dan memikat.

Puncak pengalaman Dubai Frame terletak di Sky Deck, jembatan kaca transparan setinggi 150 meter yang menghubungkan kedua sisi bingkai. Berjalan di atas kaca setebal beberapa sentimeter dengan pemandangan kota di bawah kaki memberikan sensasi mendebarkan yang tak terlupakan. Di sini, pengunjung juga dapat menikmati galeri futuristik yang memvisualisasikan Dubai 50 tahun ke depan, mencerminkan visi kota yang selalu berpikir jauh ke depan.

Dubai Frame bukan sekadar struktur baja dan kaca; ia adalah pernyataan budaya dan ambisi. Dengan desainnya yang elegan dan lokasinya yang strategis di Zabeel Park, landmark ini telah menjadi magnet bagi wisatawan dari seluruh dunia, menawarkan pengalaman yang menggugah dan memperkaya. Ini adalah tempat di mana sejarah, inovasi, dan keberanian bertemu, mengundang setiap pengunjung untuk menyaksikan keajaiban Dubai dari perspektif yang benar-benar unik.
- Lyla Zhitohank -

Address

Bekasi

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Zhitohank Ato Project posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share