Desiran Bayu

Desiran Bayu Berhentilah mengeluh & mulailah bertindak,Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu,tetapi belajar menari di tengah hujan.

Kisah Dimas: Saat Gurunya Melarang, Dia Tetap Memakan Ayam Gosong Bekal Ibunya, Alasannya Bikin Terharu.Namanya Dimas. K...
23/12/2025

Kisah Dimas: Saat Gurunya Melarang, Dia Tetap Memakan Ayam Gosong Bekal Ibunya, Alasannya Bikin Terharu.

Namanya Dimas. Kelas 7.

Setiap jam istirahat, dia selalu jadi pusat perhatian.

Bukan karena dia keren, tapi karena bekal makan siangnya. Isi kotak makannya selalu aneh.

Nasi gorengnya hitam legam gosong.

Telur dadarnya hancur berantakan, penuh cangkang.

Kadang ikannya mentah sebelah, gosong sebelah. Bentuknya kayak "makanan sisa."

Teman-temannya selalu komentar pedas:

"Dim, lo makan aspal ya?"

"Itu telur apa muntahan kucing?"

"Jorok banget sih bekal lo!"

Tapi Dimas gak pernah marah. Dia cuma senyum, melindungi kotak bekalnya pakai lengan.

"Enak kok," katanya pelan. "Ini spesial."

Dia makan dengan lahap.

Setiap suapan dia nikmati.

Padahal saya lihat sendiri, nasinya keras dan ada potongan bawang putih utuh yang belum diiris.

Sebagai guru, saya kadang gak tega. "Kasihan anak ini," batin saya.

"Ibunya mungkin gak bisa masak... atau gak peduli gizi anaknya."

Suatu hari, bekal Dimas parah banget.

Ayam gorengnya hitam pekat. Arang.

Baunya sangit satu kelas.

Anak-anak makin menjadi-jadi nge-b*lly dia.

"Woi, Dimas bawa batu bara!"

"Jangan dimakan, nanti usus lo mel3d4k!"

Dimas menunduk. Tapi dia tetap mau makan ayam gosong itu.

Saya gak tahan. Saya samperin dia, lalu ambil kotak bekalnya.

"Dimas, jangan dimakan. Ini r*cvn. Udah gosong begini."

"Bapak belikan nasi kuning di kantin ya. Buang aja ini."

Dimas menahan tangan saya.

Cengkeramannya kuat banget.

Matanya merah, air matanya menggenang.

"JANGAN, PAK!" teriaknya. "Jangan dibuang!"

"Kenapa?! Ini gak sehat!" bentak saya.

"Kamu bisa sakit perut!"

"Ini masakan Ibu, Pak..."

"Ibu udah bangun jam 4 pagi buat masak ini..."

Saya melunak. "Iya, Bapak tahu. Tapi bilang ke Ibu, kalau masak hati-hati."

Masak ayam sampai jadi arang begini..."

Dimas menggeleng. Air matanya jatuh membasahi ayam gosong itu.

"Ibu gak tau kalau ayamnya gosong, Pak..."

"Ibu gak bisa liat."

"Ibu buta, Pak."

"Mata Ibu rusak karena kecel4kaan pabrik tahun lalu."

Kelas mendadak senyap. Gak ada satu pun yang bersuara.

"Ibu masak cuma pake perasaan, Pak..."

"Ibu ngeraba-raba kompor panas."

"Ibu sering kena cipr4tan minyak, tangannya mel3puh semua, cuma biar Dimas bisa bawa bekal kayak teman-teman."

"Tadi pagi Ibu tanya: 'Dimas, ayamnya wangi gak? Mateng gak?"

"Dimas bilang: 'Wangi, Bu. Sempurna."

"Ibu ngeraba-raba kompor panas."

"Dimas bohong biar Ibu seneng, Pak..."

"Kalau Dimas buang makanan ini... berarti Dimas buang perjuangan Ibu."

Saya lemas.

Kotak bekal itu terlepas dari tangan saya.

Dimas mengambil ayam gosong itu.

Dia memakannya sambil menangis.

"Enak... masakan Ibu enak..." ucapnya di sela isak tangis.

