Arman Budiyono

Arman Budiyono Tahun 2016 Ditinggal mati oleh Istri Terakhir Felisha. Menduda 9 Tahun.

Pribadi yg simpel, sederhana, dan apa adanya.
15 Agustus 90
Duda anak 1 perempuan
Ayah dari Rachel Fitria (Usia 14 Tahun)
2 x Menikah:
Cerai hidup tahun 2014 dengan Mamahnya Rachel.

15/09/2025

Kerja dimana sekarang?

14/09/2025

“Ya Allah, Engkau Maha Adil, Engkau Maha Membalas, Engkau Maha Melihat apa yang tersembunyi di hati manusia.

Engkau melihat bagaimana aku dihina-hina di jalanan, banyak perempuan yang membuang muka ketika melihat wajah saya. Memalingkan wajahnya seolah aku bukan manusia.

Engkau tentunya mendengar setiap hinaan yang mereka ucapkan di dalam hati mereka.

Ya Allah, jangan biarkan mereka yang membuat hamba terhina seperti ini hidup dengan tenang setelah menanamkan luka di hati.

Jangan biarkan lidah yang membuat hamba dipandang hina ini kembali tersenyum dengan mudah. Buatlah setiap tawa mereka berubah menjadi tangisan yang panjang, setiap malam mereka dipenuhi mimpi buruk yang membuat mereka terbangun dalam ketakutan.

Ya Allah, sebagaimana mereka menutup pintu jodoh untukku, tutuplah juga pintu rezeki mereka, pintu kesehatan, dan pintu keberuntungan dari hidup mereka. Jadikan langkah mereka tersandung, usaha mereka gagal, dan bangkrutkanlah harta mereka.

Ya Allah, jika mereka merendahkan aku dengan panggilan yang menyakitkan, panggilan yang tidak semestinya, rendahkanlah derajat mereka di hadapan manusia. Jadikan mereka hina di tengah keramaian, tidak dipandang, tidak dihormati, tidak disayangi, bahkan oleh orang yang mereka cintai.

Dan jika Engkau izinkan, ya Allah, binasakanlah mereka sebelum sempat mereka menua. Cabutlah nyawa mereka di saat mereka masih mencintai dunia, agar mereka menyesali keangkuhan dan penghinaan yang pernah mereka lemparkan kepadaku.

Ya Allah, aku tidak mampu membalas dengan tanganku, tapi Engkau memiliki cara balas dendam yang paling sempurna. Aku serahkan mereka pada kemurkaan-Mu, pada azab-Mu, pada kehendak-Mu yang tak bisa ditolak siapa pun.

Biarlah aku hidup sendiri, menua bersama kedua orang tuaku, maupun mati dalam keadaan sendiri asalkan orang-orang yang menghina ini tidak pernah merasakan kebahagiaan sejati sampai mereka menghadap-Mu.

Berikan azab yang pedih kepada mereka di dunia, Alam barzah serta Akhirat nya.

Aamiin Ya Allah Yaa Mujibas saailiin 🤲

Dalam perjalanan hidup ini, tidak semua doa yang kita panjatkan akan Allah ijabah sesuai dengan harapan kita. Ada kalany...
14/09/2025

Dalam perjalanan hidup ini, tidak semua doa yang kita panjatkan akan Allah ijabah sesuai dengan harapan kita. Ada kalanya kita merasa sudah melakukan segalanya. menjaga ibadah, menegakkan shalat lima waktu, bahkan menambahnya dengan shalat Dhuha dan tahajud di sepertiga malam. Dengan penuh keyakinan, kita bersujud, memohon dengan segenap harapan, agar Allah mempertemukan kita dengan sosok yang kita cintai sebagai pendamping hidup.

Saya pun pernah mengalami hal itu ketika bekerja di Sukoharjo tahun 2016-2017, di sebuah perusahaan besar, bagian dari Sritex Grup. Setiap hari, saya tidak pernah lupa berdoa agar Allah SWT menjodohkan saya dengan seorang perempuan bernama Ria Linda Sari, perempuan asal Rembang Jawa Tengah. Hati saya begitu yakin, bahwa jika saya terus berdoa dan bersungguh-sungguh, Allah akan mengabulkan harapan tersebut.

Namun, kenyataan berkata lain. Justru yang terjadi adalah Ria Linda Sari memilih pergi, meninggalkan Sukoharjo, dengan alasan merasa tidak nyaman bekerja di sana karena keberadaan saya. Rasanya doa yang selama itu saya panjatkan seakan-akan sia-sia, tidak mendapat jawaban seperti yang saya inginkan.

