Nicholas Ziga

Nicholas Ziga Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Nicholas Ziga, Digital creator, Belinyu.

22/07/2025



Semakin merasa pintar, semakin sulit otak berkembang.

Dalam jurnal ilmiah Cell, Martin Schwartz mengungkap bahwa para ilmuwan hebat justru sangat nyaman merasa bodoh. Bukan karena rendah diri, tapi karena kebodohan (dalam arti ketidaktahuan yang produktif) membuka ruang untuk penemuan dan eksplorasi. Stuart Firestein bahkan menyebut “ignorance” sebagai bahan bakar utama dari semua penemuan besar dalam sains.

Saat seseorang bertanya, “ngerti gak?” kita cenderung menjawab “ngerti dong” meskipun dalam hati sebenarnya setengah ragu. Jawaban itu bukan soal kebenaran, tapi refleks sosial yang tertanam kuat: kita takut terlihat bodoh. Masalahnya, saat otak berhenti jujur soal ketidaktahuan, saat itu juga kemampuan belajar melambat.

Lihatlah cara anak kecil belajar. Mereka tidak segan bertanya hal paling sepele sekalipun. Tapi semakin dewasa, kita menyembunyikan pertanyaan demi terlihat cerdas. Akibatnya, kita tumbuh dengan wawasan tipis yang disusun dari asumsi, bukan dari eksplorasi dalam.

Kebodohan diartikan sebagai ketidaktahuan aktif
Dalam buku Ignorance, Firestein menjelaskan bahwa kebodohan ilmiah bukan tentang tidak tahu dan pasrah, tapi justru tentang tahu bahwa tidak tahu, dan menganggap itu sebagai pintu. Misalnya, penemuan DNA tidak lahir dari pengetahuan sempurna, tapi dari kejujuran akan kebingungan tentang struktur kimia kehidupan.

Orang jenius mencintai pertanyaan lebih dari jawaban.

Einstein punya kutipan yang terkenal: I have no special talents. I am only passionately curious. Bagi Einstein, yang penting bukan seberapa banyak kamu tahu, tapi seberapa dalam kamu mempertanyakan apa yang belum kamu mengerti. Orang jenius tidak malu mengulang pertanyaan dasar. Justru di situlah mereka menemukan celah yang luput dari orang yang “sok tahu”.

Merasa bodoh adalah sinyal kamu sedang berada di zona tumbuh.

Dalam esainya, Schwartz menulis bahwa saat mahasiswa baru merasa bodoh saat masuk lab riset, itu pertanda mereka sedang ada di batas kemampuan lama menuju kemampuan baru. Ketika kamu benar-benar paham sesuatu, kamu tahu di mana letak tidak tahumu. Ini disebut dengan conscious ignorance.

Malu terlihat bodoh justru membuat kamu stagnan. Kebanyakan orang belajar hanya sampai tahap “tahu cukup buat nggak kelihatan bodoh”. Tapi cara berpikir seperti ini membuatmu terjebak di zona aman dan tidak berkembang. Orang jenius tidak cari pengakuan, mereka cari pemahaman.

Semakin kamu sadar kebodohanmu, semakin kamu bisa memetakannya. Peta pemahaman dibangun bukan dari “apa yang kamu tahu”, tapi dari “apa yang kamu tahu bahwa kamu belum tahu”. Dengan menyadari wilayah ketidaktahuanmu, kamu bisa menarget belajar secara lebih tajam dan mendalam.

Jadi, kalau kamu merasa bodoh saat membaca topik baru, itu bukan kelemahan. Itu sinyal bahwa otakmu sedang membuka pintu. Jenius bukan tentang tahu segalanya, tapi tentang bersahabat dengan ketidaktahuan dan menjadikannya bahan bakar.

22/07/2025



Bukan kamu yang malas atau bodoh. Bisa jadi sistem tempatmu hidup dan bekerja memang rusak dari awal.