Bagi kami, itu cuma sampah gosong yang tak layak dimakan.

Tapi bagi Dimas... rasa pahit arang itu tertutup oleh manisnya kasih sayang Ibu yang tak terhingga.

Dia memakan kegelapan dunia ibunya, supaya Ibunya merasa telah menjadi ibu yang sempurna.

Hari itu, saya belajar.

Makanan paling enak di dunia bukan yang dimasak oleh koki bintang lima.

Tapi yang dimasak dengan penuh cinta, meski dalam kegelapan.

Maafkan mulut Bapak yang jahat ini, Dimas.

Kamu anak hebat....

Kalau kemarin kita sudah bahas kenapa luka yang mulai sembuh itu bisa terasa gatal, nah sekarang kita lanjut bahas satu ...
18/12/2025

Kalau kemarin kita sudah bahas kenapa luka yang mulai sembuh itu bisa terasa gatal, nah sekarang kita lanjut bahas satu tingkat lebih jauh: kenapa pada sebagian orang, luka sembuh justru bisa "naik pangkat" jadi keloid.

Jadi sebenarnya, dibalik setiap luka, tubuh kita selalu punya niat baik: nutup yang robek, memperbaiki yang rusak, terus bikin jaringan baru biar kita tetap utuh. Tapi kadang niat baik itu bisa “kebablasan”, dan hasilnya muncullah sesuatu yang disebut keloid.

Awalnya gini... saat kulit luka, tubuh buru-buru produksi kolagen untuk menutup dan memperbaiki jaringan. Kolagen ini ibarat bahan bangunan utama yang bikin kulit kembali kuat. Normalnya, begitu luka tertutup, produksi kolagen berhenti. Tapi pada sebagian orang, tubuh seolah lupa pencet tombol “stop”. Kolagen terus diproduksi berlebihan, numpuk, dan membentuk jaringan ekstra yang akhirnya menonjol keluar.

Selain faktor bawaan, keloid juga bisa dipicu dari hal-hal sederhana seperti tindik telinga, jerawat yang meradang, bekas operasi, bahkan goresan kecil atau suntikan. Jadi meski luka kelihatan sepele, kalau kulitnya memang sensitif, bisa saja berujung jadi keloid.

Bayangin prosesnya kayak ada tukang bangunan dipanggil buat nutup lubang kecil di dinding. Harusnya, setelah tembok tertutup, si tukang berhenti kerja. Tapi di kasus keloid, tukangnya nggak ngerti kata “cukup”. Dia terus nambah batu bata, lapis demi lapis, sampai akhirnya bukan cuma nutup lubang, tapi malah bikin tumpukan tembok baru yang tebal dan nonjol.

Itulah kenapa keloid bisa kelihatan lebih besar dari luka aslinya, warnanya kemerahan atau lebih gelap, dan permukaannya keras. Kadang bikin gatal, kadang nyeri, tapi yang jelas dia nggak hilang begitu saja kayak bekas luka biasa.

Uniknya, nggak semua orang bisa “dapat oleh-oleh” keloid ini. Ada orang-orang tertentu yang kulitnya memang punya kecenderungan bikin kolagen berlebihan. Jadi, faktor genetik ikut main peran di sini. Makanya keloid sering muncul berulang di tempat yang sama atau di bagian tubuh tertentu, kayak telinga, dada, atau bahu.

Nah, kalau sudah terbentuk, keloid biasanya nggak bisa hilang total dengan sendirinya. Tapi ada beberapa cara buat menanganinya: dokter bisa kasih suntikan kortikosteroid biar jaringan mengecil, terapi laser untuk meratakan, pemakaian lembar silikon, sampai tindakan bed4h khusus. Bahkan ada juga kombinasi dengan radiasi dosis kecil setelah operasi supaya keloidnya nggak balik lagi. Intinya, keloid bisa dikendalikan, tapi butuh pendekatan medis yang pas, bukan cuma diolesin salep sembarangan.

Dan keloid sebenarnya bukan musuh jahat. Dia terbentuk karena tubuh pengen ekstra protektif, cuma caranya terlalu heboh. Bisa dibilang, keloid itu adalah bentuk “cinta berlebihan” tubuh dalam menjaga diri kita. Dan sama seperti cinta yang berlebihan di dunia nyata, hasilnya kadang nggak selalu indah.

