Livy Dovey

Livy Dovey drama📲
Day in my life💅
trend tiktok👯

Ali m3ringis menah4n rasa s4kit saat Warga memot0ng alat vit4lnya. Sedang terjadi pr0-k0ntra di kalangan masyarakat Indo...
09/12/2025

Ali m3ringis menah4n rasa s4kit saat Warga memot0ng alat vit4lnya.

Sedang terjadi pr0-k0ntra di kalangan masyarakat Indonesia ada yang setuju dengan tind4kan s4dis pembunvh4n terhadap Ali dan ada yang menent4ng dan berkata seibli-iblisnya Ali, maka lebih iblis mereka yang teg4h memot0ng alat vit4l Ali. Sebagian warga negara mendesak kepolisian untuk menangk4p pel4ku, namun sampai sekarang belum ada pel4ku yang secara resmi diumumkan pihak Kepolisian yang telah dit4ngkap padahal pel4ku berjumlah banyak.

Yang lain berkata bahwa Ali diser3t dari siang sampai tengah malam dan tidak ada polisi berada di situ untuk menghentikan para pelaku.
Ternyata polisi tidak mengetahui kejadian itu, setelah alih tew4s dan disimpan warga di pinggir jalan dengan ditutupi rumput, barulah polisi datang dan menemuk4n Ali sudah tew4s.

Kini publik bingung, apakah kejadian itu dianggap leg4l karena itu sudah menjadi tradisi, atau akankah pihak kepolisian memenjar4kan pelaku.
Waktu akan menjawabnya beberapa hari ke depan.

Wajah yang baru beberapa hari terakhir bisa kulihat penuh, tanpa cadar, tanpa batas kain.Putih. Bersih.Tanpa make up, ta...
08/12/2025

Wajah yang baru beberapa hari terakhir bisa kulihat penuh, tanpa cadar, tanpa batas kain.

Putih. Bersih.

Tanpa make up, tapi cantik … cantik banget.
Cantik yang bikin hatiku luluh total.

Jujur aja, sejak malam mama video call dan Ainun buka cadar … rasanya ada sesuatu di dalam dada aku yang langsung “klik”.

Kayak, “Oh… ini alasan gue diciptain laki-laki.”

Aku sampai mikir, kalau Ainun bukan tipe yang tertutup begini? Kalau dia pakai pakaian mainstream kayak cewek-cewek kampus lain?

Njir. Mungkin daftar cowok yang ngejar dia bakal sepanjang rel kereta. Untung aku duluan yang dapet, bahkan tanpa usaha. Mama betulan jago milih jodohku.

Ainun berkeringat, mungkin karena AC kamar ini lagi rusak total. Cuma ada kipas angin yang mutarnya aja capek.

Aku otomatis ngusap keringat di ujung dahinya. Di balik jilbabnya juga lembab. Timbul ide gila masuk kepala.

“Kalau gue buka jilbabnya … dia marah nggak, ya?”

Aku mikir satu detik. Terus sadar, aku suaminya. Masa takut?

Pelan-pelan, aku lepaskan peniti dan kain itu. Jilbabnya jatuh rapi dalam genggaman.
Aku taruh di meja kecil dekat ranjang.

Sekarang Ainun tanpa penutup kepala dan wajah di depanku. Rambutnya yang hitam tidak terlalu panjang, jatuh sedikit berantakan. Dan sumpah, aku pengen berhenti hidup di sini aja.

Dia menggeliat pelan, membuka mata setengah sadar. Tangannya meraba rambutnya, baru sadar jilbabnya nggak ada.

“M—mas…?” suaranya serak ngantuk.

“Gue yang buka,” jawabku sambil nyender di bantal. “Lo keringetan, Nun.”

Matanya melembut. “Nggak marah kan?”

Dia menggeleng pelan. Senyum samar, ngantuk tapi manis banget.

“Makasih… sayang,” gumamnya.

Gue langsung… deg.

Dia manggil gue apa barusan? Sayang??

Aku harusnya pura-pura cool, tapi jujur aja kepala rasanya meledak. Ainun kembali memejam, tapi aku masih gelisah.

Aku elus pipinya dikit. “Oya, besok puasa lagi nggak? Biar gue set alarm.”

Dia buka mata dikit, kayak dipaksa sadar. “Enggak. Cukup sehari aja puasa…in kamu.”

Aku mengerutkan kening. “Puasa-in gue? Maksudnya apa?”

Dia tarik selimut sambil ngomel-ngomel pelan,
“Aku puasa sehari ini… puasa tepat di tanggal kelahiran kamu, Mas. Kamu kan ulang tahun.”

Aku langsung terduduk. Lo serius, Nun?

“Sebentar … lo puasa karena ulang tahun gue?”

Dia mengangguk lemah.

“Hu’um .…”

“Buat apa?”

“Ya buat doain kamu,” jawabnya sambil menatap mataku, walau udah mau ketiduran.

“Biar sehat… panjang umur… beres semua urusan… jadi suami yang lebih baik… pokoknya yang baik-baik lah .…”

Aku cuma bisa bengong. Nggak ada yang bikin aku sekaget ini seumur hidup.