Dalam “Bullsh*t Jobs”, David Graeber mengungkap bahwa jutaan orang bekerja dalam peran yang sebenarnya tidak berguna secara sosial, namun tetap dibayar dan dipertahankan demi mempertahankan sistem ekonomi yang absurd. Sementara Donella Meadows menjelaskan bahwa sistem yang buruk bisa membuat orang baik mengambil keputusan buruk tanpa sadar, hanya karena tekanan struktur.

Bangun pagi, macet, rapat yang tidak penting, tugas yang tak berdampak, pulang dengan rasa hampa. Tapi tetap dijalani. Karena itulah rutinitas. Karena semua orang juga begitu. Tapi di dalam hati, ada rasa janggal. Ada suara kecil yang bertanya: “Ini semua buat apa”

Ini bukan soal mental atau semangat. Ini tentang sistem yang membentuk perilaku dan keputusanmu. Sistem adalah pola yang mengarahkan bagaimana kamu hidup, bekerja, bahkan berpikir. Ketika sistemnya salah, kamu bisa merasa bersalah karena tidak cocok, padahal kamu hanya tidak cocok dengan kebodohan kolektif yang dipelihara.

Tapi Hasilnya Sama

Menurut Meadows, sistem buruk memiliki umpan balik negatif yang mengunci orang dalam siklus usaha yang tak produktif. Contohnya: kamu kerja ekstra tiap minggu, tapi gaji tetap, beban kerja naik, dan tidak ada perubahan signifikan. Kalau sistemnya sehat, upaya akan sejalan dengan hasil. Kalau tidak, itu berarti kamu hanya bagian dari roda yang berputar untuk menjaga status quo.

di Tengah Aturan yang Tak Masuk Akal

Graeber menjelaskan banyak orang cerdas yang akhirnya merasa ‘tidak cukup baik’ karena pekerjaannya diatur oleh sistem yang membingungkan. Misalnya, seorang guru yang lebih sibuk mengisi laporan daripada mengajar. Seorang dokter yang lebih banyak menulis formulir ketimbang menyembuhkan pasien. Saat kamu merasa gagal dalam sistem seperti ini, masalahnya bukan di kamu, tapi di desain sistem itu sendiri.

, Padahal Punya Ide Bagus

Lingkungan yang sehat memberi ruang aman untuk menyuarakan pikiran. Tapi jika kamu memilih diam karena takut diasingkan atau dicap ‘tidak tahu tempat’, kemungkinan besar kamu sedang berada dalam sistem hierarkis yang tidak menghargai umpan balik. Meadows menyebut sistem seperti ini cenderung menolak informasi baru demi stabilitas palsu.

untuk Bertahan

Scrolling berjam-jam, binge-watching, ngemil tanpa henti, liburan yang cuma untuk kabur. Semua itu jadi mekanisme pelarian saat sistem yang kamu jalani tidak memberi makna. Bukan karena kamu tidak disiplin, tapi karena sistemnya tidak memberi energi, hanya menyedotnya. Sistem yang sehat justru memberi ruang pemulihan alami, bukan mendorong pelarian.

Kenapa Masih Bertahan

Saat ditanya kenapa kamu tetap menjalani semua ini, kamu hanya bisa menjawab: “Sudah terlanjur”, “Semua orang juga begini”, atau “Nanti aja mikirnya.” Itu tanda bahwa kamu sedang dikunci oleh apa yang disebut Meadows sebagai system trap — perangkap mental yang membuat orang merasa tidak ada alternatif lain. Padahal, kadang keluar dari sistem buruk bukan soal keberanian, tapi soal kejelasan cara pandang.

Masalah hidupmu bisa jadi bukan soal kurang motivasi, tapi karena kamu berada di dalam sistem yang gagal. Sistem buruk bisa mengalahkan orang baik tanpa harus memaksa. Ia hanya perlu membentuk kebiasaan dan persepsi yang salah.

Kalau kamu merasa ada sesuatu yang janggal tapi tak bisa dijelaskan dalam rutinitasmu, mungkin kamu tidak sendiri. Coba tulis di kolom komentar: hal paling absurd yang kamu jalani tapi tetap kamu lakukan karena ‘semua orang juga begitu’. Siapa tahu, dengan membacanya, orang lain juga mulai sadar bahwa sistem yang rusak tak harus terus dipertahankan. Ajak juga teman yang kamu tahu sedang kelelahan karena beradaptasi dengan absurditas yang dianggap normal.

