23/04/2025
Dalam Kitab Pararaton yang ditulis dalam bahasa Kawi, tercatat sumpah terkenal Gajah Mada saat dilantik sebagai Mahapatih Majapahit, yang berbunyi "Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa". Sumpah ini berarti Gajah Mada tidak akan menikmati "palapa" (yang diperdebatkan apakah merujuk pada buah kelapa, rempah-rempah, atau metafora untuk kesenangan hidup) sebelum berhasil menaklukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
Meskipun Gajah Mada berhasil menaklukkan banyak wilayah, Kerajaan Sunda dan Galuh tetap merdeka dan terlalu kuat untuk ditaklukkan, sehingga sumpahnya tidak sepenuhnya terwujud pada masa hidupnya. Ironisnya, cita-cita penyatuan Nusantara dalam sumpah Gajah Mada baru terealisasi saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, bukan di bawah Majapahit, melainkan sebagai Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan wilayah yang bahkan lebih luas dari Majapahit.
Referensi:
Marwati Djoened Poesponegoro; Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno. Balai Pustaka.