08/04/2025
LOTERE NYAWA
Diangkat dari kisah nyata
Penulis: Seruni Baskoro
"Halo Kang, gimana ini tumbalnya? Apa sudah dapat atau belum? Ini sudah mau mulai pondasinya loh, Kang?" tanya Pak Jatmiko saat menelepon Darmaji sang dukun sekaligus Kaka iparnya itu.
"Sabar dulu, targetnya sudah ada dan ini sedang diusahakan!" jawab Darmaji, membuat Pak Jatmiko menghela napas panjang.
"Terima kasih loh, Kang. Pokoknya sampean urus dulu secepatnya, soalnya tempatnya seperti yang sampean bilang sudah disiapkan di proyek pembangunan hotel itu!" balas Pak Jatmiko tampak tak sabaran, meskipun dia juga takut pada kakak iparnya yang bukan hanya sebagai dukun sakti saja, tapi juga pelindung preman dan organisasi masa besar.
"Iyo, nanti aku yang bawa ke sana!" jawab Darmaji dengan santai, lalu menutup panggilan telepon dari Pak Jatmiko itu.
Mendengar kepastian dari Darmaji yang bilang kalau target sudah ada dan tinggal eksekusinya saja, membuat Pak Jatmiko segera pergi ke proyeknya untuk melihat apakah tempat mengubur dua tumbal itu sudah siap atau belum.
Guntur dan para anak buahnya yang mendapat tugas dari Darmaji untuk menc*lik sepasang anak kembar yang masih berusia lima tahun itu sedang berusaha merancang cara mengeksekusi. Sebab anak itu bukanlah anak orang miskin, meskipun juga bukan anak orang kaya raya, tapi sepasang anak kembar atau kembar lelaki dan perempuan umur lima tahun itu ada satu pengasuhnya yang selalu mengawasi dan mengikutinya ke mana pun.
Sepasang anak kembar itu baru sekolah TK dan pagi itu diantar oleh ibunya yang terlihat memakai seragam PNS. Setelah anaknya masuk kelas, sang ibu pun pergi dengan kendaraannya yang terlihat seperti taksi online untuk bekerja, meninggalkan seorang pengasuh di sekolah itu untuk menjaga sang anak.
Jam sebelas lewat, ada mobil seperti taksi online datang kembali ke sekolah untuk menjemput dua anak kembar itu bersama sang pengasuh. Taksi online itu sepertinya sudah dipesan sang ibu untuk mengantar sepasang anak kembar dan seorang pengasuhnya itu pulang. Namun, saat di jalan sepi, mobil itu dipepet dua mobil dengan plat nomor kendaraan palsu hingga membuatnya berhenti.
Karena ketakutan, sopir itu ingin menelepon polisi, tapi ternyata Guntur sudah memecahkan kaca mobilnya dan mengarahkan sebuah senjata api ke kepalanya.
Kedua bocah di dalam mobil itu pun menangis ketakutan karena tiba-tiba dua orang lelaki tak dikenal membuka pintu dan menarik mereka keluar dari mobil. Karena sang pengasuh berusaha melindungi kedua bocah itu, anak buah Guntur memukul tengkuk sang pengasuh dua kali hingga pingsan.
Guntur, yang kedua tangannya memakai sarung tangan, pun merebut HP sopir itu, lalu membanting dan menginjak-injaknya hingga layarnya hancur.
"Tolong... Ramp*k!" teriak sopir itu. Namun, seketika Guntur melepaskan tembakan ke arah sopir itu. Tapi karena sang sopir mengelak, peluru yang ditembakkan Guntur justru bersarang di pundaknya.
Peramp*kan atau penc*likan itu berlangsung begitu cepat. Bahkan, tak sampai sepuluh menit kedua mobil yang membawa bocah itu telah pergi jauh, meninggalkan sang sopir taksi online dengan luka tembak di pundaknya dan sang pengasuh yang pingsan di kursi belakang.
Meskipun lokasi penc*likan berada di Bekasi, Guntur dengan cepat membawa kedua bocah yang terus menangis itu ke Surabaya.
Karena kesal dengan tangisan dua bocah itu, Guntur memerintahkan anak buahnya untuk membius mereka agar diam.
Mendapat laporan dari Guntur bahwa mereka sudah berhasil mendapatkan targetnya, Darmaji pun langsung pergi ke Surabaya dan akan bertemu Guntur di sana.
Guntur sampai di Surabaya sudah malam hari, tapi Pak Jatmiko dan Darmaji sudah berada di proyek, dan sudah tersedia adukan koral dan semen yang berada di tempat pengaduk semen.
"Mana anak itu?" tanya Darmaji pada Guntur saat Guntur membawa mobilnya masuk ke lokasi proyek tengah malam itu.
"Ada di mobil, Kang!" jawab Guntur dengan sopan.
Darmaji pun membuka pintu mobil itu dan melihat dua bocah tak berdosa sedang tertidur pulas karena dibius oleh anak buah Guntur.
Tanpa rasa kasihan, Darmaji membuka semua pakaian kedua bocah itu, lalu membopong ke galian tanah yang lumayan dalam tempat pondasi hotel.