Tetapi dari peristiwa itu, saya belajar satu hal penting, doa bukanlah sebuah transaksi. Doa adalah wujud penghambaan kita, bukti bahwa kita bersandar penuh kepada Allah. Terkadang, yang kita minta belum tentu yang terbaik untuk kita. Allah Maha Tahu, sementara kita hanya menebak-nebak masa depan. Apa yang kita anggap baik, bisa jadi menyimpan keburukan. Dan apa yang kita anggap menyakitkan, bisa jadi justru jalan Allah untuk menghadirkan sesuatu yang lebih baik.

Melalui pengalaman pahit ini, saya ingin mengingatkan diri sendiri dan siapa pun yang membaca tulisan saya ini ! Jangan pernah berhenti berdoa, meskipun jawaban yang kita harapkan tidak kunjung datang. Karena doa bukan hanya soal hasil, melainkan juga tentang mendidik hati untuk sabar, ikhlas, dan yakin bahwa Allah selalu menyiapkan jalan terbaik.

Meskipun sudah 8 tahun berlalu pasca kekecewaan tersebut jodoh untuk saya belum kunjung juga datang, namun saya tetap sabar dan berserah diri kepada Allah SWT.
Semoga memberikan jalan terbaik bagi kehidupan saya.

Aamiin Ya Allah Yaa Mujibas saailiin 🤲

Selama belasan tahun, saya bekerja keras siang dan malam hanya untuk memperoleh penghidupan yang layak. Jalan yang saya ...
14/09/2025

Selama belasan tahun, saya bekerja keras siang dan malam hanya untuk memperoleh penghidupan yang layak. Jalan yang saya tempuh juga tidak mudah, penuh dengan rintangan, penderitaan, bahkan tidak jarang disertai dengan penghinaan serta perendahan martabat.

Ada banyak momen ketika saya merasa dipandang sebelah mata, dianggap remeh, dihina dan ditolak oleh orang-orang, termasuk oleh sebagian kaum hawa yang merendahkan harga diri saya.

Semua itu bukanlah pengalaman yang ringan, namun menjadi pelajaran berharga yang membentuk keteguhan hati saya hingga hari ini.

Namun, saya belajar bahwa hidup bukan hanya soal menahan sakit atau bertahan dalam kesulitan. Hidup juga soal keberanian untuk bangkit, mengubah luka menjadi kekuatan, dan menjadikan pengalaman pahit sebagai guru terbaik.

Saya meyakini, setiap air mata dan peluh yang telah saya keluarkan selama ini adalah investasi yang akan membuahkan hasil pada waktunya.

Kini, saya sampai pada titik baru dalam perjalanan hidup ini. Jika dulu saya bekerja siang dan malam demi uang, maka sekarang saatnya uang yang bekerja untuk saya.

Melalui disiplin, kesabaran, dan komitmen dalam berinvestasi di pasar modal, saya berusaha mengelola hasil kerja keras selama bertahun-tahun agar tumbuh dan berkembang.

Investasi bukan hanya sekadar angka hijau atau merah di layar, tetapi sebuah ikhtiar panjang untuk meraih kemandirian finansial, agar saya dan orang-orang yang saya cintai yakni ayah dan ibu saya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih bermartabat.

Saya berharap perjalanan saya selama ini dapat menjadi inspirasi, bahwa setiap hinaan dan penolakan bukanlah akhir, melainkan awal dari kebangkitan. Bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri. Dan yang paling penting, bahwa bekerja keras hanyalah tahap awal, tahap berikutnya adalah bekerja cerdas dengan mengelola hasil jerih payah melalui investasi yang bijak.

Mudah-mudahan Tuhan merestui saya.
Dari sini saya pun bisa fokus untuk beribadah kepada Allah SWT dan lebih khusyuk.

“$BTEK Menggenggam Manisnya Emas Cokelat Indonesia !"Oleh : Arman Budiyono.Industri kakao Indonesia sedang berada di jal...
10/09/2025

“$BTEK Menggenggam Manisnya Emas Cokelat Indonesia !"

Oleh : Arman Budiyono.

Industri kakao Indonesia sedang berada di jalur yang sangat strategis. Pemerintah telah membuka peluang besar bagi sektor ini dengan berbagai kebijakan yang mempermudah jalan bagi perusahaan-perusahaan kakao nasional.

Salah satunya adalah kabar baik dari Amerika Serikat yang akan menghapus tarif impor untuk komoditas unggulan Indonesia, termasuk sawit, kakao, dan karet menjadi nol persen.

Kebijakan ini menjadi karpet merah bagi produk kakao Indonesia untuk bisa masuk ke pasar global dengan daya saing yang jauh lebih tinggi, karena hambatan biaya impor kini sudah tidak diberlakukan. Hal yang sama juga berlaku di Uni Eropa, yang membuka peluang ekspor kakao olahan Indonesia ke salah satu pasar cokelat terbesar di dunia.