22/07/2025



Atasanmu tidak perlu marah-marah untuk mengendalikanmu. Senyum dan pujian bisa lebih menakutkan jika digunakan untuk manipulasi.

Menurut George K. Simon, manipulasi terselubung adalah bentuk agresi yang paling sulit dikenali karena pelakunya cenderung tampil tenang, logis, dan seolah peduli. Sementara dalam Leadership and Self-Deception, Arbinger Institute menyoroti bahwa banyak pemimpin tidak menyadari bahwa mereka sedang memanipulasi, karena mereka meyakini apa yang mereka lakukan demi kebaikan tim.

Seseorang bekerja keras, selalu tepat waktu, dan hasil kerjanya baik. Tapi ketika ia menolak lembur tanpa bayaran, tiba-tiba suasana kantor berubah. Komentarnya mulai diabaikan. Undangan meeting tidak dikirim. Saat evaluasi, atasan memuji sambil menyisipkan kalimat “Tapi saya kira kamu bisa lebih loyal seperti dulu.”

Kalimat semacam ini terdengar wajar tapi sesungguhnya merupakan bentuk kontrol pasif-agresif. Kamu sedang ditekan, tapi tidak diberi ruang untuk membela diri karena kalimatnya terdengar “positif”.

Inilah beberapa cara halus atasan mengontrol tanpa terlihat mengontrol

untuk Menekan Standar Tanpa Negosiasi

Pujian seperti “Kamu yang paling bisa saya andalkan” terdengar menyenangkan. Tapi sering kali itu digunakan untuk memaksa seseorang mengambil beban lebih tanpa diberi pilihan. Ini bukan penghargaan, tapi ekspektasi terselubung. Kamu dibuat merasa bersalah kalau tidak menanggapi antusias. Ini yang disebut Dr. Simon sebagai “seduction” dalam bentuk kontrol.

agar Kamu Takut Salah Langkah

“Lihat saja nanti hasilnya ya”, “Saya percaya kamu tahu apa yang terbaik” atau “Saya nggak mau ikut campur, tapi…” Kalimat seperti ini memberi tekanan psikologis tanpa memberikan arah yang jelas. Jika gagal, kamu yang salah karena tidak ‘peka’. Jika sukses, mereka bisa klaim ikut berkontribusi secara tidak langsung.

sebagai Bentuk Dominasi

Kadang kamu diberi tugas tanpa kejelasan tenggat. Lalu dimarahi karena dianggap lambat. Ini disengaja. Ketidakpastian membuatmu terus siaga dan bergantung pada validasi atasan. Dalam jangka panjang, kamu kehilangan kepercayaan pada instingmu sendiri. Ini bukan ketidaksengajaan, tapi taktik kontrol yang membuatmu selalu ‘butuh mereka’.

dan Budaya Kerja_Tim

Ketika kamu menolak permintaan pribadi di luar jam kerja, mereka membahas “komitmen”, “visi bersama”, atau bahkan menyinggung bahwa “semua orang lain nggak masalah kok”. Kamu bukan sekadar dituntut bekerja, tapi juga menyamakan nilai. Ini membuat kamu merasa bersalah hanya karena ingin menegaskan batas.

Tak Sehat Secara Halus

Atasan kadang secara tidak langsung membandingkan satu staf dengan staf lain lewat komentar seperti “Si A sekarang rajin banget, jadi enak diajak diskusi” padahal kamu sendiri sudah lembur seminggu terakhir. Tujuannya bukan menghargai si A, tapi membuat kamu merasa kurang. Ini menciptakan kecemasan kolektif yang membuat semua orang patuh demi pengakuan.

Kontrol tidak harus datang dari perintah keras. Justru yang paling mematikan adalah yang dibungkus dengan pujian, kepercayaan, dan kedekatan emosional. Jika kamu tidak bisa mengatakan ‘tidak’ tanpa merasa bersalah, mungkin kamu sedang dikontrol.

