
08/08/2025
Pagi itu, di tepi selokan yang kotor,
aku menemukan selembar uang lima puluh ribu.
Kumal, bau pesing,
tapi tetap saja nilainya lima puluh ribu.
Aku bertanya pada diriku sendiri:
Kalau uang itu ada di tong sampah,
apakah nilainya berubah?
Kalau ia terinjak-injak di jalan,
apakah nilainya hilang?
Ternyata, di manapun ia berada,
nilainya tetap sama.
Aku berpikir lagi,
mungkin berbeda cerita jika uang itu koyak.
Tapi lalu aku teringat mamak,
yang dulu menempel uang sobek
dengan sebutir nasi hangat dari periuk,
ditekan perlahan di antara sobekan,
hingga kembali utuh.
Ah… bahkan koyak pun,
uang itu tetap bernilai.
---
Hidup kita juga begitu.
Kadang kita merasa hina,
karena miskin,
karena diremehkan,
karena diabaikan,
karena dikhianati,
karena difitnah,
karena dibuang.
Kita merasa tak berarti.
Tapi…
Kalau selembar uang tetap berharga
meski terperosok di comberan,
mengapa kita, manusia,
merasa tak punya nilai?
Uang berharga
karena ada yang memberinya nilai.
Kita pun berharga
karena Tuhan yang menciptakan
dan karena kita memilih untuk menghargai diri sendiri.
Tidak semua harus kaya.
Tidak semua harus tertawa.
Tidak semua harus punya harta.
Tapi semua manusia—
punya nilai yang sama di mata Tuhan.
Jadi, walau kau sedang terpuruk,
bangkrut, difitnah, ditinggalkan,
atau lapar dan sendirian…
ingatlah:
Nilaimu tidak akan berkurang,
kecuali kau sendiri yang menguranginya.
---