Tidak berhenti di situ, pemerintah juga mendorong hilirisasi kakao. Artinya, Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengolah kakao menjadi produk dengan nilai tambah tinggi, seperti bubuk kakao, mentega kakao, hingga cokelat siap konsumsi.

Strategi ini menjadikan Indonesia bukan sekadar produsen, tetapi juga pemain penting dalam rantai pasok global. Apalagi, harga cokelat dunia saat ini sedang naik tajam akibat terbatasnya pasokan dari negara produsen lain. Dengan momentum tersebut, Indonesia punya peluang untuk meningkatkan kapasitas produksi kakao dalam negeri sekaligus memperbesar porsi pasar internasional.

Di tengah kondisi yang sangat positif ini, perusahaan-perusahaan di sektor kakao, termasuk $BTEK, memiliki posisi emas untuk memetik keuntungan.
Dukungan pemerintah, insentif tarif ekspor, serta tren harga global yang meningkat memberikan landasan kuat untuk pertumbuhan bisnis jangka panjang.

Lebih dari itu, visi pemerintah di bawah kepemimpinan Bpk. Presiden Prabowo Subianto menempatkan kakao sebagai salah satu komoditas andalan nasional. Artinya, industri kakao akan mendapatkan perhatian khusus dari sisi regulasi, pembiayaan, hingga program peremajaan tanaman yang bertujuan meningkatkan produktivitas.

Bagi para investor pasar modal, peluang ini patut dicermati secara serius. $BTEK bukan hanya bergerak di sektor yang sedang naik daun, tetapi juga berada pada jalur yang sejalan dengan prioritas pemerintah dan tren global.

Dengan strategi ekspansi, hilirisasi, serta potensi pasar ekspor yang semakin terbuka, nilai perusahaan memiliki ruang pertumbuhan yang signifikan. Dukungan kebijakan dan situasi pasar yang mendukung bisa menjadi katalis kuat bagi kenaikan kinerja keuangan $BTEK dalam jangka menengah hingga panjang.

Singkatnya, semua jalan sudah dibuka' tarif ekspor nol persen, harga cokelat dunia yang tinggi, serta kebijakan hilirisasi yang membawa nilai tambah. Kini, tantangannya tinggal bagaimana $BTEK memanfaatkan momentum ini untuk tumbuh lebih cepat dan lebih besar. Bagi investor yang mencari peluang dengan prospek cerah di sektor riil yang dekat dengan kebutuhan global, saham $BTEK layak menjadi perhatian utama.

Dengan kombinasi antara kebijakan pemerintah yang pro-industri, permintaan global yang terus meningkat, serta fokus hilirisasi yang memberi nilai tambah tinggi, prospek $BTEK terlihat sangat menjanjikan. Perusahaan memiliki peluang untuk tidak hanya menjadi pemain besar di dalam negeri, tetapi juga ikut menguasai pangsa pasar dunia. Momentum ini sangat jarang terjadi, di mana fundamental industri dan dukungan regulasi berjalan beriringan.

Bagi para investor yang mencari emiten dengan potensi pertumbuhan solid, $BTEK bisa menjadi salah satu pilihan strategis. Di tengah tren harga kakao dunia yang naik dan terbukanya pasar ekspor tanpa beban tarif, peluang cuan bukan hanya angan-angan, tetapi kenyataan yang sudah di depan mata. Saatnya melihat $BTEK bukan hanya sebagai saham, tetapi sebagai bagian dari transformasi besar industri kakao Indonesia menuju panggung global.

Analisis mengenai Ekonomi Indonesia :"Disaat Ekonomi Indonesia Tumbuh, Apakah Kesejahteraan Benar-Benar Tercapai?"Oleh :...
09/09/2025

Analisis mengenai Ekonomi Indonesia :

"Disaat Ekonomi Indonesia Tumbuh, Apakah Kesejahteraan Benar-Benar Tercapai?"

Oleh : Arman Budiyono.
(Tulisan ini dilindungi Undang-undang hak cipta, dilarang keras mengcopy paste tanpa izin penulis).

Melihat data Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2025 sebesar 5,12 persen (year-on-year) merupakan sebuah capaian yang patut kita syukuri bersama. Angka ini menunjukkan bahwa di tengah berbagai dinamika global dan tantangan domestik, perekonomian nasional masih mampu tumbuh stabil dan terjaga.

Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai Rp5.947 triliun pada periode ini, memberikan gambaran bahwa aktivitas ekonomi masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah masih berjalan dengan baik. Meski demikian, di balik angka yang terlihat menjanjikan ini, ada beberapa hal penting yang perlu kita renungkan dan cermati bersama.

Jika kita melihat lebih dalam, pertumbuhan berdasarkan lapangan usaha menunjukkan variasi yang cukup besar. Sektor perdagangan, reparasi, dan industri pengolahan tumbuh cukup signifikan, sementara sektor pertanian dan pertambangan hanya mencatat pertumbuhan yang relatif rendah.

Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, sebab sektor pertanian sesungguhnya merupakan penopang utama kehidupan masyarakat kecil di desa-desa. Jika pertumbuhan di sektor ini tertinggal, maka dampaknya bisa dirasakan langsung oleh petani yang kesulitan meningkatkan kesejahteraannya.

Di sinilah tantangan kita bersama, bagaimana memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat pada sektor-sektor tertentu, tetapi juga merata hingga menyentuh sektor riil yang melibatkan masyarakat luas.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga nirlaba yang melayani rumah tangga (LNPRT) mencatat pertumbuhan positif. Ini artinya daya beli masyarakat masih cukup terjaga. Namun, kita juga harus mewaspadai angka impor yang tumbuh lebih tinggi dibanding ekspor.

Ketergantungan pada impor yang semakin besar dapat menimbulkan kerentanan, baik dalam stabilitas harga maupun ketahanan ekonomi nasional. Pemerintah bersama pelaku usaha perlu menyeimbangkan kondisi ini dengan memperkuat ekspor dan mendorong produksi dalam negeri agar kita tidak terlalu mudah terguncang oleh perubahan global.

Jika ditinjau dari sisi wilayah, Pulau Jawa masih menjadi motor utama perekonomian Indonesia, dengan kontribusi mencapai 56,94 persen. Sementara itu, daerah lain seperti Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara memberikan kontribusi yang relatif kecil.

Ketimpangan inilah yang perlu segera dijawab dengan kebijakan pembangunan yang lebih merata. Indonesia bukan hanya Jawa, tetapi juga Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pertumbuhan yang inklusif dan merata adalah kunci untuk menjaga persatuan dan rasa keadilan ekonomi di tengah masyarakat.

Kita semua tentu berharap, angka pertumbuhan ekonomi yang positif ini benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebab, pertumbuhan ekonomi sejatinya bukan hanya soal angka-angka di atas kertas, melainkan bagaimana ini bisa menghadirkan kesejahteraan, membuka lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan sosial.

Mari kita dorong pemerintah, dunia usaha, dan seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama, memastikan setiap kebijakan ekonomi berpihak pada rakyat kecil tanpa meninggalkan kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Pada akhirnya, capaian ini adalah harapan, sekaligus tantangan. Harapan bahwa Indonesia mampu terus melaju menjadi bangsa yang besar dan berdaulat secara ekonomi.

Kemudian, tidak kalah penting bahwa keberlanjutan pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya ditopang oleh angka-angka statistik yang indah dilihat.
Pertumbuhan yang bermakna adalah pertumbuhan yang benar-benar menyentuh hati rakyat, menyentuh semua lapisan masyarakat, memberi harapan baru bagi keluarga sederhana, keluarga miskin di pelosok-pelosok, serta membuka peluang bagi anak muda untuk berkarya dan bekerja tanpa harus meninggalkan tanah kelahirannya dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai.

Untuk itulah, peran para pemangku kepentingan' baik pemerintah, legislatif, dunia usaha, maupun lembaga keuangan. Menjadi sangat krusial dalam mengarahkan pembangunan agar lebih inklusif dan berkeadilan.

Saya percaya, keputusan-keputusan besar yang diambil oleh para pemimpin negeri ini akan menentukan arah masa depan bangsa. Oleh sebab itu, saya sangat berharap agar setiap kebijakan ekonomi tidak hanya berpihak pada angka pertumbuhan, tetapi juga memberi perhatian pada pemerataan hasil pembangunan.

Perlu adanya keberanian untuk mengalokasikan sumber daya lebih besar bagi sektor-sektor yang langsung bersentuhan dengan kehidupan rakyat kecil, seperti pertanian, nelayan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), serta daerah-daerah yang selama ini belum tersentuh pembangunan secara maksimal.

Selain itu, sinergi antar lembaga negara juga sangat diperlukan. Koordinasi yang baik antara kementerian, lembaga keuangan, otoritas fiskal dan moneter, serta pemerintah daerah akan menciptakan kebijakan yang lebih solid dan terarah.