19/07/2025



Pernahkah kamu bertanya-tanya, "Gaya kepemimpinanku itu yang seperti apa, ya?" Berikut ini tiga kategori menarik yang bisa membantu kamu mengenal diri sendiri lebih jauh. Ini bukan tentang menghakimi, tapi justru untuk membantu kamu mengantisipasi risiko dan mengoptimalkan potensi kepemimpinanmu.

(Warna Ungu)

Bayangkan seorang kapten kapal yang super tegas, lurus, dan selalu ingin cepat sampai tujuan. Itulah pemimpin Dominan! Mereka punya karakter yang keras, tegas, dan sangat fokus pada hasil. Kalau ada target, mereka pasti langsung tancap gas dan pantang menyerah.

Sisi Positifnya: Kamu bisa mengandalkan mereka untuk mendapatkan hasil yang cepat dan tepat. Mereka anti basa-basi dan langsung ke inti permasalahan.

Tapi, ada juga tantangannya: Karena terlalu fokus, kadang mereka kurang percaya sama bawahan, maunya sendiri, dan sulit menerima mas**an. Empati? Hmm, mungkin bukan prioritas utama mereka. Mereka cenderung merasa paling benar dan kadang kurang peka terhadap perasaan orang lain.

(Warna Biru)

Nah, kalau yang satu ini, bayangkan seorang pelatih yang tegas tapi juga s**a mengajak anak didiknya berdiskusi dan mencari solusi bersama. Pemimpin Transformatif ini punya gaya yang tegas, solutif, dan sangat terbuka pada diskusi. Mereka s**a merangkul timnya, tapi juga siap kalau harus jalan sendiri.

Sisi Positifnya: Mereka adalah pemecah masalah ulung dan selalu siap mencari jalan keluar. Mereka juga mampu menciptakan suasana kerja yang kolaboratif dan inovatif. Fleksibel dan tetap objektif, mereka bisa jadi panutan yang baik.

Namun, hati-hati juga: Terkadang, mereka bisa jadi terlalu ingin populer, sampai lupa prinsip atau "lupa daratan." Keinginan untuk dis**ai bisa membuat mereka mengabaikan hal-hal penting demi menjaga citra.

(Warna Hijau, Kuning, dan Merah)

Ini dia tipe pemimpin yang mungkin sering kita sebut "orang baik." Pemimpin Subtle ini objektif dan fokus pada pekerjaan, tapi seringkali enggak tegaan saat harus mengambil keputusan sulit atau enggak enakan saat memberi perintah. Mereka lebih s**a memimpin secara kolegial, yaitu bekerja sama seperti teman.

Sisi Positifnya: Mereka sangat empatik dan peduli dengan perasaan orang lain. Mereka juga cenderung mencari tangan kanan yang bisa menutupi kelemahan mereka dalam hal ketegasan. Mereka adalah sosok yang murah hati dan sangat altruis.

Tapi, ini juga bisa jadi masalah: Karena terlalu baik, mereka tak tahan konflik. Jika ada masalah, mereka cenderung menghindar, bahkan menyuruh bawahan untuk menyelesaikannya. Sifat terlalu pemurah juga kadang membuat mereka kesulitan menolak permintaan.

Setiap karakter kepemimpinan punya risikonya masing-masing. Mengenali dan memahami karakter alami kepemimpinanmu sejak awal, adalah langkah pertama yang cerdas. Ini akan membantumu mengantisipasi risiko yang mungkin muncul akibat sifat bawaanmu yang, seiring bertambahnya usia dan pengalaman, bisa semakin memengaruhi caramu memimpin.

Jadi, dari ketiga tipe ini, mana yang paling menggambarkan dirimu? Mengetahuinya adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang lebih baik!

06/07/2025

Jangan Pernah Terlihat Lebih Pintar Dari Atasan Anda!


Anda mungkin lebih kompeten, lebih kreatif, atau lebih cerdas dari bos Anda. Tapi jika Anda terus-terusan show off, bersiaplah dapat konsekuensi yang tidak menyenangkan.


