Arman Budiyono

Arman Budiyono Tahun 2016 Ditinggal mati oleh Istri Terakhir Felisha. Menduda 9 Tahun.

Pribadi yg simpel, sederhana, dan apa adanya.
15 Agustus 90
Duda anak 1 perempuan
Ayah dari Rachel Fitria (Usia 14 Tahun)
2 x Menikah:
Cerai hidup tahun 2014 dengan Mamahnya Rachel.

"Shadow Economy Bukan di Pasar Tradisional atau di pinggiran jalanan, Tapi di Istana dan Meja Kolega Presiden.”Oleh : Ar...
20/08/2025

"Shadow Economy Bukan di Pasar Tradisional atau di pinggiran jalanan, Tapi di Istana dan Meja Kolega Presiden.”

Oleh : Arman Budiyono.

Rencana pemerintah untuk mengejar pajak dari aktivitas shadow economy pada 2026 terdengar gagah di atas kertas, tetapi getir di telinga rakyat kecil.

Lagi-lagi, yang dibidik adalah sektor-sektor yang menjadi urat nadi hidup orang kecil, warung eceran, pedagang makanan, penjual emas skala kecil, hingga nelayan tradisional. Mereka yang setiap hari berjuang dari pagi buta hingga malam, hanya untuk membawa pulang sekadar sesuap nasi, kini dicap sebagai bagian dari shadow economy yang harus ditertibkan dan dipajaki.

Apakah warung sederhana di pinggir jalan benar-benar musuh negara? Apakah nelayan yang melaut dengan perahu reyot menjadi penyebab bocornya kas negara? Apakah pedagang kecil yang berjualan gorengan di depan rumah adalah biang kerok defisit APBN? Apakah pedagang starling yang berjualan kopi dan minuman, pedagang siomay dan batagor, dan pedagang kecil lainnya harus diperas keringatnya dengan pajak?

Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya membuat kita marah. Karena kenyataannya, rakyat kecil justru diperlakukan seakan-akan mereka adalah pencuri uang negara, sementara pencuri sesungguhnya justru duduk manis di kursi empuk kekuasaan.

Lihatlah kenyataan yang jauh lebih pahit. Setiap tahun, triliunan rupiah raib akibat korupsi. Setiap tahun, para konglomerat dengan mudah menyembunyikan hartanya di luar negeri. Setiap tahun, pengusaha besar bermain dengan celah hukum untuk menghindari pajak.

Namun, mengapa yang dikejar justru rakyat kecil? Mengapa yang dituding sebagai “ekonomi bayangan” adalah orang-orang yang berjualan seadanya di pasar tradisional, di pinggiran jalanan, dan di tempat-tempat kumuh, bukan para raksasa yang menguasai pasar dengan kekuatan modalnya?

Inilah wajah ketidakadilan itu. Tajam ke bawah, tumpul ke atas. Negara begitu garang kepada yang lemah, tetapi jinak terhadap yang kuat. Rakyat kecil dipaksa tunduk, sementara yang besar dibiarkan berkelit. Kebijakan ini, jika benar-benar dijalankan tanpa hati nurani, hanyalah bentuk lain dari pemerasan yang dilegalkan.

Pajak seharusnya menjadi instrumen keadilan sosial. Tetapi jika yang dikejar adalah rakyat kecil yang bahkan tidak mengerti bagaimana cara mengisi formulir pajak, sementara para pengemplang kakap tetap bebas, maka pajak telah berubah menjadi cambuk yang mencambuk rakyat miskin dan menjadi selimut hangat bagi para elit.

Bangsa ini tidak akan runtuh karena warteg atau warung kopi kecil yang tidak tercatat dalam sistem. Bangsa ini justru runtuh karena kerakusan penguasa, karena pengemplang pajak besar yang dibiarkan merajalela, karena korupsi yang mengalir deras tanpa pernah berhenti. Jika pemerintah sungguh-sungguh ingin mengejar pajak, kejarlah mereka yang bersembunyi di balik istana kaca, bukan mereka yang berjualan di emperan jalan.

Rakyat kecil sudah membayar dengan keringat, darah, dan air mata. Jangan lagi dituding sebagai beban. Karena sesungguhnya, yang benar-benar membebani bangsa ini bukanlah pedagang kecil atau nelayan miskin, melainkan para penguasa rakus dan elit ekonomi yang dengan tenang menguras kekayaan negeri ini.

“Warung kecil, tukang siomay batagor, dan pedagang starling bukan musuh negara. Nelayan miskin bukan biang kerok defisit APBN.
Kalau mau adil, kejarlah konglomerat dan koruptor!
Karena merekalah shadow economy yang sesungguhnya.”

"Ketika Dosen dan Guru dianggap Beban Keuangan Negara."Oleh : Arman Budiyono Beredar luas sebuah video yang menampilkan ...
19/08/2025

"Ketika Dosen dan Guru dianggap Beban Keuangan Negara."

Oleh : Arman Budiyono

Beredar luas sebuah video yang menampilkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut profesi dosen dan guru sebagai tantangan, bahkan beban bagi keuangan negara.

Potongan kalimat itu langsung menyebar luas, memicu kegelisahan publik sekaligus kemarahan. Bagaimana mungkin sosok-sosok yang berdiri paling depan dalam mencetak masa depan bangsa justru dianggap sebagai beban?

Mari kita berpikir sejenak. Tanpa guru, siapa yang mengajari kita membaca huruf pertama? Tanpa dosen, siapa yang membekali anak bangsa dengan ilmu untuk menjadi dokter, insinyur, pengacara, peneliti, dan bahkan pejabat negara?