Para pelaku usaha besar pun diharapkan dapat menunjukkan rasa tanggung jawab sosial dengan mendukung program-program yang memperkuat perekonomian lokal, bukan hanya mengejar keuntungan semata. Dalam konteks ini, gotong royong ekonomi menjadi landasan utama agar semua pihak dapat berjalan beriringan.

Tidak kalah penting, transparansi dan akuntabilitas juga harus terus dijaga. Kepercayaan publik adalah modal terbesar dalam menjaga stabilitas perekonomian. Setiap pemangku kepentingan perlu menegaskan komitmennya untuk bekerja dengan jujur, terbuka, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Sebab, tanpa kepercayaan, sehebat apa pun program pembangunan akan sulit mencapai tujuan mulianya.

Dengan semangat kebersamaan, mari kita wujudkan Indonesia yang tidak hanya tumbuh secara angka, tetapi juga berkembang secara rasa. Rasa keadilan, rasa kebersamaan, dan rasa memiliki. Hanya dengan cara itu, pertumbuhan ekonomi akan benar-benar menjadi berkah bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir golongan.

Salam damai penuh hormat dari saya 🙏
(Arman Budiyono).

"Dari Sri Mulyani ke Purbaya : Mampukah Kepercayaan Pasar Modal Dipertahankan?"Oleh : Arman Budiyono.(Tulisan ini dilind...
08/09/2025

"Dari Sri Mulyani ke Purbaya :
Mampukah Kepercayaan Pasar Modal Dipertahankan?"

Oleh : Arman Budiyono.
(Tulisan ini dilindungi oleh Undang-undang hak cipta, dilarang keras mengcopy paste tanpa izin penulis).

Pergantian Menteri Keuangan selalu menjadi peristiwa besar yang mendapat sorotan tajam dari publik, pelaku pasar, hingga investor asing.

Keputusan mengganti Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa bukanlah sekadar rotasi jabatan, melainkan penentu arah keberlanjutan kebijakan fiskal Indonesia. Di sinilah sesungguhnya pasar ingin menguji! Apakah komitmen terhadap disiplin fiskal, keterbukaan komunikasi, serta kesinambungan strategi tetap bisa dijaga? Atau justru melemah?

Pasar bukan hanya menilai siapa yang duduk di kursi Menkeu, melainkan seberapa besar integritas dan kredibilitas orang tersebut dalam menjaga kepercayaan. Target ambisius RAPBN 2026, yakni pertumbuhan 5,4% dan inflasi 2,5%, bukan lagi sekadar angka.

Ini adalah harapan masyarakat yang ingin hidup lebih baik, harga-harga yang terkendali, serta lapangan kerja yang bertambah. Semua itu hanya bisa terwujud jika konsolidasi fiskal dilakukan dengan hati-hati, koordinasi dengan Bank Indonesia dijaga erat, dan yang lebih penting' kepercayaan pasar tetap terpelihara.

Dalam konteks ini, publik memiliki hak untuk merasa cemas. Apakah transisi kepemimpinan di Kementerian Keuangan akan berjalan mulus? Apakah strategi pembiayaan akan tetap kredibel? Apakah komunikasi publik yang jernih, lugas, dan transparan akan tetap dijaga?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar muncul, sebab sejarah membuktikan bahwa gejolak pasar modal (IHSG) sering kali berawal dari ketidakjelasan pesan pemerintah.

Namun, di balik kecemasan itu, tersimpan harapan besar. Jika Menkeu baru mampu menetapkan jangkar fiskal yang kuat, merancang strategi pembiayaan yang tidak hanya indah di atas kertas tetapi juga realistis, serta menumbuhkan komunikasi publik yang terbuka tanpa menutup-nutupi fakta, maka transisi ini bisa menjadi momentum yang menenangkan, bahkan menguatkan posisi Indonesia di mata dunia.

Masyarakat tentu ingin agar setiap kebijakan yang lahir bukan semata memenuhi tuntutan pasar, tetapi juga menyentuh kehidupan nyata rakyat kecil.

Angka pertumbuhan ekonomi tidak ada artinya jika tidak dirasakan oleh mereka yang berjuang di jalanan mengais rezeki, di pasar-pasar tradisional, oleh buruh yang bekerja keras setiap hari, dan oleh petani yang menantikan harga panen yang lebih adil.

Di sinilah ujian sesungguhnya bagi Menkeu baru !
Yaitu menjaga keseimbangan antara kepentingan pasar dan kesejahteraan rakyat.

Peralihan ini, dengan segala ketegangan dan harapan yang menyertainya, hendaknya tidak dilihat sebagai ancaman bagi keberlangsungan ekonomi negara, tetapi sebagai panggilan tanggung jawab. Sebab, pada akhirnya, kebijakan fiskal bukan hanya sekadar soal angka-angka, melainkan tentang masa depan bangsa dan martabat rakyat Indonesia.