Sumber :
1. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS), NIH (USA) — Keloids and Hypertrophic Scars.

2. Mayo Clinic — Keloid scar: Symptoms and causes.

---
Bisa Paham

30/11/2025
29/11/2025
Kepik, atau yang sering kita kenal sebagai ladybug, mungkin kecil banget, saking kecilnya kalau dia lewat di meja, kamu ...
26/11/2025

Kepik, atau yang sering kita kenal sebagai ladybug, mungkin kecil banget, saking kecilnya kalau dia lewat di meja, kamu lebih dulu notice remahan snack daripada dirinya. Tapi justru dari makhluk mini inilah kita diajarin satu hal penting: bahwa kebaikan, sekecil apa pun bentuknya, tetap punya makna.

Bayangin, kepik cuma jalan pelan, nongkrong di daun, hidup damai… tapi diam-diam dia jadi “bodyguard tanaman.” Dia makan kutu yang merusak daun, nyelametin tumbuhan tanpa perlu pamrih, tanpa bikin pengumuman, tanpa nunggu tepuk tangan. Bahkan tanpa tahu betapa penting perannya buat satu ekosistem kecil.

Dan lucunya, kepik nggak pernah pusing mikir, “Kebaikanku kecil banget, ada gunanya nggak sih?” Dia cuma melakukan apa yang dia bisa, sekecil apa pun itu, dan ternyata efeknya jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri.

Kita? Kadang terlalu sibuk menunggu kesempatan besar untuk berbuat baik, sampai lupa bahwa hal-hal kecil, seperti senyum tulus, bantu sedikit, ngingetin hal baik, atau sekadar nggak nyebarin negatif, itu sudah bisa jadi “anti-hama” kehidupan seseorang.

Kepik mengajarkan bahwa kebaikan kecil pun berarti. Kamu nggak perlu bersinar terang dulu buat memberi cahaya, cukup jadi kecil yang konsisten, dan semesta akan merasakan dampaknya.

Sumber :

- National Wildlife Federation – Ladybug benefits in ecosystems.

- BBC Earth – How ladybugs protect plants

---
Bisa Paham

TSA'LABAH, KAYA TAK BAYAR ZAKAT..Tsa’labah adalah salah satu sahabat di zaman Rasulullah SAW. Sahabat itu adalah seorang...
26/11/2025

TSA'LABAH, KAYA TAK BAYAR ZAKAT..

Tsa’labah adalah salah satu sahabat di zaman Rasulullah SAW. Sahabat itu adalah seorang yang terkenal rajin sholat berjamaah bersama Rasul dan para sahabat lainnya.

Namun entah kenapa setelah sholat jamaah dengan cepat Tsa’labah akan segera pamit untuk kembali ke rumah. Kebiasaannya itu pun menjadi tanda tanya bagi para sabahat juga Rasul sendiri.

Lalu pada suatu hari setelah jamaah Rasulullah yang melihat Ts’labah buru-buru untuk pulang segera memanggilnya. Tsa’labah pun menghadap Rasulullah. Di sana Rasulullah bertanya pada Tsa’labah.

“Wahai, Tsa’labah kenapa kamu selalu terburu-buru ketika selesai jamaah?”

Dengan takzim Tsa’labah pun menjawab pertanyaan Rasulullah, “Sesunggunya saat ini di rumah ada seorang yang menungguku ya Rasul. Dia menunggu untuk bergantian memakai baju untuk melaksanakan salat.”

“Saya hanya memiliki sehelai kain untuk dipakai secara bergantian. Ketika saya sholat, maka istri saya akan bersembunyi hingga saya datang untuk kembali”, Tsa’labah menjelaskan dengan sebenar-benarnya.

Rasulullah sangat terkesan dengan Tsa’labah lalu mengizinkannya untuk segera pulang.

Selang beberapa hari kemudian Tsa’labah meminta tolong kepada Rasulullah untuk mendoakan dia agar bisa merubah nasib sedikit saja, agar memiliki harta benda. Tsa’labah merasa sangat lelah selama ini menjadi orang yang miskin dan hidup menderita.