1. Ego manusia itu sensitif, terutama orang yang posisinya lebih tinggi.

2. Atasan butuh merasa superior untuk mempertahankan wibawa dan kontrol.

3. Jika Anda terlalu menonjol, Anda bisa dianggap ancaman, bukan aset.



1. Jadilah "Brilliant, Tapi Tidak Sok Tajam" – Bantu atasan sukses, tapi biarkan dia yang dapat pujian.

2. Ajukan Ide Secara Halus – Alih-alih "Saya punya solusi terbaik!", coba "Mungkin kita bisa coba pendekatan X, menurut Bapak/Ibu bagaimana?

3. Tahu Kapan Harus "Redup" – Di meeting penting? Biarkan atasan bersinar, lalu dukung dengan data/ide Anda di belakang layar.


Ini bukan tentang jadi penjilat, tapi tentang strategi survival, di dunia yang seringkali tidak adil. Kadang, yang paling kompeten bukan yang paling dipromosikan, tapi yang paling paham "game" kekuasaan.


Setuju atau tidak dengan hukum ini? Pernah lihat kasus di mana orang yang terlalu menonjol justru "disingkirkan"?

06/07/2025



Kita sering merasa cemas atau frustrasi karena hal-hal di luar kendali kita. Ingatlah, ada dua kategori utama dalam hidup ini: hal-hal yang bisa kita kontrol dan hal-hal yang tidak bisa kita kontrol.

Hal-hal yang bisa kita kontrol adalah tindakan kita sendiri, reaksi kita terhadap suatu kejadian, usaha yang kita berikan, dan perspektif kita. Kita bisa memilih untuk bangun pagi, bekerja keras, belajar dari kesalahan, atau memilih untuk melihat sisi baik dari sebuah situasi sulit. Inilah kekuatan terbesar kita. Dengan fokus pada area ini, kita bisa menciptakan perubahan positif dalam hidup kita dan menemukan rasa damai.

Sebaliknya, kita tidak bisa mengontrol hasil akhir, tindakan orang lain, atau kejadian tak terduga. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukai kita, mencegah hujan turun, atau menjamin kesuksesan sebuah proyek meskipun sudah berusaha keras. Mencoba mengontrol hal-hal ini hanya akan membawa stres dan kekecewaan.

Jadi, kuncinya adalah kebijaksanaan untuk membedakan keduanya. Alihkan energi Anda dari apa yang tidak bisa Anda ubah, dan arahkan sepenuhnya pada apa yang ada dalam genggaman Anda. Dengan begitu, Anda akan menemukan kekuatan sejati dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih tenang dan efektif.

06/07/2025



Berpikir secara mendalam menuntut usaha, waktu, dan kerendahan hati untuk meragukan pendapat sendiri. Tak semua orang bersedia menempuh jalan itu. Carl Jung menyadari bahwa dalam menghadapi realitas, banyak orang lebih memilih jalan pintas: menilai. Menilai cepat, memberi label, mengambil kesimpulan dangkal itu jauh lebih mudah daripada merenung, menyelami konteks, atau memahami dari berbagai sisi.

Menilai memberi ilusi kuasa dan kepastian, sementara berpikir justru membuat kita akrab dengan keraguan dan kompleksitas. Maka tak heran, budaya yang terburu-buru cenderung mendorong kita untuk langsung beropini, bahkan sebelum benar-benar memahami. Padahal, opini tanpa pemahaman hanya memperluas kebisingan, bukan memperdalam pemahaman.

Belajar berpikir adalah latihan melawan impuls untuk buru-buru menghakimi. Ia menuntut kesabaran untuk bertanya “mengapa?”, keberanian untuk tidak tahu, dan kejujuran untuk berubah pikiran. Di sanalah kualitas manusia diuji bukan pada cepatnya ia menilai, tapi dalam kesediaannya berpikir jernih sebelum berbicara.

(Carl Gustav Jung)

06/07/2025



Di dunia yang dipenuhi opini, berpikir jernih adalah sebuah keterampilan langka dan mahal. Salah satu hambatan terbesar dalam berpikir jernih adalah logical fallacies atau sesat pikir: kekeliruan dalam bernalar yang terlihat logis di permukaan, namun cacat secara struktural.