“Lo… puasa buat gue? Beneran, Nun?”

“Masih nanya .…” Dia kesel. “Ih, ngapain bohong. Lagian … Mas tu kebangetan. Ngerayain ulang tahun bareng Erin. Mana suap-suapan lagi .…”

Dia ngomong sambil merem, tapi nadanya ... cemburu total.

Dan sumpah, aku ... aku meleleh.
Pelan-pelan aku tarik tubuhnya ke pelukan.

Dia kaget dikit, tapi nggak nolak, malah ngelapor ke dadaku.

“Lo… puasa karena gue .…” bisikku, suara serak.

“Ya iya… mas ini, telat banget pahamnya .…” dia ngambek tapi pelan, ngantuk berat.

Aku mengusap rambutnya lembut.

“Lo doain gue panjang umur .…”

“Hmm .…” dia mengangguk di dadaku

“Terus sehat .…”

“Iya .…”

“Jadi suami yang lebih baik .…”

“Hu’um .…”

“Semuanya buat gue?”

“Iya Mas. Jangan tanya terus ah, ngantuk .…”

Gue mencium kepalanya. Pelan.
Spontan.
Tulus.

“Gue janji, Nun.”

Dia hanya gumaman kecil.

“Besok… gue beneran jauhin Erin. Beneran.

Gue serius.”

Ainun membuka mata sedikit. Masih ngantuk, tapi seolah memastikan aku nggak bohong.

“Janji…?”

“Janji!”

Dia menatap wajahku lama. Kemudian memejam lagi. “Alhamdulillah… akhirnya ….”

Aku tertawa kecil. Tawa yang penuh syukur. Ainun pelan-pelan tenggelam dalam tidur. Napasnya stabil. Wajahnya damai.

Dan aku? Aku nggak bisa tidur sama sekali. Bukan karena takut, bukan karena waspada, tapi karena satu hal ....

Karena aku baru sadar, aku dicintai perempuan ini dengan cara yang paling tulus, paling sederhana, dan paling suci yang pernah aku rasain.

Dan itu… lebih menenangkan daripada doa apa pun yang pernah aku dengar.

______
Cerita aslinya ada di KBM app.
Judul: KEN
Penulis : Ina Shalsabila
______

Bonus part-nya lumayan panjang ya. Ini spesial buat kalian yang selalu setia nungguin up-nya couple manis Ken&Ainun.

Ramaikan yuk!

Ayah mengh4 jarku tanpa ampun setelah ibu tiriku menemukan test pack di bawah r4njang. Tak ada satu pun yang mau mendeng...
08/12/2025

Ayah mengh4 jarku tanpa ampun setelah ibu tiriku menemukan test pack di bawah r4njang. Tak ada satu pun yang mau mendengar penjelasanku. Mereka hanya melihatku sebagai aib—padahal aku sendiri sedang mencari siapa lelaki biadab yang merenggut masa depanku malam itu.

---

MEREGUK DOSA MENITI ASA
Bab 41

Proses menyuapi Arda hanya sebentar, tapi bagi Nis serasa bertahun. Lelaki itu tak melepas pandangannya walau sedetik. Tangannya gemetaran, tubuh terasa gerah.

“Nanti sore pergilah ke dokter,” kata Nis.

“Ok, tapi kamu temani,” kata Arda.

Nis termangu, mengangguk.

“Kamu belum cerita padaku. Tentang luka itu?”

“Aku kurang berhati-hati… karena ingin cepat bertemu denganmu.”

Uza melonjak senang saat bangun menemukan Arda di sampingnya.

“Bundaa, air putih buat Om,” serunya.

Arda tersenyum lebar. “Om, setelah minum obat. Kita main yok.”

“Kita nonton film kartun saja. Sini peluk Om,” kata Arda.

Waktu berjalan cepat. Setelah Ashar mobil dari hotel datang. Arda menggandeng tangan Nis kuat—tak mau melepas.
Mereka bertiga seperti keluarga cemara.

Di dokter, Arda mendapat dua jahitan. Nis menyuruh dokter mengecek kondisi lelaki itu.

“Kamu panas sekali tadi malam,” katanya.

Setelah keluar, Arda berkata, “Sekalian jalan yok. Uza beli mainan.”

“Horee,” seru Uza.

“Kita sekalian makan malam,” tambah Arda.

Mereka berpindah dari satu toko ke toko lainnya. Arda tak menghiraukan harga mainan. Lelaki itu seperti tidak ada lelahnya. Padahal baru tadi malam terkapar karena demam.

“Kalian tunggu dulu di sini. Aku tidak lama,” pamit Arda.

Cukup lama Nis menunggu sampai Uza rewel, lalu membeli camilan.

“Maaf menunggu agak lama,” ucap Arda.

Di restoran mewah, Arda meletakkan makanan ke piring Nis.

“Makanlah.”

“Arda, aku bisa mengambil sendiri.”

“Coba,” katanya menyuapkan udang.

“Udah cukup, perutku bisa meledak.”