“Wahai Tsa’labah bersyukurlah dengan apa yang kau miliki saat ini,” nasihat Rasulullah. Beliau takut ketika Tsa’labah memiliki harta benda akan menjadi lupa pada agamanya.

Tsa’labah pun pamit undur diri, meski sesungguhnya dia belum puas. Dia ingin memperbaiki hidupnya.

Keesokan harinya dia kembali datang dan meminta tolong Rasulullah untuk tetap mendoakannya. Dia berjanji setelah akan menjaga apa yang nanti dia dapatkan dan menggunakannya untuk jalan kebaikan.

Rasulullah pun akhirnya mendoakan Tsa’labah agar memiliki harta dan bisa hidup dalam kemewahan. Dia nampak begitu senang lalu kembali pulang untuk memberi tahu istrinya dengan membawa dua ekor kambing pemberian Rasulullah.

Sejak saat itu Tsa’labah rajin merawat dua ekor kambingnya. Menernaknya sehingga memiliki banyak anak hingga bertambahlah kambingnya.

Kini, dia pun sudah hidup berkecukupan. Namun, sejak dia sibuk mengurusi ternak kambingnya dia jadi jarang sholat berjamaah. Bahkan dia sering mengakhirkan sholat. Dia terlalu sibuk dengan kambing daripada harus bertemu dengan pencipta Alam Semesta.

Jarangnya Tsa’labah yang tak lagi pernah muncul pun membuat Rasul bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan Tsa’labah?

Lalu Rasulullah pun mengutus sahabat untuk ketempat Tsa’laba bertepatan dengan perintah zakat untuk kaum yang mampu.

Tsa’labah yang saat ini sudah menjadi saudagar kaya diharapkan mau menzakatkan harta dari ternak kambingnya.

Namun siapa sangka dengan gaya seperti orang bodoh dia berpura-pura tak mengerti tentang zakat atau pajak yang diajukan sahabat. Dia menolak berzakat.

Sahabat yang ditugaskan pun kembali dan langsung meghadap Rasulullah. Sahabat itu menceritakan semua perilaku Tsa’labah.

“Celakalah, engkau wahai Tsa’labah.” Itulah kalimat yang Rasulullah katakan. Beliau marah dan kecewa pada Tsa’labah yang katanya akan tetap berjuang dalam agama islam sesuai janjinya.

Tapi nyatanya dia terlena dan berani menolak perintahnya.

Setelah kejadian menolak perintah zakat dari Rasulullah, Tsa’labah merasa resah. Dia merasa bersalah karena telah mengingkari janjinya.

Lalu dia memutuskan untuk menuju ke kediaman Rasulullah. Dia ingin meminta maaf sekaligus memberikan zakat dari ternak kambingnya.

Namun, Rasulullah langsung menjawab: “Allah telah melarangku menerima zakatmu.”

Betapa sedihnya Tsa’labah. Sifat kikir dan lalai telah membuatnya sengsara. Dia tidak menyerah ketika Nabi Muhammad SAW wafat dia bermaksud memberikan zakat pada Abu Bakar yang saat itu menjadi Khalifah. Tapi Abu Bakar juga tidak berani menerima sampai pada kepemimpinan Usman bin Affan juga tidak berani menerima.

Akhirnya sampai mati Tsa’labah tidak bisa menzakatkan hartanya. Dia telah dilaknat Allah dan Rasululllah sejak berani menolak perintah zakat.

Itu adalah balasan bagi seorang yang telah lalai pada agama dan janji yang dibuatnya sendiri juga akibat dari kikir serta tamak yang dimiliki.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini..

Halo, aku kelelawar. Aku tidak minum darah, dan aku tidak berusaha tersangkut di rambutmu.Jika aku tak sengaja terbang k...
25/11/2025

Halo, aku kelelawar. Aku tidak minum darah, dan aku tidak berusaha tersangkut di rambutmu.

Jika aku tak sengaja terbang ke rumahmu, tolong jangan pukul aku dengan tongkat atau sapu—itu menyakitkan, dan aku sudah ketakutan.