Kemudian bagi Purbaya, menjadi Menteri Keuangan berarti keharusan memikul amanah yang sangat berat. Setiap keputusan yang diambil tidak hanya berdampak pada neraca negara, tetapi juga pada kehidupan sehari-hari jutaan rakyat Indonesia.

Kebijakan fiskal yang tepat akan menjaga harga kebutuhan pokok tetap terjangkau, memberi peluang usaha bagi pelaku UMKM, serta membuka ruang kerja baru bagi anak-anak muda yang sedang berjuang mencari masa depan. Sebaliknya, kebijakan yang salah arah dapat menimbulkan gejolak, melemahkan daya beli masyarakat, bahkan memperlebar kesenjangan sosial.

Di sinilah pentingnya kepemimpinan yang berani sekaligus bijaksana. Keberanian untuk menegakkan disiplin fiskal meski penuh tekanan, dan kebijaksanaan untuk tetap berpihak pada rakyat kecil yang paling rentan. Masyarakat tentu tidak ingin melihat APBN sekadar menjadi alat untuk menenangkan pasar, melainkan harus menjadi instrumen yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan.

Harapan rakyat sesungguhnya sederhana' stabilitas ekonomi yang terjaga, harga yang tidak melonjak, kesempatan kerja yang terbuka, dan keadilan sosial yang dirasakan. Semua ini hanya dapat dicapai jika Menkeu baru mampu menjaga kesinambungan kebijakan, sekaligus menghadirkan inovasi agar kebijakan fiskal tidak berjalan di tempat.

Perlu diingat, kepercayaan pasar memang penting, tetapi kepercayaan rakyat jauh lebih utama. Pasar akan merespons dengan angka-angka, namun rakyat merespons dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Jika harga beras stabil, jika biaya pendidikan terjangkau, jika pelayanan kesehatan membaik, maka itulah ukuran sesungguhnya dari keberhasilan sebuah kebijakan fiskal.

Oleh karena itu, momentum pergantian ini harus dimaknai bukan sekadar sebagai transisi pejabat, melainkan sebagai kesempatan memperkuat fondasi ekonomi yang lebih adil dan inklusif.

Jika Menkeu baru mampu menjawab tantangan ini dengan keberanian, kejujuran, dan komitmen yang tulus, maka sejarah akan mencatat bahwa transisi ini bukan hanya menjaga kepercayaan pasar, tetapi juga mengembalikan harapan rakyat.

Salam damai penuh hormat dari saya 🙏
(Arman Budiyono)

Imbas postingan saya ini, Bpk. Presiden Prabowo Subianto copot Menteri Keuangan Sri Mulyani dari Kabinet.
08/09/2025

Imbas postingan saya ini, Bpk. Presiden Prabowo Subianto copot Menteri Keuangan Sri Mulyani dari Kabinet.

"Ketika Dosen dan Guru dianggap Beban Keuangan Negara."

Oleh : Arman Budiyono

Beredar luas sebuah video yang menampilkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut profesi dosen dan guru sebagai tantangan, bahkan beban bagi keuangan negara.

Potongan kalimat itu langsung menyebar luas, memicu kegelisahan publik sekaligus kemarahan. Bagaimana mungkin sosok-sosok yang berdiri paling depan dalam mencetak masa depan bangsa justru dianggap sebagai beban?

Mari kita berpikir sejenak. Tanpa guru, siapa yang mengajari kita membaca huruf pertama? Tanpa dosen, siapa yang membekali anak bangsa dengan ilmu untuk menjadi dokter, insinyur, pengacara, peneliti, dan bahkan pejabat negara?

Ironisnya, ketika gaji mereka yang kecil dipertanyakan, justru muncul keraguan dari pemerintah : Apakah negara harus menanggung semuanya, atau masyarakat bisa ikut membantu?

Pertanyaan ini seakan sederhana, tapi sesungguhnya menohok hati nurani. Bukankah pendidikan adalah amanat konstitusi? Bukankah negara ini berdiri dengan janji luhur mencerdaskan kehidupan bangsa?
Jika negara masih gamang untuk menanggung gaji guru dan dosen, lalu apa arti kehadiran negara itu sendiri?

Mengapa saat bicara proyek infrastruktur bernilai ratusan triliun, negara tidak pernah menyebutnya beban, melainkan “investasi jangka panjang”?

Mengapa ketika dana besar digelontorkan untuk menyelamatkan BUMN bermasalah, suaranya lantang: “demi kepentingan bangsa”?

