10/08/2025
Fairbanks, Alaska, 1992.
Christopher McCandless,
pemuda cerdas dan idealis,
lulusan Emory University,
memilih meninggalkan segalanya.
Tanpa pamit ke keluarga,
ia sumbangkan semua tabungan,
memusnahkan identitas,
dan pergi menghilang.
Ia ganti nama menjadi
Alexander Supertramp.
Dua tahun penuh ia berkelana.
Menumpang kendaraan,
berjalan kaki,
tidur di alam terbuka,
bekerja di ladang gandum,
tinggal di komunitas gelandangan.
Dalam perjalanannya,
ia mencatat segalanya di jurnal:
pikiran, keraguan, alam,
dan pencariannya akan hidup yang sejati.
Banyak orang yang ia temui menyukainya.
Beberapa menawarkan tempat tinggal.
Satu orang bahkan ingin mengadopsinya.
Tapi semuanya ditinggalkan.
Karena satu tujuan belum tercapai:
hidup sendirian di hutan Alaska.
April 1992,
ia tiba di belantara Alaska.
Tanpa peta, tanpa kompas,
hanya membawa beras, senapan kecil,
dan buku panduan tumbuhan liar.
Di tengah hutan,
ia menemukan bus tua terbengkalai.
Bekas tempat istirahat pemburu.
Bus itu jadi tempat tinggalnya.
Ia menyebutnya: Magic Bus.
Selama lebih dari seratus hari,
ia berburu, memancing,
menulis catatan harian,
membaca buku-buku kes**aannya.
Ia hidup dengan tenang.
Merasa bebas.
Merasa utuh.
Tapi keadaan berubah.
Musim panas datang.
Salju mencair.
Sungai yang dulu dangkal
kini berubah jadi arus besar.
Jalan p**ang tertutup.
Ia terjebak.
Makanan habis.
Tubuh melemah.
Ia mencoba bertahan hidup dengan memakan biji tanaman liar.
Namun salah pilih.
Tubuhnya tidak mampu menyerap nutrisi.
Keracunan pun terjadi.
Hari demi hari,
kondisinya makin menurun.
Berat badannya turun drastis.
Tulisannya makin lemah.
Kalimat makin pendek.
Nadanya berubah.
Dari optimis,
menjadi putus asa.
Pesan terakhir ditulis dengan susah payah:
> “Happiness only real when shared.”
Kebahagiaan hanya nyata jika dibagikan.
Agustus 1992,
jasadnya ditemukan oleh pemburu.
Terlentang di sleeping bag.
Dengan jurnal setebal seratus halaman.
Dan kamera berisi potret hari-hari terakhirnya.
Kisahnya menyebar luas.
Jurnalis Jon Krakauer menelusuri perjalanannya.
Lalu menulis buku berjudul Into the Wild.
Buku itu menjadi best-seller.
Difilmkan tahun 2007 oleh Sean Penn.
Dengan aktor Emile Hirsch sebagai Chris.
Bus tempat ia tinggal jadi tempat ziarah.
Ratusan orang datang tiap tahun.
Tapi karena banyak yang celaka,
bus itu akhirnya dipindahkan oleh helikopter tahun 2020.