“Kemarikan tanganmu,” perintah Arda.

Ia mengeluarkan kotak bludru. Sebuah gelang emas. Perlahan memasangkannya.

“Ini sangat mahal,” gumam Nis.

“Tidak ada yang mahal untukmu.”

“Maaf, aku tidak bisa menerimanya.”

Arda menyambar tangan Nis. “Jangan dilepas, please. Percaya padaku.”

Mata Arda tajam membelenggu, membuat Nis terperosok sangat dalam.

***

Judul: MEREGUK DOSA MENITI ASA

Penulis: K**a Hastanta

Tersedia di KBM app.

Aku mengajak Ainun masuk kembali ke kamar. K**ar kecil itu, entah kenapa jadi hangat banget. Mungkin karena habis ngelew...
07/12/2025

Aku mengajak Ainun masuk kembali ke kamar. K**ar kecil itu, entah kenapa jadi hangat banget. Mungkin karena habis ngelewatin banyak hal hari ini.

Ainun langsung membuka cadarnya dan meletakkannya di rak kecil. Wajahnya terlihat lelah tapi damai.

“Capek ya?” tanyaku.

“Sedikit,” katanya pelan sambil naik ke ranjang.
Aku ikut naik dan begitu masuk selimut, aku langsung narik tubuhnya ke pelukan.
Tangan di pinggangnya, kaki nyangkut di kakinya.

Ainun memekik keras.

“Mas!! Mas!!”

Aku ngakak kecil.

“Kenapa?”

“Jangan tiba-tiba gitu! Astaghfirullah! Jantungku hampir copot!”

Aku makin nempel.

“Mau gue copot sekalian?”

“MAS!!” Dia memukul dadaku, tapi pelan, kayak takut beneran melukai. Aku memejamkan mata, menikmati momen sederhana itu.
Ainun masih kaku, tubuhnya tegang kayak penggaris besi.

“Tenang,” gumamku. “Kita tidur barengan. Itu doang.”

“Mas jaga tangan,” katanya ketus.

“Gue jaga. Kaki juga gue jaga.”
Tapi kaki ku justru makin nyangkut ke kakinya.

“Mas!”

Dia menahan tawa sekaligus malu. Aku tertawa pelan.

“Yaudah, yaudah. Sini.”

Pelan-pelan, aku melonggarkan pelukan jadi lebih nyaman. Nggak nempel banget, tapi tanganku masih ada di pinggangnya. Dia akhirnya ikut rileks.

Hening beberapa detik.

Ainun berkata lirih, “Mas … boleh jujur?”

“Hm?”

“Aku deg-degan.”

Aku membuka mata, menatap wajahnya yang Cuma sejengkal dariku. Wajahnya udah tanpa cadar, tanpa makeup. Tapi justru itu yang bikin cantiknya … asli.

“Aku juga deg-degan,” jawabku jujur.

Dia membelalakkan mata. “Loh? Kenapa Mas deg-degan?”

“Karena .…” Aku senyum kecil. “…lo ada di sini.”

Dia membuang wajah ke arah lain buru-buru. P**i merah banget. Momen hening lagi. Sampai akhirnya dia bicara pelan, hampir nggak terdengar.

“Mas … makasih ya.”

“Buat apa?”

“Buat percaya sama aku. Biarpun aku cuma ... aku.”

Aku meraih tangannya pelan, menautkan jari-jari kami. “Lo bukan cuma-cuma, Nun.”

Dia terdiam.

“Lo itu … tempat gue pulang.”

Ainun mencelos. Terlihat jelas dari cara dia menarik napasnya. Aku mendekat sedikit.

“Hari ini berat buat lo ya?”

Ainun mengangguk kecil.

“Capek?”

“Capek,” jawabnya jujur.

“Tapi bahagia?”

Ainun berhenti sebentar. Lalu… mengangguk pelan sekali. P**inya makin merah. Aku tersenyum.

“Gue juga.”

Dia menutup mata perlahan. Suara napasnya lambat. Aku menunggu sampai dia hampir tertidur, baru aku berbisik, “Mulai malam ini … gue bakal jagain lo. Bukan cuma sebagai suami, tapi sebagai penolong lo. Dan lo… penolong gue.”

Dia tak menjawab. Mungkin sudah tertidur.

Dan aku? Aku memeluknya lebih erat. Untuk pertama kali dalam hidupku, aku tidur tanpa resah. Karena gadis bercadar itu ada dalam dekapanku

Aneh banget. Aneh tapi… manis.

Aku harusnya tidur. Tapi malah mantengin wajah Ainun lama banget dari jarak sedekat ini.

Part 27
••••

Judul: KEN - Diam-diam Dia Istriku
Penulis: Ina Shalsabila
Hanya tamat di KBM app.

Aku menunduk sedikit, menatap wajahnya.“Aku percaya sama kamu, Nun.”Ainun terdiam. Bibirnya bergetar. Seakan nggak perca...
06/12/2025

Aku menunduk sedikit, menatap wajahnya.
“Aku percaya sama kamu, Nun.”