Aku tak pernah bermaksud menakutimu. Jika aku mendarat, aku mungkin tak bisa terbang lagi tanpa bantuanmu.

Gunakan handuk dengan lembut untuk menuntunku keluar, dan aku akan langsung terbang. Aku membantu dengan memakan nyamuk dan banyak serangga lainnya.

Tapi sarang kami menghilang karena hutan dan bangunan tua dirobohkan, membuat kami hanya punya sedikit tempat tinggal.

Jadi, jika salah satu dari kami masuk ke rumahmu, matikan saja lampu di dalam, nyalakan lampu di luar, dan buka pintu.

Aku akan segera menemukan jalan keluar. Tolong berbaik hati—aku juga ingin hidup.

Note:
Kalelawar tidak jahat
Kalelawar bukan drakula

Semoga manfaat

AJR

Hubungan laki-laki dan wanita itu sering terasa seperti sistem yang saling mengisi. Bukan cuma soal siapa kuat, siapa le...
25/11/2025

Hubungan laki-laki dan wanita itu sering terasa seperti sistem yang saling mengisi. Bukan cuma soal siapa kuat, siapa lembut, atau siapa harus apa, tapi lebih dalam dari itu. Seolah-olah ada keseimbangan yang otomatis tercipta, bahkan tanpa disadari.

Secara fisik, laki-laki memang cenderung jadi sosok yang melindungi. Bukan berarti selalu paling kuat, tapi secara naluri mereka punya dorongan untuk berdiri di depan, menahan risiko, jadi tameng kalau perlu. Ada rasa tanggung jawab bawaan untuk menjaga orang yang mereka sayangi tetap aman. Itu refleks yang muncul bahkan sebelum kata-katanya keluar.

Tapi menariknya, ada sisi yang nggak kalah penting dan sering dilupakan: secara spiritual dan emosional, justru wanita yang melindungi laki-laki. Wanita itu seperti rumah tempat seorang laki-laki kembali pulang, tempat energinya diisi ulang, tempat hatinya dilunakkan, tempat kegelisahannya diredakan. Kehangatan, intuisi, dan empati wanita sering kali jadi “perisai” yang nggak kelihatan, tapi terasa kuatnya.

Laki-laki mungkin berdiri kokoh di luar, tapi wanita yang membuat mereka tetap utuh di dalam.
Laki-laki menjaga tubuh, wanita menjaga jiwa.
Laki-laki melindungi dari bahaya, wanita melindungi dari rapuhnya hati.

Dua-duanya bukan tentang siapa lebih tinggi atau lebih kuat, tapi tentang dua peran yang saling melengkapi. Kalau salah satu hilang, keseimbangan ikut goyah.

Pada akhirnya, hubungan itu bukan tentang membagi siapa yang keras dan siapa yang lembut, tapi bagaimana dua manusia saling menjadi pelindung satu sama lain dengan caranya masing-masing. Karena tempat yang paling aman bukan cuma di balik punggung seseorang… tapi juga di dalam hatinya.

Sumber :
1. Buss, D. M. Evolutionary Psychology: The New Science of the Mind. (Konsep peran protektif laki-laki & strategi dalam menjaga pasangan/keturunan.)

2. Bowlby, J. & Ainsworth, M. Attachment Theory. (Konsep hubungan sebagai sistem saling memberi keamanan fisik & emosional yang saling melengkapi)

---
Bisa Paham

Unta itu bukan cuma hewan gurun, dia kayak paket lengkap ketenangan, ketangguhan, dan manajemen hidup versi alam liar. D...
24/11/2025

Unta itu bukan cuma hewan gurun, dia kayak paket lengkap ketenangan, ketangguhan, dan manajemen hidup versi alam liar. Di tengah tempat paling panas dan paling pelit air di muka bumi, dia bisa tetap jalan jauh, stabil, dan adem banget seolah bilang, “Santai, gue udah siap.” keren ya, dari hewan berkaki panjang ini ternyata kita bisa belajar banyak soal hidup.

