11/09/2025
Kisah Alfian: Berjuang Demi Sekolah dan Bayar Kontrakan
Alfian, bocah berusia 11 tahun yang duduk di kelas 5 SD, harus mengorbankan masa bermainnya demi membantu sang ibu dan membiayai sekolahnya. Setiap hari sepulang sekolah, ia berjualan kue keliling sejauh 10 km, berpindah dari kampung ke kampung.
Kue yang dijual Alfian didapat dari warung tetangga. Dari setiap kue, ia hanya mendapat keuntungan Rp500. Jika dagangannya habis, penghasilan hariannya hanya sekitar Rp25.000. Meski lelah, di sela-sela istirahatnya ia tetap menyempatkan diri untuk belajar.
“Aku pengen jadi orang sukses, Om. Biar gak selamanya jualan begini, dan bisa angkat derajat orang tuaku,” ucap Alfian sambil menulis di buku belajarnya.
Namun perjuangan itu tak selalu mudah. Di sekolah, Alfian kerap dibully teman-temannya. Ia diejek karena datang ke sekolah sambil membawa dagangan, memakai sepatu jebol, dan tas lusuh.
“Temen-temen s**a ngetawain aku, Om. Kadang mereka sengaja menginjak sepatuku, bahkan pernah tasku diambil dan dibuang ke tempat sampah. Padahal aku lagi nabung buat beli tas dan sepatu baru,” cerita Alfian dengan sedih.
Alfian tinggal bersama ibunya, Sunarti (59 tahun), setelah ayahnya meninggal karena sakit. Sang ibu hanya bekerja sebagai buruh cuci gosok di rumah tetangga dengan upah Rp400.000 per bulan—jauh dari cukup untuk biaya sekolah sekaligus bayar kontrakan. Beberapa bulan terakhir, mereka bahkan terancam diusir karena menunggak.
“Saya sedih lihat Alfian jualan sampai diejek teman-temannya. Sudah saya larang, tapi dia tetap ingin bantu sekolahnya sendiri,” tutur Sunarti dengan mata berkaca-kaca.
Saat beban terasa berat, Alfian sering pergi ke makam ayahnya. Di sana, ia melepas rindu sekaligus curhat.
“Yah, doakan aku dari Surga ya. Semoga jualanku laris, biar aku bisa bayar sekolah dan kontrakan. Aku kangen sandaran di pundak ayah,” lirihnya.
Meski penuh ujian, Alfian tetap tegar. Harapannya sederhana: bisa terus sekolah, membantu ibunya, dan menggapai cita-cita agar kelak kehidupan mereka jauh lebih baik.