Ainun terdiam. Bibirnya bergetar. Seakan nggak percaya aku ngomong hal sepenting itu padanya.

“Kenapa… aku?” suaranya tipis.

Aku menggenggam tangannya erat.
“Karena cuma sama kamu, aku nggak takut kafe ini jatuh.”

Karena cuma kamu yang gue percaya.
Karena cuma kamu yang bikin gue pengen berubah

Tapi itu nggak aku ucapkan. Aku cuma menatapnya. Dan Ainun… perlahan menunduk, mengangguk ringan.

Hidupku bukan cuma buat diselamatkan, tapi buat dibangun bareng seorang gadis bercadar yang hatinya lebih kuat daripada seluruh otot geng motor yang pernah ngejar aku.

Begitu Ainun sudah siap, cadarnya kupasangkan rapi, kami keluar dari kamar.

Di area luar, para staf, Rani, Morgan, para barista, kasir,.sudah menunggu.
Aku berdiri di depan mereka seperti bos beneran. Ainun ada di sampingku, canggung tapi tetap anggun. Sesekali dia meremas ujung jilbabnya, tanda gugup.

Lucunya, staf malah senyum-senyum lihat dia.

“Malam ini,” mulai aku, suaraku sengaja dibuat tegas, “gue resmi serahin pengawasan kafe ini ke Ainun.”

Beberapa staf langsung mengangguk, mereka kayaknya udah tau ini bakal kejadian.
Mungkin Rani tadi udah bocorin.

Aku lanjut, “Selama KKN nanti, gue bakal sibuk dan nggak bisa sering bolak-balik ke sini. Kalian semua bisa langsung tanya ke Ainun kalo ada apa-apa.”

Rani melirik Ainun sambil tersenyum lembut.
“InsyaAllah, Mbak. Kita siap bantu.”

Ainun menunduk sopan.

Morgan menambahkan, “Kami udah dikasih tahu Bang Ken, soal kondisi bang Ken Aman, Mbak Ainun.”

Ainun tersenyum kecil. Tapi matanya tetap memandangi aku. Tiap lima detik sekali. Entah karena butuh dukungan, atau karena takut salah langkah.

Aku narik napas, senyum tipis.
“Tenang, Nun. Mereka udah paham sistemnya. Kamu tinggal kasih keputusan.”

Setelah itu, aku kasih pengarahan singkat. Aku belum pernah ngomong setenang dan setertata ini sebelumnya.

Biasanya kalau rapat sama anak geng, atau rapat sebagai ketua BEM ... Yah, levelnya beda lah.

Tapi sekarang aku ngomong kayak pemilik perusahaan beneran. Menjelaskan prosedur, kasih solusi buat stok yang menurun, bikin kebijakan baru soal keamanan. Dengar mas**an satu-satu dan Ainun ikut menyimak semuanya sambil mengangguk-angguk pelan Sesekali Ainun nyeletuk hal-hal sederhana, tapi bunyinya cerdas.

“Kalau nanti ada yang batal shift, sebaiknya ada list cadangan. Jadi nggak panik,” katanya sopan.

Morgan langsung mencatat.

“Nanti laporan keuangan dikirim harian aja. Biar gampang di tracking,” tambahnya lagi.
Semua staf langsung manggut.

Wajah mereka kayak, “Wah, bener juga nih, Bu Owner.”

Dan aku? Aku cuma… bangga. Tapi sesekali, Ainun tetap menatapku lama banget.
Dari samping. Tatapan lembut, tapi kayak nanyain: ‘Bener aku bisa, mas?’

Aku cuma jawab dengan kedipan singkat. Sudah cukup buat bikin dia rileks.
Setelah pengarahan selesai, aku menepuk bahu mereka satu-satu.

“Mulai besok, semuanya langsung tanya Bu owner. Gue fokus KKN dulu.”

“Iya Mas!” Serentak mereka jawab.

Part 26
_____

Tamat di aplikasi KBM app.
Judul: KEN
Penulis: Ina Shalsabila

Ramaikan MAS TAKA juga ya.

Setelah siap, aku keluar dari kamar. Aroma masakan yang harum langsung menyambutku, membelai indra penciu man. Tidak per...
05/12/2025

Setelah siap, aku keluar dari kamar. Aroma masakan yang harum langsung menyambutku, membelai indra penciu man. Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa rumah yang selalu sunyi dan sepi ini bisa terasa begitu hangat. Kehadiran Raisa telah mengubah segalanya.

Langkahku terarah ke dapur. Kulihat Raisa sedang asyik memasak, fokus pada apa yang dilakukannya. Pemandangan itu membuat Raisa semakin cantik dan menggemaskan.

"Mas Erlangga buru-buru mau ke kantor?" tanya Raisa, menyadarkanku dari lamunan.

"Iya, aku takut macet di jalan," jawabku.

"Kamu masak banyak sekali."

"Iya, Mas. Bagaimana kalau aku buatkan bekal makan siang saja? Mas Erlangga bisa memakannya di kantor. Kalau tidak s**a, buang saja tidak apa-apa," ucap gadis itu dengan tulus. Tentu saja aku tidak akan tega membuang masakannya.