Sebelum mulai perjalanan panjang, unta akan ngecas dulu, isi air, simpen energi di punuk, dan siapin tubuhnya buat panas ekstrem. Punuknya itu bukan aksesoris, tapi tabungan energi yang bisa dipakai kapan pun gurun lagi kejam. Badannya juga didesain buat tahan haus, tahan panas, dan tetap melaju meski jalannya kayak nggak ada ujungnya. Intinya, perjalanan panjang tuh nggak bisa cuma modal nekat, harus ada persiapan.

Nah, gurun buat unta itu sama kayak kehidupan buat kita. Panasnya adalah masalah, anginnya cobaan, dan jauhnya adalah proses yang harus dijalani. Kita nggak bisa asal terjun tanpa bekal mental, ilmu, atau pengalaman. Kalau maksa, ya siap-siap aja “kering” duluan. kering energi, kering sabar, kering arah hidup. Banyak hal yang sebenarnya bisa diantisipasi kalau kita mau nyiapin diri.

Yang keren, unta selalu jalan pelan tapi konsisten. Nggak ngebut, nggak panik, nggak bandingin langkahnya sama makhluk lain. Selama dia tahu tujuannya, dia terus aja maju. Dari sini kita belajar bahwa hidup itu bukan lomba lari cepat, tapi perjalanan jauh. Yang bertahan bukan yang paling kencang, tapi yang paling siap dan paling kuat menghadapi prosesnya.

Dan satu hal yang bikin unta makin berkesan, dia kuat, tapi nggak pamer. Bekerja dalam diam, bawa beban tanpa banyak keluhan, tetap lembut meski tahan banting. Seolah ngingetin bahwa kekuatan sejati itu nggak perlu banyak suara, yang penting bisa tetap berdiri meski badai datang.

Dan dari unta ini, kita dapat pesan yang sederhana tapi ngena: sebelum melangkah jauh, siapin diri. Isi hati dengan sabar, isi pikiran dengan ilmu, dan isi langkah dengan tujuan yang jelas. Karena hidup ini perjalanan panjang, dan dengan persiapan yang tepat, kita bisa menjalaninya lebih tenang, lebih kuat, dan lebih bijak.

---
Bisa Paham

Seorang Badui yang Kencingdi MasjidKetika Nabi Mengajari Dunia Tentang Kasih, suasana masjid Nabawi sore itu sangat tena...
24/11/2025

Seorang Badui yang Kencing
di Masjid

Ketika Nabi Mengajari Dunia Tentang Kasih, suasana masjid Nabawi sore itu sangat tenang.

Para sahabat duduk melingkar, memperhatikan Rasulullah yang sedang mengajarkan ayat-ayat
Al-Qur'an.
Udara hangat, cahaya matahari masuk melalui lubang-lubang kecil di dinding masjid, dan semuanya terasa khusyuk.

Tiba-tiba...
seorang lelaki Badui masuk.
Pakaiannya lusuh.
Gerakannya kasar.
la tidak mengerti adat kota, tidak kenal tata krama masjid, dan belum
lama masuk Islam.

la melihat sudut masjid yang kosong... dan tanpa berpikir, ia berjongkok dan kencing di sana.

Air mengalir di lantai pasir masjid.
Aroma menyengat mulai terasa.
Dan para sahabat langsung bangkit,
wajah mereka memerah menahan marah.

"Wahai! Apa yang kau lakukan?!"

"Masjid ini suci!"

"Berhenti!"

Beberapa hampir berlari untuk menghentikannya.
Beberapa sudah mengepalkan tangan.

Namun Rasulullah mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka diam.

"Biarkan ia menyelesaikannya," kata beliau tenang.

Para sahabat tertegun.
Mereka tidak mengerti.
Bagaimana mungkin seseorang
melakukan hal seburuk itu... dan Nabi malah memintanya membiarkan?

Lelaki Badui itu menyelesaikan
hajatnya dengan wajah polos, tidak tahu bahwa ia baru saja memicu kemarahan satu kota.

Setelah itu, Rasulullah memintanya mendekat.
Bukan dengan bentakan.
Bukan dengan kata keras.

Beliau memanggilnya seperti seorang ayah memanggil anaknya yang belum mengerti aturan.

