09/09/2025
Analisis mengenai Ekonomi Indonesia :
"Disaat Ekonomi Indonesia Tumbuh, Apakah Kesejahteraan Benar-Benar Tercapai?"
Oleh : Arman Budiyono.
(Tulisan ini dilindungi Undang-undang hak cipta, dilarang keras mengcopy paste tanpa izin penulis).
Melihat data Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2025 sebesar 5,12 persen (year-on-year) merupakan sebuah capaian yang patut kita syukuri bersama. Angka ini menunjukkan bahwa di tengah berbagai dinamika global dan tantangan domestik, perekonomian nasional masih mampu tumbuh stabil dan terjaga.
Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai Rp5.947 triliun pada periode ini, memberikan gambaran bahwa aktivitas ekonomi masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah masih berjalan dengan baik. Meski demikian, di balik angka yang terlihat menjanjikan ini, ada beberapa hal penting yang perlu kita renungkan dan cermati bersama.
Jika kita melihat lebih dalam, pertumbuhan berdasarkan lapangan usaha menunjukkan variasi yang cukup besar. Sektor perdagangan, reparasi, dan industri pengolahan tumbuh cukup signifikan, sementara sektor pertanian dan pertambangan hanya mencatat pertumbuhan yang relatif rendah.
Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, sebab sektor pertanian sesungguhnya merupakan penopang utama kehidupan masyarakat kecil di desa-desa. Jika pertumbuhan di sektor ini tertinggal, maka dampaknya bisa dirasakan langsung oleh petani yang kesulitan meningkatkan kesejahteraannya.
Di sinilah tantangan kita bersama, bagaimana memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat pada sektor-sektor tertentu, tetapi juga merata hingga menyentuh sektor riil yang melibatkan masyarakat luas.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga nirlaba yang melayani rumah tangga (LNPRT) mencatat pertumbuhan positif. Ini artinya daya beli masyarakat masih cukup terjaga. Namun, kita juga harus mewaspadai angka impor yang tumbuh lebih tinggi dibanding ekspor.
Ketergantungan pada impor yang semakin besar dapat menimbulkan kerentanan, baik dalam stabilitas harga maupun ketahanan ekonomi nasional. Pemerintah bersama pelaku usaha perlu menyeimbangkan kondisi ini dengan memperkuat ekspor dan mendorong produksi dalam negeri agar kita tidak terlalu mudah terguncang oleh perubahan global.
Jika ditinjau dari sisi wilayah, Pulau Jawa masih menjadi motor utama perekonomian Indonesia, dengan kontribusi mencapai 56,94 persen. Sementara itu, daerah lain seperti Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara memberikan kontribusi yang relatif kecil.
Ketimpangan inilah yang perlu segera dijawab dengan kebijakan pembangunan yang lebih merata. Indonesia bukan hanya Jawa, tetapi juga Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pertumbuhan yang inklusif dan merata adalah kunci untuk menjaga persatuan dan rasa keadilan ekonomi di tengah masyarakat.
Kita semua tentu berharap, angka pertumbuhan ekonomi yang positif ini benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebab, pertumbuhan ekonomi sejatinya bukan hanya soal angka-angka di atas kertas, melainkan bagaimana ini bisa menghadirkan kesejahteraan, membuka lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan sosial.
Mari kita dorong pemerintah, dunia usaha, dan seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama, memastikan setiap kebijakan ekonomi berpihak pada rakyat kecil tanpa meninggalkan kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh.
Pada akhirnya, capaian ini adalah harapan, sekaligus tantangan. Harapan bahwa Indonesia mampu terus melaju menjadi bangsa yang besar dan berdaulat secara ekonomi.
Kemudian, tidak kalah penting bahwa keberlanjutan pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya ditopang oleh angka-angka statistik yang indah dilihat.
Pertumbuhan yang bermakna adalah pertumbuhan yang benar-benar menyentuh hati rakyat, menyentuh semua lapisan masyarakat, memberi harapan baru bagi keluarga sederhana, keluarga miskin di pelosok-pelosok, serta membuka peluang bagi anak muda untuk berkarya dan bekerja tanpa harus meninggalkan tanah kelahirannya dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai.
Untuk itulah, peran para pemangku kepentingan' baik pemerintah, legislatif, dunia usaha, maupun lembaga keuangan. Menjadi sangat krusial dalam mengarahkan pembangunan agar lebih inklusif dan berkeadilan.
Saya percaya, keputusan-keputusan besar yang diambil oleh para pemimpin negeri ini akan menentukan arah masa depan bangsa. Oleh sebab itu, saya sangat berharap agar setiap kebijakan ekonomi tidak hanya berpihak pada angka pertumbuhan, tetapi juga memberi perhatian pada pemerataan hasil pembangunan.
Perlu adanya keberanian untuk mengalokasikan sumber daya lebih besar bagi sektor-sektor yang langsung bersentuhan dengan kehidupan rakyat kecil, seperti pertanian, nelayan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), serta daerah-daerah yang selama ini belum tersentuh pembangunan secara maksimal.
Selain itu, sinergi antar lembaga negara juga sangat diperlukan. Koordinasi yang baik antara kementerian, lembaga keuangan, otoritas fiskal dan moneter, serta pemerintah daerah akan menciptakan kebijakan yang lebih solid dan terarah.
Para pelaku usaha besar pun diharapkan dapat menunjukkan rasa tanggung jawab sosial dengan mendukung program-program yang memperkuat perekonomian lokal, bukan hanya mengejar keuntungan semata. Dalam konteks ini, gotong royong ekonomi menjadi landasan utama agar semua pihak dapat berjalan beriringan.
Tidak kalah penting, transparansi dan akuntabilitas juga harus terus dijaga. Kepercayaan publik adalah modal terbesar dalam menjaga stabilitas perekonomian. Setiap pemangku kepentingan perlu menegaskan komitmennya untuk bekerja dengan jujur, terbuka, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Sebab, tanpa kepercayaan, sehebat apa pun program pembangunan akan sulit mencapai tujuan mulianya.
Dengan semangat kebersamaan, mari kita wujudkan Indonesia yang tidak hanya tumbuh secara angka, tetapi juga berkembang secara rasa. Rasa keadilan, rasa kebersamaan, dan rasa memiliki. Hanya dengan cara itu, pertumbuhan ekonomi akan benar-benar menjadi berkah bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir golongan.
Salam damai penuh hormat dari saya 🙏
(Arman Budiyono).