Selama hampir 30 tahun, aku hidup sendiri. Kedua orang tuaku sibuk dengan bisnis mereka. Sejak kecil, aku dititipkan pada pengasuh, dan saat SMA, aku sudah hidup mandiri. Aku pernah bermimpi memiliki keluarga hangat bersama Clara, wanita yang sangat kucintai. Lima tahun menjalin hubungan, aku pikir dia adalah takdirku, tapi ternyata semuanya musnah karena pengkhianatan yang begitu menyakitkan.

"Siapkan saja bekalnya. Aku pasti akan makan. Aku tidak s**a membuang makanan," jawabku, membuat gadis itu tersenyum.

Raisa langsung menyiapkan bekal untukku. Apakah aku laki-laki paling beruntung di dunia ini yang bisa menikmati senyum tulus dari Raisa? Gadis suci yang kutolong di sebuah klub malam. Awalnya aku berpikir dia gadis malam yang biasa melayani pelanggan, tapi ternyata aku salah besar.

"Ini bekal makan siangnya, Mas. Semoga Mas Erlangga s**a dengan masakanku," ucapnya, menyerahkan kotak bekal.

"Raisa, boleh aku tanya sesuatu?"

"Boleh saja, Mas. Memangnya Mas Erlangga mau tanya apa?"

"Apa kamu hanya memakai hijab dan cadar saat keluar rumah saja?"

"Iya, Mas. Apa penampilanku mengganggu Mas Erlangga? Kalau iya, aku akan kenakan cadar setiap hari di dalam rumah. Tapi beri aku waktu sedikit, karena aku butuh uaang untuk membeli baju-baju baru. Aku sama sekali tidak membawa baju ganti," jawabnya, sedikit menunduk.

Ya Tuhan, Erlangga, Raisa sekarang adalah istrimu! Seharusnya kamu bisa membelikan apa pun yang dia inginkan.

"Kamu tidak perlu khawatir, Raisa. Aku akan membelikan pakaian baru untukmu. Semoga kamu s**a," kataku.

Setelah berbincang, aku berpamitan. Namun, tiba-tiba Raisa menahan tanganku. Dia meraih tanganku dan menciumnya, sebuah tindakan yang membuatku sangat terkejut. Apakah dia begitu menghormatiku sebagai suaminya? Padahal dia tahu sikapku saat pertama bertemu dengannya tidaklah baik.

"Hati-hati ya, Mas. Semoga Mas Erlangga selalu selamat di jalan," ucapnya dengan senyum tulus.

Aku merasa sedikit gugup. Ini pertama kalinya aku tinggal bersama wanita, dan dia adalah istriku.

"Kamu tidak perlu bersikap seperti itu," kataku dengan nada tegas.

"Aku menikahimu hanya karena permintaan dan perjanjian kita. Jadi, jangan harap aku akan mencintaimu."

Setelah mengatakan itu, aku langsung pergi. Sial! Kenapa aku begitu tega mengatakan hal itu pada Raisa? Bukankah aku sudah mulai mengaguminya? Bukankah aku tidak bisa melupakan malam indah itu? Kenapa aku begitu munafik pada perasaanku sendiri?

***

Sesampainya di kantor, semua karyawan menyambutku dengan hangat. Mereka menghargaiku sebagai pemimpin perusahaan. Aku pun selalu berusaha bersikap profesional.

"Erlangga!" sapa Malik, asisten pribadi sekaligus sahabat baikku.

"Ada apa? Apa ada rapat penting atau karyawan baru? Kenapa kamu tidak bisa mengurus semuanya?" tanyaku, sedikit kesal.

"Jangan sensitif begitu, Erlangga. Kita ini sahabat. Aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Bagaimanapun juga, kamu pemimpin perusahaan ini. Memangnya kamu ke mana saja? Beberapa hari ini sulit sekali dihubungi," tanya Malik, penuh selidik.

Aku tidak mungkin menceritakan semua yang terjadi, terutama tentang Raisa. Dia pasti akan berpikiran aneh-aneh, mengira aku melampiaskan rasa sakit hatiku pada dunia malam.

"Aku ada urusan. Tidak semua urusanku harus aku laporkan padamu," jawabku singkat.

"Tunggu, Erlangga. Aku perhatikan, wajahmu pagi ini terlihat sangat cerah dan bersemangat. Apa sesuatu terjadi padamu?" tanya Malik lagi.

Aku terdiam. Apakah benar, kejadian semalam membuatku jauh lebih menikmati hidup?

"Memangnya kenapa? Aku hanya olahraga dan menikmati hari liburku," elakku.

"Yakin olahraga? Atau jangan-jangan..."

"Cukup, Malik! Hari sudah hampir siang. Siapkan ruang meeting untuk hari ini dan perkenalkan aku pada karyawan baru yang akan menjadi sekretarisku," potongku.

"Baik, Pak Erlangga yang terhormat! Saya Malik, asisten pribadimu, akan memberikan yang terbaik untukmu," sahut Malik, mengg odaku.