Akan tetapi begitu menyangkut guru dan dosen, justru lahir istilah “beban anggaran”? Seolah-olah membangun jalan lebih penting daripada membangun otak manusia. Padahal jalan bisa rusak dalam hitungan tahun, tapi manusia cerdas yang lahir dari pendidikan akan membangun bangsa ini selama puluhan tahun ke depan.

Mari tengok kehidupan nyata para guru di pelosok negeri. Ada yang masih digaji hanya ratusan ribu per bulan. Ada yang terpaksa merangkap pekerjaan, dari berjualan online hingga menjadi ojek, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Mereka mengajar dengan sepenuh hati, tapi hidup dalam kesulitan.

Lalu ketika mereka menuntut gaji layak, negara malah bertanya : Apakah semuanya harus ditanggung negara? Pertanyaan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga merendahkan martabat para pendidik.

Pendidikan tidak bisa digantungkan pada belas kasihan masyarakat. Pendidikan bukan amal jariyah yang bergantung pada kebaikan hati segelintir orang kaya. Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, dan itu berarti negara wajib menjamin keberlangsungannya. Membayar gaji guru dan dosen bukan kemurahan hati negara, melainkan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar.

Guru dan dosen bukan beban. Mereka adalah investasi terbesar. Tanpa mereka, bangsa ini hanya akan menjadi kumpulan manusia yang bisa membaca, tapi tidak memahami. Bisa bekerja, tapi tidak berdaya saing. Bisa berteriak merdeka, tapi masih terjajah dalam kebodohan.

Jika negara masih meragukan tanggung jawabnya terhadap guru dan dosen, maka sesungguhnya yang dipertaruhkan bukan sekadar kesejahteraan profesi pendidik, melainkan masa depan bangsa itu sendiri. Tanpa guru yang dihargai, jangan pernah bermimpi lahir generasi emas 2045. Tanpa dosen yang sejahtera, jangan pernah bicara tentang Indonesia maju.

Maka, jika hari ini guru dan dosen masih dipandang sebagai beban, sesungguhnya yang sedang dipikul bangsa ini bukanlah beban keuangan, melainkan beban moral! Betapa rendahnya penghargaan kita terhadap mereka yang telah membentuk peradaban.

Kita sering berteriak tentang mimpi besar Indonesia Emas 2045, tentang bonus demografi, tentang menjadi negara maju. Namun, semua itu hanya akan menjadi mimpi kosong jika guru dan dosen tidak pernah benar-benar dimuliakan.

Bangsa ini tidak akan runtuh karena jalan berlubang atau gedung megah yang roboh. Bangsa ini akan runtuh ketika guru dan dosen kehilangan semangatnya, ketika mereka dipaksa mengajar dengan perut lapar, ketika mereka dibiarkan merasa tidak dihargai. Dan ketika itu terjadi, jangan salahkan siapa pun selain kita sendiri, karena kita rela membiarkan terang masa depan padam di tangan mereka yang mestinya menjaga nyalanya.

Guru dan dosen adalah pelita. Mereka bukan beban, mereka adalah nafas bangsa. Mengkhianati mereka berarti mengkhianati masa depan kita sendiri.

Ketika Presiden Menuntun Pola Pikir Para Menteri, Bukan Sekadar Memberi Perintah!Oleh : Arman Budiyono.(Tulisan ini dili...
01/09/2025

Ketika Presiden Menuntun Pola Pikir Para Menteri, Bukan Sekadar Memberi Perintah!

Oleh : Arman Budiyono.
(Tulisan ini dilindungi oleh Undang-undang hak cipta dilarang keras mengcopy paste tanpa izin penulis).

Seorang presiden bukan hanya pemimpin tertinggi dalam struktur pemerintahan, tetapi juga seharusnya menjadi seorang pendidik bagi para menterinya.

Seorang pemimpin yang baik bukan mereka yang sekadar memberikan instruksi dan daftar panjang tentang apa yang harus dipikirkan bawahannya, melainkan mereka yang mampu menanamkan cara berpikir yang benar, jernih, dan berlandaskan pada prinsip-prinsip kebijaksanaan.

Karena pada akhirnya, tantangan bangsa tidak bisa dihadapi dengan pikiran yang sempit dan kaku, melainkan dengan cara berpikir yang luas, kritis, dan kreatif.

Apabila seorang presiden hanya mengajarkan apa yang harus dipikirkan, maka para menteri akan cenderung terjebak pada pola pikir yang seragam, bahkan mungkin kehilangan keberanian untuk berinovasi.

Padahal, dalam dinamika pemerintahan, setiap kementerian memiliki tantangan dan persoalan yang berbeda. Jika semua berpikir dengan cara yang sama, maka solusi yang lahir pun akan terbatas. Bangsa ini justru membutuhkan keragaman sudut pandang, gagasan segar, serta kemampuan untuk melihat persoalan dari berbagai sisi.