Buku seperti “The Art of Thinking Clearly” karya Rolf Dobelli dan “Introduction to Logic” karya Irving M. Copi telah memetakan berbagai bentuk sesat pikir yang, jika dibiarkan, bisa menjadi racun dalam percakapan, perdebatan publik, bahkan pengambilan keputusan politik.

Berikut ini beberapa jenis sesat pikir paling umum yang sering menyelinap dalam argumen sehari-hari mungkin termasuk yang Anda gunakan tanpa sadar.

– Menyerang Pribadi, Bukan Argumen

Contoh sehari-hari:
“Ah, dia bicara soal kejujuran, padahal dulu pernah ketahuan bohong.” Alih-alih membantah argumennya, kita menyerang karakternya.

Dalam logika, ini disebut ad hominem—serangan terhadap orang, bukan isi pikiran. Sebuah argumen tidak otomatis salah hanya karena pembawanya punya masa lalu buruk. Seperti dalam pengadilan, bukti lebih penting daripada reputasi saksi.

– Menyederhanakan Argumen Lawan agar Mudah Diserang

Contoh:
Seseorang berkata, “Kita perlu mengatur ulang sistem pendidikan,” lalu dibalas dengan, “Jadi kamu ingin menghapus sekolah?”

Itu bukan tanggapan yang jujur, melainkan menyederhanakan secara ekstrem agar mudah diserang. Ini disebut straw man fallacy—kita menciptakan “orang-orangan sawah” dari argumen lawan, lalu memukulnya. Ini tidak hanya merusak dialog, tetapi juga membunuh nuans

– Seolah Hanya Ada Dua Pilihan

Contoh:
“Kamu mendukung saya, atau kamu musuh saya.” Pernyataan ini menutup ruang tengah, seolah dunia hanya terdiri dari hitam dan putih. Padahal kenyataannya, ada spektrum yang luas antara dua kutub ekstrem.

Buku Logic: A Very Short Introduction oleh Graham Priest menyebut ini sebagai “penyederhanaan realitas yang membahayakan.” Dunia nyata penuh kompleksitas. Menyempitkan pilihan menjadi dua adalah bentuk manipulasi

– Dari A Lalu Langsung ke Z Tanpa Bukti

Contoh:
“Kalau kita membolehkan siswa memilih baju sendiri, nanti mereka bakal pakai bikini ke sekolah!” Sesat pikir ini meyakinkan kita bahwa satu langkah kecil pasti mengarah ke kehancuran total. Padahal tidak semua perubahan akan berkembang ke arah ekstrem. Tanpa bukti hubungan kausal, ini hanyalah imajinasi liar yang dibungkus dengan nada serius.

– Karena Banyak yang Percaya, Maka Benar.

Contoh:
“Semua orang percaya teori ini, masa kamu nggak?” Atau versi populernya: “Ini udah viral, berarti pasti bener dong!”

Dalam buku The Demon-Haunted World, Carl Sagan mengingatkan bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh banyaknya orang yang percaya, tapi oleh bukti dan penalaran. Sejarah penuh dengan mayoritas yang keliru—termasuk saat dulu dunia percaya bumi itu datar.

Sesat pikir bukan hanya jebakan orang lain, tapi juga jebakan bagi pikiran kita sendiri. Dengan mengenali bentuk-bentuknya, kita bisa belajar membedakan argumen yang kokoh dan yang palsu.

28/06/2025



"Hukuman terberat bagi mereka yang menolak untuk memerintah adalah diperintah oleh seseorang yang lebih rendah dari diri Anda sendiri."

Mencerminkan wawasan filosofis yang mendalam tentang konsekuensi dari menolak kepemimpinan atau tanggung jawab.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu yang berkemampuan dan berbudi luhur menghindar dari posisi otoritas atau pengambilan keputusan, mereka berisiko membiarkan orang yang kurang kompeten atau secara moral lebih rendah untuk mengambil alih kendali.