***
Eksklusif di KBM App
Judul: Kukira Gadis Malam Ternyata Istri Idaman
Penulis: Raradika07

Warga Gowa, Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh insiden seorang pria t3was setelah diker*yok massa dan may4tnya dis3ret se...
05/12/2025

Warga Gowa, Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh insiden seorang pria t3was setelah diker*yok massa dan may4tnya dis3ret sepeda motor keliling desa.

pria ini dipukuli hingga t3was oleh massa, kemudian di1kat di sepeda m0tor dan dis3ret keliling kampung.

Kejadian tragis ini berlangsung di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, dan melibatkan pria berinisial A 47 tahun, yang dituduh melakukan pengan1ayaan serta pemerk*saan terhadap seorang wanita difabel berinisial T.

DT, seorang saksi mata, menceritakan bahwa dugaan tindak pidana itu terjadi sekitar empat hari sebelum A t3was di tangan warga.

Meskipun warga sudah mengetahui kejadian pemerk*saan tersebut, pelaku berhasil melarikan diri.

Sempat Sembunyi di Hutan
Setelah diduga melakukan pemerk*saan, A sempat bersembunyi di rumah salah satu warga selama dua hari.

Ia kemudian melarikan diri dan bersembunyi di kawasan hutan di kaki Gunung Lompo Battang, Desa Rappolemba, selama dua hari berikutnya.

Sempat sembunyi dua hari di Cikoro. Terus dia sembunyi lagi di belakang kampung di kaki Gunung Lompo Battang, Desa Rappolemba," jelas DT.

Akhirnya, pelaku keluar dari persembunyiannya diduga karena kel4paran.

Ia mendatangi rumah seorang warga di Desa Rappoala untuk meminta mak4nan dan terlihat berbelanja di warung.

Warga yang marah pun mendatangi A dan mengan1aya hingga t3was. Jas4dnya kemudian di4rak kel1ling kampung dari perbatasan Desa Rappoala menuju Desa Rappolemba hingga ke Kelurahan Cikoro.

Dalam aksi tersebut, A dilaporkan mengalami mutilasi pada alat kelaminnya,dan men1nggal dunia.

Saya sempat tanya ke petugas puskesmas, katanya memang benar alat kel4m1nnya dip*tong," kata DT.

Peristiwa ini sempat direkam oleh warga dan menjadi viral di media sosial, menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat

Akumulasi Kemarahan Warga
Menurut DT, tindakan main hak1m sendiri yang dilakukan warga merupakan hasil dari akumblasi kemarahan terhadap A.

Pria tersebut bukanlah orang baru dalam dunia krim1nal, karena ia telah beberapa kali keluar masuk penj5ra akibat keterlibatannya dalam kasus kejah4tan.

"A ini memang sudah lama dit0lak warga kembali ke kampung. Beberapa tahun lalu juga pernah terlibat kasus pelec3han s3ksu4l dan tidak mau bertanggung jawab," ungkapnya.

Selain itu, A juga diduga terlibat dalam kasus pencvrian uang dalam jumlah besar di rumah warga, dan sempat menjalani hukuman penjara selama dua tahun.

"Setelah bebas, dia masih bikin ulah. Kabarnya sebelum kejadian pem3rkos4an ini, dia juga sempat m3ncuri laptop," lanjut DT.

Kemarahan warga semakin memuncak setelah mengetahui bahwa korban pemerk*saan adalah seorang wanita difabel dengan keterbatasan m3ntal.

MENGG0-D4 IBU TIRIKU (5)"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra ...
03/12/2025

MENGG0-D4 IBU TIRIKU (5)

"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra yang masih berusaha membuat kesepakatan dengan Bastian.

"Dan apa untungnya bagiku?"

"Tentu saja aku bisa membantumu di perusahaan ini. Aku butuh waktu ...."

"Aku bukan temanmu, Sierra," sela Bastian sebelum Sierra sempat menyelesaikan ucapannya. "Hubungan kita juga sama sekali tidak baik sampai kita bisa mencapai kata sepakat. Jadi, jangan bermimpi membuat kesepakatan apa pun denganku!"

Jawaban Bastian pun membuat Sierra mendadak terdiam dan menganga.

"Kalau tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, silakan kemasi barangmu dan keluar dari ruang kerjaku!" kata Bastian lagi dengan tegas.

Dan Sierra pun terus uring-uringan setelah ia keluar dari sana.

"Ini benar-benar membuatku gila, Valdo! Dia sama sekali tidak bisa diajak bicara baik-baik, Valdo!"

"Bastian memang bukan orang yang ramah, Sierra."

"Ya, ya, seharusnya aku tahu itu. Dia pria yang brengsek. Tapi aku tidak peduli, Valdo. Aku akan tetap di sini untuk menyelesaikan tugasku sampai semua perjanjianku dengan Pak Tua itu terpenuhi," ucap Sierra dengan penuh keyakinan.

Sementara itu, di ruang kerjanya, Bastian dan asistennya yang bernama Tory juga sedang menyusun rencana mereka sendiri.

"Apa menurutmu dia akan keluar dari perusahaan ini, Bos?"