Ketika lelaki Badui itu berdiri di hadapan Rasulullah, beliau berkata
dengan suara yang begitu lembut,

"Masjid ini tidak pantas untuk hal seperti itu. la diciptakan untuk shalat, untuk membaca Al-Qur'an, dan mengingat Allah."

Lelaki itu menunduk.
Pipinya memerah.
Untuk pertama kali ia sadar kesalahannya.

Rasulullah lalu memerintahkan
beberapa sahabat,
"Ambillah seember air, siramlah bekasnya."

Tidak ada hukuman. Tidak ada cacian.
Tidak ada ancaman.
Yang ada hanyalah ajaran dengan
penuh kasih dan ketenangan. Lelaki Badui itu memandang Rasulullah lama sekali.

Lalu tiba-tiba ia mengangkat tangan
dan berdoa keras-keras:
"Ya Allah! Rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan rahmati seorang pun selain kami berdua!"

Para sahabat hampir tertawa sekaligus terkejut. Doa itu terdengar lucu dan aneh seolah ingin memonopoli rahmat Allah.

Rasulullah tersenyum, menggeleng pelan,
"Engkau telah membatasi sesuatu yang luas, wahai Badui.
Rahmat Allah itu luas-lebih luas dari
bumi dan langit."

Lelaki Badui itu tersipu malu.
Sebuah senyum muncul di wajahnya, senyum seseorang yang memahami bahwa agama ini dibangun bukan atas amarah...
melainkan kasih dan kebijaksanaan. Sejak hari itu, ia menjadi salah
satu orang yang paling membela Rasulullah.

Dan ketika orang bertanya mengapa ia begitu cinta kepada Nabi,
ia menjawab:
"Karena beliau tidak memarahi ketika aku pantas dimarahi.
Beliau mengajari saat aku tidak tahu. Dan ia menutupi kesalahanku dengan kelembutan."

Masjid Nabawi sore itu kembali tenang.

Namun dari kejadian itu, dunia belajar:
Kadang satu kesalahan kecil... bisa menjadi jalan bagi seorang manusia menuju hidayah, jika disambut dengan hati yang lapang seperti hati Nabi.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: دَخَلَ أَعْرَابِيٌّ الْمَسْجِدَ، فَبَالَ فِيهِ، فَجَاءَ الْمُسْلِمُونَ لِيَقْتُلُوهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَعْلَمْ». ثُمَّ دَعَاهُ، فَقَالَ لَهُ: «هَذَا مَسْجِدُ اللَّهِ، وَلَا يَحِلُّ أَنْ يُبَالَ فِيهِ، فَإِذَا أَحْرَجْتَ فَأَدْلِ فِي نَاحِيَةٍ خَفِيَّةٍ». فَأَدْلَى فِي نَاحِيَةٍ خَفِيَّةٍ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Artinya:
"Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Seseorang Arab Badui memasuki masjid, lalu ia kencing di dalamnya. Maka para Muslim datang untuk membunuhnya. Nabi saw bersabda, 'Biarkan dia, karena ia tidak mengetahui.' Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya, 'Ini adalah masjid Allah, dan tidak halal untuk kencing di dalamnya. Jika engkau terdesak, maka kencinglah di sudut yang tersembunyi.' Maka ia kencing di sudut yang tersembunyi"
(HR. Bukhari dan Muslim).

ABU BAKAR BERSEMBUNYI DI GOA TSURKetika Nabi memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu dan beli...
20/11/2025

ABU BAKAR BERSEMBUNYI DI GOA TSUR

Ketika Nabi memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu dan beliaulah yang ditetapkan sebagai sahabat untuk menyertainya. Dengan ketetapan itu, Abu Bakar merasakan kebahagiaan yang luar biasa, bahagia bercampur haru, sehingga air matanya menetes, deras sekali.

Tidak ada yang mengetahui persembunyian Nabi di Goa Tsur, kecuali keluarga Abu Bakar yaitu Abdullah putera beliau, kedua puterinya Asma’ dan ‘Aisyah serta pembantu setianya Amir bin Fuhaira.

Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah orang Quraisy, untuk menyadap informasi mengenai sikap mereka terhadap Muhammad.
Amir bertugas menggembalakan ternak milik Abu Bakar, untuk menghapus jejak apabila Abdullah mengirimkan makanan di Gua Tsur, menyiapkan susu dan daging.
Asma’ dan ‘Aisyah memasak menyediakan makanan di rumah kemudian diantarkan oleh Abdullah untuk Nabi dan ayahnya.

Setiap Abdullah berangkat ke Gua Tsur atau kembali, di belakangnya selalu diikuti oleh Amir dengan ternak kambingnya yang banyak, menghapus jejak Abdullah, agar tidak diketahui oleh orang-orang Quraisy.

Sebelum Nabi memasuki Goa Tsur, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan goa itu, apakah aman untuk bersembunyi atau tidak. Dalam goa itu biasanya ditempati oleh binatang-binatang buas dan serangga berbisa. Setelah Abu Bakar memeriksanya dan dianggap aman, baru memberitahu Nabi agar beliau masuk ke dalamnya.

Dalam goa itu, karena sangat lelah, Nabi tertidur, meletakkan kepalanya di paha Abu Bakar. Kaki Nabi terlihat melepuh bengkak, karena beliau berjalan tanpa alas kaki.

Waktu memangku Nabi yang sedang tidur itu, tiba-tiba Abu Bakar melihat di dekat jempol kakinya ada lubang yang luput dari pengamatannya. Dari lubang itu bisa jadi akan keluar ular gurun yang berbisa menggigit jempol kaki Abu Bakar.

Abu Bakar segera menutup lubang itu dengan ibu jari kakinya. Segera setelah itu dirasakan olehnya bisa ular yang sangat menyakitkan, sehingga racun bisa itu seolah-olah dirasakan sampai ke ulu hati.

Menahan sakit yang luar biasa itu mengakibatkan badan Abu Bakar menggigil dan seluruh tubuhnya gemetar, keringat dingin mengucur deras dari dahi Abu Bakar sehingga menetes ke wajah Rasulullah yang berada dalam pangkuannya, sehingga Nabi terjaga dari tidurnya.

Barulah Nabi mengetahui apa yang terjadi. Dengan cepat beliau berusaha mengeluarkan bisa dari ibu jari kaki Abu Bakar serta kemudian mengobatinya dan berdoa, sehingga Abu Bakar sembuh. (M. Muhyiddin, Sayyiduna Muhammad Nabi al-Rahmah, hal. 60).

Orang-orang musyrik Quraisy terus mencari Nabi, dengan menggunakan ahli-ahli jejak padang pasir, sampai kemudian mendekati Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar.

Mulanya mereka sudah mengira Nabi bersembunyi di goa itu, tetapi setelah mereka melihat di mulut goa itu terdapat sarang laba-laba, di sampingnya ada dua ekor burung dara sedang mengerami telurnya dan ada dahan-dahan pohon yang menutup lubang gua itu, mereka yakin goa itu tidak mungkin ada penghuninya. Mereka terlampau percaya terhadap perhitungan rasionya, sehingga berkeyakinan demikian.

Sebenarnya pada saat orang-orang Quraisy itu naik ke Bukit Tsur dan mengamati gua itu, saat itu merupakan detik-detik yang menegangkan. Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka, sehingga beliau berbisik kepada Nabi:
“Wahai Rasulullah, sekiranya mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti akan melihat kami”.
Nabi Menjawab: “Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira bahwa kita ini hanya berdua; ketahuilah, yang ketiganya adalah Allah yang melindungi kita”.

Itulah kenangan di Gua Tsur, yang mencekam dan menegangkan. Hari-hari berikutnya, dirasakan agak lega, tidak begitu mengkhawatirkan. Peristiwa itu diabadikan dalam al-Qur’an, sebagai berikut:

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kami". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Taubah, 9:40).

Setelah tiga hari berada di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar pergi berhijrah ke Madinah dengan mengendarai dua ekor unta yang telah disiapkan Abu Bakar. Segala persiapan dan bekal untuk perjalanan telah disiapkan oleh Asma’ dan Aisyah, kakak beradik puteri Abu Bakar yang sangat setia membela Nabi.

Address

Binjai

Telephone

+6285274872496

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Desiran Bayu posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share