Hal ini dapat mengakibatkan tata kelola yang buruk, keputusan yang tidak etis, dan penurunan nilai-nilai masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada semua orang, termasuk mereka yang memilih untuk tidak memimpin.

Kutipan ini juga berfungsi sebagai pengingat bahwa menghindari tanggung jawab ada konsekuensinya.

Meskipun memerintah atau memimpin mungkin mempunyai tantangan tersendiri, alternatifnya diperintah oleh mereka yang kurang mampu atau kurang memiliki karakter moral dapat menyebabkan penderitaan dan ketidakadilan yang lebih besar.

Pendekatan ini menganjurkan orang-orang yang memiliki integritas, kecerdasan, dan kekuatan untuk maju dan mengambil peran kepemimpinan daripada membiarkan mereka berada di tangan orang-orang yang menyalahgunakan atau menangani kekuasaan.

26/06/2025
18/06/2025



Guru yang memahami esensi mendidik tahu bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar hal yang ditransfer, tetapi sesuatu yang tumbuh dari dalam diri siswa—dan pertumbuhan itu hanya mungkin terjadi dalam lingkungan yang penuh penghargaan dan dukungan. Saat siswa merasa dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk belajar, berani bertanya, dan tidak takut melakukan kesalahan. Ini adalah ruang di mana rasa ingin tahu bisa tumbuh secara alami.

Penghargaan dari guru bukan hanya soal pujian, tapi tentang melihat potensi siswa, mendengarkan pendapat mereka, dan mengakui bahwa setiap anak punya cara unik dalam memahami dunia. Dukungan pun bukan hanya bantuan teknis, melainkan juga kehadiran yang memberi rasa aman: bahwa kegagalan bukan akhir, tapi bagian dari proses belajar. Dalam suasana seperti ini, pembelajaran tidak lagi terasa sebagai beban, tetapi menjadi pengalaman yang bermakna.

Guru yang baik bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing emosional dan moral. Ia menciptakan ruang kelas sebagai tempat tumbuh, bukan ruang uji. Karena itu, kualitas relasi antara guru dan siswa jauh lebih penting daripada sekadar prestasi akademik. Ketika siswa merasa dilihat dan diterima, di situlah pembelajaran sejati bermula.

12/06/2025



Luka yang ditinggalkan oleh kritik sering kali bukan berasal dari isi ucapannya, tetapi dari siapa yang mengatakannya. Ketika seseorang yang kita hormati mengkritik kita—entah itu guru, orang tua, sahabat, atau sosok panutan—kata-katanya menembus lebih dalam karena kita memberi mereka tempat khusus dalam hati dan pikiran. Rasa hormat yang kita berikan membuat kita lebih terbuka, lebih rentan, dan ketika mereka menunjukkan kekurangan kita, rasa kecewa dan sakit hati itu bisa terasa seperti pengkhianatan, meskipun itu bukan niat mereka.

Namun, justru karena berasal dari orang yang kita hormati, kritik tersebut patut diperhatikan. Mungkin di balik rasa sakit itu ada cerminan kejujuran, peduli, atau harapan yang besar terhadap kita. Orang yang tidak peduli biasanya tidak akan repot-repot memberi mas**an. Maka, walau pahit, kritik dari orang yang kita hormati bisa menjadi titik balik untuk tumbuh lebih dewasa—jika kita mau menerimanya dengan hati yang lapang dan kepala dingin.

Penting untuk membedakan antara kritik yang membangun dan kata-kata yang menjatuhkan. Hormat bukan berarti pasrah, dan luka bukan berarti musuh. Terkadang, kritik yang menyakitkan adalah bentuk cinta dalam rupa yang paling keras. Dan dalam diam kita mengerti, bahwa kadang yang menyakitkan justru menyelamatkan.

Address

Belinyu

Opening Hours

Monday 07:00 - 14:00
Tuesday 07:00 - 14:00
Wednesday 07:00 - 14:00
Thursday 07:00 - 14:00
Friday 07:00 - 13:00
Saturday 07:00 - 13:00

Telephone

+62777327412

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Nicholas Ziga posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Nicholas Ziga:

Share