"Tidak, Tory. Aku tahu dia tidak mungkin pergi hanya karena aku menyuruhnya. Dia adalah tipe wanita yang baru akan pergi setelah menguras habis semuanya."

"Ah, tapi sungguh, dia tidak terlihat seperti itu, Bos. Dia terlihat seperti wanita yang berbeda dari Stephanie maupun Bu Laura."

"Ck, jangan mudah terlena dengan kecantikan dan wajah polosnya, Tory!"

"Eh, kau sendiri juga mengakui kalau dia cantik kan, Bos?" kekeh Tory.

Bastian memicingkan matanya sambil mengangguk. "Dia memang cantik, Tory. Tapi wanita yang rela menikahi pria tua demi uang adalah wanita yang menji-jikkan untukku! Dan aku tidak akan pernah terg*da oleh wanita seperti itu!"

Tory hanya mengangguk mengerti mendengar ucapan bosnya itu.

"Baiklah, mulai bergerak, Tory! Aku mau kau memeriksa semua yang sudah wanita itu lakukan! Aku mau membatasi wewenangnya agar dia tidak bisa semena-mena lagi dan kau juga harus mencari bukti kecurangannya agar aku bisa segera mendepaknya dari sini!" perintah Bastian tegas.
*
Jacob Sagala langsung kegirangan saat mendengar kabar bahwa Bastian setuju bekerja di perusahaan.

"Benarkah itu, Valdo? Bastian sudah bekerja di perusahaan mulai hari ini?" pekik Jacob di teleponnya.

"Benar, Pak. Mulai hari ini, Bastian bekerja di perusahaan dan menempati ruang kerja Anda yang semula ditempati oleh Sierra."

"Hmm, lalu ke mana wanita itu pindah?"

"Ke ruangan sekretaris di sampingnya yang masih kosong."

Jacob hanya mengangguk mendengarnya. "Baguslah kalau wanita itu tahu diri! Saat anakku masuk, memang dia harus keluar! Kalau begitu pada acara besok, aku akan memperkenalkan Bastian secara resmi pada semua orang di perusahaan. Kau bantu aku menyusun acaranya, Valdo!"

"Baik, Pak!"

Jacob pun menutup teleponnya dengan sumringah. Satu masalah teratasi, akhirnya Bastian mau bekerja di perusahaan yang memang akan diwariskan padanya.

Sejak divonis sakit keras, Jacob sudah cukup banyak merenung dan tentu saja, ia menyesali semua perbuatannya di masa lalu. Hanya saja, gengsinya masih terlalu tinggi untuk minta maaf dan memohon langsung pada anaknya untuk kembali. Selain itu, kalau Bastian tahu Jacob sakit keras, pasti yang ada, Bastian akan mengatakan itu karma dan tetap menolak Jacob. Karena itu, Jacob terpaksa memakai cara ini.

Lagipula dengan tubuh tuanya dan penyakitnya, Jacob tidak bisa melawan semua orang sendirian. Karena itulah, Jacob membutuhkan Valdo dan Sierra yang akan menjadi kaki tangannya.

"Pada akhirnya nanti, aku mau keluarga Laura pergi dari sini, Sierra juga pergi, semua orang jahat pergi, hanya tersisa kita, Bastian. Tentu saja, Ayah berharap masih punya umur yang cukup sampai saat itu. Tapi untuk saat ini, biarkan seperti ini dulu saja. Hahaha!"

"Ah, sepertinya menggunakan Sierra memang tidak mengecewakan, bahkan ini berjalan lebih lancar dari dugaanku," gumam Jacob dengan begitu lega.

Jacob yang begitu senang pun tidak berhenti tersenyum sepanjang hari itu, bahkan ia pergi sendiri membeli gaun yang harus Sierra pakai di pesta besok.

Keesokan harinya, semua orang pun mendadak begitu sibuk menyiapkan pesta tahunan yang memang selalu diadakan rutin oleh Sagala Group.

Pesta itu ditujukan untuk keakraban sekaligus memberi penghargaan bagi karyawan dan manager terbaik.

Ini adalah cara Jacob untuk membuat karyawannya makin loyal pada perusahaan, walaupun tentu saja yang namanya oknum licik dan tamak akan tetap ada.

"Keluarlah, Sierra! Aku mau melihat bagaimana kau memakai gaun itu!" teriak Jacob sambil terus mengetuk pintu kamar mandi di dalam kamar Sierra malam itu.

Valdo yang sudah berdiri di samping Jacob hanya bisa bersabar menghadapi pria tua yang memang menyebalkan dan tidak sabaran itu.

Sedangkan Sierra yang sudah begitu kesal mendengar ketukan di pintu pun akhirnya keluar sambil terus merapikan gaunnya.

Untuk sesaat, Jacob maupun Valdo nampak terkesima menatap Sierra sampai mereka tidak dapat berkata-kata.

Sierra nampak begitu cantik dan elegan dengan gaun yang melekat erat di tubuhnya. Gaunnya berwarna merah menyala dengan potongan dada yang tidak terlalu rendah, namun punggungnya terbuka. Selain itu, belahan pahanya juga cukup tinggi sampai membuat Sierra tidak nyaman.