Sebaliknya, jika presiden mengajarkan bagaimana cara berpikir, maka para menteri akan memiliki kemampuan untuk menimbang masalah secara objektif, menyaring informasi dengan bijak, serta menemukan jalan keluar yang efektif dan berkelanjutan.

Mereka tidak hanya menjadi pelaksana instruksi, tetapi juga menjadi pengambil keputusan yang mandiri, visioner, dan bertanggung jawab. Dengan begitu, pemerintahan akan lebih kokoh, karena setiap keputusan yang diambil lahir dari proses berpikir yang matang, bukan sekadar mengikuti perintah.

Kepemimpinan seperti ini juga menciptakan ruang dialog yang sehat. Presiden bukan lagi satu-satunya sumber kebenaran, melainkan fasilitator yang membuka jalan bagi menteri-menterinya untuk mengasah nalar, menggali ide, dan berkontribusi nyata. Di sinilah letak seni memimpin, bukan memonopoli kebenaran, melainkan melahirkan para pemimpin baru yang kelak juga mampu berdiri tegak dengan pemikirannya sendiri.

Dengan demikian, mengajarkan bagaimana berpikir jauh lebih berharga daripada sekadar mengajarkan apa yang harus dipikirkan. Karena pada akhirnya, bangsa yang besar bukan dibangun oleh satu pikiran saja, melainkan oleh kolaborasi banyak pikiran yang jernih, kritis, dan penuh kebijaksanaan.

Mengajarkan bagaimana cara berpikir sebenarnya adalah investasi kepemimpinan yang paling mulia.
Sebab, ketika seorang menteri atau pejabat tinggi negara terbiasa berpikir secara benar, logis, dan adil, maka ia tidak hanya akan bekerja sesuai arahan, tetapi juga mampu menemukan solusi yang mungkin bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh presiden. Dengan kata lain, presiden telah melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang mandiri, bukan sekadar pengikut yang menunggu instruksi.

Di era yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, kemampuan berpikir jauh lebih penting daripada hanya sekadar hafalan. Dunia berubah begitu cepat, masalah yang muncul hari ini bisa sangat berbeda sekali dengan yang terjadi esok hari.

Maka, jika seorang menteri hanya terbiasa menunggu arahan tentang “apa yang harus dipikirkan”, ia akan gagap ketika dihadapkan pada situasi baru yang tidak ada dalam buku catatan yang biasa dia tulis.

Namun, bila ia dibiasakan untuk memahami bagaimana berpikir, ia akan siap menghadapi berbagai perubahan, karena ia memiliki bekal pola pikir yang fleksibel, kritis, dan berorientasi pada solusi.

Di sinilah pentingnya peran presiden sebagai role model. Presiden tidak cukup hanya memberi arahan teknis, tetapi juga menunjukkan teladan dalam cara berpikir' bagaimana bersikap tenang menghadapi krisis, bagaimana menimbang berbagai masukan sebelum mengambil keputusan, dan bagaimana memandang persoalan dengan keadilan serta keberpihakan kepada rakyat. Dengan teladan seperti itu, para menteri tidak hanya belajar dari kata-kata, tetapi juga dari perilaku kepemimpinan yang nyata.

Lebih dari itu, mengajarkan cara berpikir juga akan melahirkan budaya diskusi yang sehat di dalam kabinet. Menteri-menteri akan merasa memiliki ruang untuk mengemukakan pendapat, mengkritisi kebijakan, bahkan menawarkan gagasan yang lebih baik tanpa merasa takut.

Inilah yang membedakan pemerintahan yang kuat dengan pemerintahan yang rapuh.
Pemerintahan yang kuat berdiri di atas pikiran-pikiran yang sehat, berani, dan jernih.
Sedangkan pemerintahan yang rapuh hanya berdiri di atas perintah yang tak boleh dibantah.

Maka, jika seorang presiden ingin mewariskan sesuatu yang abadi, warisan itu bukanlah sekadar program kerja atau kebijakan yang mungkin akan berubah seiring pergantian rezim.

Warisan terbesar seorang presiden adalah pola pikir yang ia tanamkan kepada para menteri, pejabat, dan generasi penerus bangsa.

Karena dari pola pikir itulah lahir kebijakan-kebijakan yang berkeadilan, pembangunan yang berkelanjutan, serta keputusan-keputusan yang benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat.

Address

Jalan Pendidikan Cilebut Alfamidi Super
Bogor
16710

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Arman Budiyono posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Arman Budiyono:

Share