Darmaji membopong bocah lelaki itu untuk ditaruh di bagian barat, sedangkan yang perempuan dia taruh di bagian timur tanpa sel*mbar pak*ian pun. Lalu Darmaji berkomat-kamit dan menekan dada bocah itu sebelum kemudian menyuruh Guntur meng*cor dua b*cah itu dengan adukan semen dan koral yang tadi sudah disediakan.
Meskipun Guntur tak tega, tapi karena itu perintah dari Darmaji membuatnya menurut menuang cor-coran dengan alat proyek meskipun dia tak mau melihat ke arah galian tanah itu.
"Betapa malangnya b*cah yang tak berdosa itu. Mereka dic*r hid*p-h*dup di dalam tempat pondasi hotel. Padahal, mereka tak tahu apa-apa, tapi justru harus menjadi tumb*l keserakahan manusia-manusia berhati iblis yang bahkan tak ada sedikit pun rasa iba!" batin Guntur lalu menghela napas panjang.
Entah terbuat dari apa hati lelaki-lelaki dewasa yang malam itu memperlakukan kedua b*cah kembar itu dengan keji. Padahal, mereka pun punya anak dan anak mereka juga pernah sekecil itu. Tapi kenapa mereka tak punya hati sama sekali?
"Guntur, bakar baju b*cah itu hingga tak tersisa, dan plat nomor mobilmu itu ganti yang asli. Tian, Aji, Daglek, kalian jaga area ini hingga cor itu kering. Pastikan besok para tukang tak mengutak-atik cor ini. Setelah semua ini selesai, kalian akan dapat bonus besar!" ucap Darmaji, membuat semua anak buahnya tersenyum senang.
"Siap Kang, tenang saja. Serahkan pada kami dan semua aman!" jawab Aji sambil tersenyum.
Tapi tidak dengan Guntur yang terlihat muram sambil merokok. Meskipun dia diam, tapi jiwanya bergolak antara tak tega dan patuh, juga profesionalisme dalam menyelesaikan setiap tugasnya.
Darmaji dan Pak Jatmiko pun segera pergi dari proyek itu untuk istirahat di rumah Kirani yang kini sudah jadi miliknya.
Keesokan harinya, saat para tukang sudah mulai bekerja di proyek pembangunan hotel itu, ada beberapa tukang yang merasa heran karena sudah ada dua galian pondasi yang sudah dicor dengan semen bercampur koral di bagian barat dan timur proyek pembangunan hotel itu, padahal proyek baru dilakukan perataan lokasi.
"He kalian... Ngopo ngumpul di situ? Jangan usik cor-coran semen itu! Itu isinya kepala kebo buat sesaji. Cepat kerja sana!" bentak Guntur kala melihat beberapa tukang yang berkerumun di cor-coran tempat tumbal yang semalam dicor itu.
"Njeh Mas!" jawab beberapa tukang yang langsung membubarkan diri lalu mulai mengerjakan tugas masing-masing.
"Pak, berita penc*likan dan penembakan itu sudah masuk TV loh, Pak. Guntur ini piye tho, sopir itu bukannya dit3mbak m4ti saja. Kalau sampai ketahuan piye iki?" tanya Bu Nunik sambil membesarkan volume TV yang menyiarkan berita kriminal itu.
"Ibu tenang saja. Guntur itu tangan kanan Kang Darmaji dan sudah sejak kecil hidup di dunia kriminal seperti itu. Dia sudah profesional dan tahu sebab akibatnya. Jadi apa pun yang dia lakukan pasti sudah dia pikirkan dan direncanakan dengan matang. Tenang sajalah," tegas Pak Jatmiko dengan santai.
Sementara itu, Darmaji menemui Guntur dan beberapa anak buahnya untuk membagikan bonus atas kerjanya yang sudah sukses mendapatkan tumbal itu.
"Kamu sudah bakar baju bocah itu?" tanya Darmaji pada Guntur.
"Sudah Kang. Semuanya, dari baju, sepatu, dan lainnya sudah kubakar hingga jadi abu. Tenang saja!" jawab Guntur lalu mencium gepokan duit yang dia terima dari Darmaji.
"Bagus! Sekarang kamu cuci mobil itu hingga bersih dan kalian pulang ke Jakarta!" perintah Darmaji pada Guntur dan teman-temannya.
"Baik Kang, kalau begitu kami balik dulu!" ucap Guntur lalu mencium tangan Darmaji, begitu pun dengan anak buahnya. Karena bagi mereka, Darmaji bukan hanya sekadar atasan, tapi sudah seperti guru dan orang tuanya.
"Mandor... Sini dulu!" panggil Darmaji pada mandor yang mengawasi para tukang.
"Iya Mas!" jawab sang mandor dengan sopan.
"Pastikan cor-coran tempat sesaji itu jangan diganggu gugat dulu. Lanjutkan saja kerjaannya, itu hanya kepala kerbau kok. Kalau kalian ganggu gugat, bisa-bisa minta tumbal dari kalian!" ucap Darmaji menakut-nakuti sang mandor sambil menunjuk ke dua arah tempat tumbal itu.
Cuplikan cerita ini ada pada novel "LOTRE NYAWA" penulis: Seruni Baskoro
Jika anda penasaran di mana letak hotel itu, baca di link ini ๐
https://read.kbm.id/book/detail/45a6a98b-143d-43be-85d7-cbbd6be4de1e
Di KBM App username serunibaskoro, cerita ini sudah tamat.