"Apa kau maniak, hah, Pak Tua? Apa aku tidak bisa mendapatkan gaun yang lebih wajar daripada ini? Gaun ini kekurangan bahan!" pekik Sierra kesal. "Lihatlah punggungnya terbuka! Lihatlah belahan pahanya akan terbuka begitu lebar saat aku berjalan! Mengapa tidak sekalian saja kau minta aku memakai bikini, hah?"

Jacob terkekeh. "Karena bikini memang tidak cocok untuk pesta di gedung, Sierra. Dan gaun itu ... cocok untukmu!"

Sierra tertawa kesal mendengarnya. "Aku sangat tidak nyaman dengan gaun ini, rasanya seluruh kulitku terlihat, aku merasa begitu murahan memakai gaun seperti ini!"

Valdo ikut tersenyum mendengarnya. "Tidak, Sierra! Sungguh, kau terlihat luar biasa! Kau hanya butuh sedikit senyuman untuk membuatmu menjadi pusat perhatian nanti malam. Kau harus percaya diri," ucap Valdo tulus.

Sedangkan Jacob pun diam-diam masih mengagumi Sierra. "Baiklah, kuakui kau lumayan juga, tapi sayangnya dadamu tidak sebesar dada Laura. Aku selalu menyukai yang ukuran besar," seru Jacob dengan kedua tangan yang diangkat dengan gaya meremat.

Sierra pun langsung membelalak mendengarnya. "Dasar maniak! Aku juga tidak berharap sesuai dengan seleramu! Dasar pria tua menyebalkan!" geram Sierra, sebelum ia melangkah keluar dari kamarnya meninggalkan Jacob dan Valdo yang masih tersenyum sendiri.

Suasana di pesta pun sudah nampak begitu meriah. Ballroom yang luas itu pun sudah mulai ramai oleh karyawan Sagala Group beserta keluarga mereka.

Laura dan Stephanie pun sudah begitu sibuk menyapa semua orang, begitu juga dengan Noah, suami Stephanie yang juga bekerja di Sagala Group.

Mereka semua menunjukkan ekspresi ramah mereka sebagai tuan rumah sambil menunggu Jacob yang selalu terlambat.

"Ini pertama kalinya kita ikut di pesta ini, Bos," kata Tory yang sudah berdiri di dekat stall minuman bersama Bastian.

"Hmm, pesta yang entah penting atau tidak! Pesta seperti ini hanya membuang uang!" sahut Bastian yang masih meneguk minumannya sambil merapikan setelan jas formalnya. "Bahkan tadinya aku sudah tidak mau datang, tapi Pak Tua itu memaksaku. Dan sekarang, dia sendiri yang terlambat!"

"Haha, pesta seperti ini cukup menyenangkan bagi para karyawan dan keluarga mereka, Bos. Lihat saja wajah mereka begitu senang!"

"Hmm," sahut Bastian singkat sambil kembali meneguk minumannya.

Bastian dan Tory pun masih mengobrol santai sambil memperhatikan satu persatu orang yang belum mereka kenal itu.

Sampai tiba-tiba semua perhatian tersedot ke pintu masuk yang besar itu.

Jacob Sagala nampak tertawa sumringah di sana bersama dengan Valdo dan seorang wanita muda yang nampak begitu mempesona dengan gaun merahnya.

Wanita itu tersenyum begitu cantik dan menyapa semua orang dengan gaya yang anggun.

Dengan begitu ramah dan cekatan, wanita itu menjabat tangan para karyawan dan semua gerakannya membuat Bastian sama sekali tidak bisa mengedipkan matanya, bahkan tangan Bastian yang sedang memegang gelas minumannya pun nampak tergantung di depan bibirnya.

Apalagi saat pvnggung terbuka milik wanita itu terpampang di sana dan kaki jenjang wanita itu mengin-tip lewat belahan gaun yang begitu tinggi di bagian pahanya.

"Woah, pantas saja Pak Tua itu menikahi wanita itu! B*dynya ... mana tahan, Bos!" Tory pun membuat gerakan di udara dengan kedua tangannya, membentuk lekukan tubuh wanita.

Tory pun masih mengagumi Sierra, namun mendadak ia mengernyit karena tidak kunjung mendapat sahutan dari Bastian.

Sontak, Tory menoleh ke arah Bastian dan ia bersumpah melihat sang Bos menelan salivanya kasar menatap sang ibu tiri yang katanya sangat dibencinya itu.

"Eh ... ehem ... ehem ... Bos, bukankah kau bilang tidak akan tergoda padanya, Bos? Tapi kau terus menatapnya seolah akan memakannya hidup-hidup!" Tory terkikik sejenak, sebelum ia kembali mengg*da bosnya itu.

"Apa kau mulai tergoda padanya, Bos?"
****

Judul: Menggoda Ibu Tiriku
Penulis: mommykai22
Platform: Innovel/Dreame/GoodNovel ✅

Address

Jalan Paving
Blora
58254

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Livy Dovey posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share