Ironisnya, ketika gaji mereka yang kecil dipertanyakan, justru muncul keraguan dari pemerintah : Apakah negara harus menanggung semuanya, atau masyarakat bisa ikut membantu?

Pertanyaan ini seakan sederhana, tapi sesungguhnya menohok hati nurani. Bukankah pendidikan adalah amanat konstitusi? Bukankah negara ini berdiri dengan janji luhur mencerdaskan kehidupan bangsa?
Jika negara masih gamang untuk menanggung gaji guru dan dosen, lalu apa arti kehadiran negara itu sendiri?

Mengapa saat bicara proyek infrastruktur bernilai ratusan triliun, negara tidak pernah menyebutnya beban, melainkan “investasi jangka panjang”?

Mengapa ketika dana besar digelontorkan untuk menyelamatkan BUMN bermasalah, suaranya lantang: “demi kepentingan bangsa”?

Akan tetapi begitu menyangkut guru dan dosen, justru lahir istilah “beban anggaran”? Seolah-olah membangun jalan lebih penting daripada membangun otak manusia. Padahal jalan bisa rusak dalam hitungan tahun, tapi manusia cerdas yang lahir dari pendidikan akan membangun bangsa ini selama puluhan tahun ke depan.

Mari tengok kehidupan nyata para guru di pelosok negeri. Ada yang masih digaji hanya ratusan ribu per bulan. Ada yang terpaksa merangkap pekerjaan, dari berjualan online hingga menjadi ojek, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Mereka mengajar dengan sepenuh hati, tapi hidup dalam kesulitan.

Lalu ketika mereka menuntut gaji layak, negara malah bertanya : Apakah semuanya harus ditanggung negara? Pertanyaan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga merendahkan martabat para pendidik.

Pendidikan tidak bisa digantungkan pada belas kasihan masyarakat. Pendidikan bukan amal jariyah yang bergantung pada kebaikan hati segelintir orang kaya. Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, dan itu berarti negara wajib menjamin keberlangsungannya. Membayar gaji guru dan dosen bukan kemurahan hati negara, melainkan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar.

Guru dan dosen bukan beban. Mereka adalah investasi terbesar. Tanpa mereka, bangsa ini hanya akan menjadi kumpulan manusia yang bisa membaca, tapi tidak memahami. Bisa bekerja, tapi tidak berdaya saing. Bisa berteriak merdeka, tapi masih terjajah dalam kebodohan.

Jika negara masih meragukan tanggung jawabnya terhadap guru dan dosen, maka sesungguhnya yang dipertaruhkan bukan sekadar kesejahteraan profesi pendidik, melainkan masa depan bangsa itu sendiri. Tanpa guru yang dihargai, jangan pernah bermimpi lahir generasi emas 2045. Tanpa dosen yang sejahtera, jangan pernah bicara tentang Indonesia maju.

Maka, jika hari ini guru dan dosen masih dipandang sebagai beban, sesungguhnya yang sedang dipikul bangsa ini bukanlah beban keuangan, melainkan beban moral! Betapa rendahnya penghargaan kita terhadap mereka yang telah membentuk peradaban.

Kita sering berteriak tentang mimpi besar Indonesia Emas 2045, tentang bonus demografi, tentang menjadi negara maju. Namun, semua itu hanya akan menjadi mimpi kosong jika guru dan dosen tidak pernah benar-benar dimuliakan.

Bangsa ini tidak akan runtuh karena jalan berlubang atau gedung megah yang roboh. Bangsa ini akan runtuh ketika guru dan dosen kehilangan semangatnya, ketika mereka dipaksa mengajar dengan perut lapar, ketika mereka dibiarkan merasa tidak dihargai. Dan ketika itu terjadi, jangan salahkan siapa pun selain kita sendiri, karena kita rela membiarkan terang masa depan padam di tangan mereka yang mestinya menjaga nyalanya.

Guru dan dosen adalah pelita. Mereka bukan beban, mereka adalah nafas bangsa. Mengkhianati mereka berarti mengkhianati masa depan kita sendiri.

Hari ini saya bersyukur sekali. Berterima kasih banyak kepada Lalamove!! Tanpa terasa, saya sudah menyelesaikan 3.000 pe...
19/08/2025

Hari ini saya bersyukur sekali.
Berterima kasih banyak kepada Lalamove!!
Tanpa terasa, saya sudah menyelesaikan 3.000 pesanan. Luar biasa !!!!

Bagi sebagian orang mungkin angka ini kecil, tapi bagi saya ini adalah bukti dari perjalanan panjang yang penuh keringat, lelah, panas, hujan, dan kadang rasa ingin menyerah.

Saya ingin berterima kasih kepada semua pengguna yang pernah memberi saya kepercayaan. Setiap order, setiap ucapan terima kasih, setiap bintang lima ⭐⭐⭐⭐⭐, ini semua bukan hal sepele. Ini adalah semangat bagi saya untuk terus bertahan dan bekerja lebih baik lagi.

Perjalanan ini tidak selalu mudah. Ada hari-hari di mana saya pulang dengan tubuh letih, seluruh badan terasa sakit, ada saat-saat diguyur hujan deras seharian, dan ada juga momen ketika hati terasa berat. Tapi semua itu terbayar dengan doa keluarga di rumah, terutama doa kedua orang tua saya yang tinggal bersama saya. Serta senyuman orang-orang yang saya layani.

3.000 pesanan ini bukan hanya soal angka.
Ini adalah cerita, perjuangan, dan bukti bahwa kerja keras tidak pernah sia-sia. Terima kasih Tuhanku Allah SWT. Terima kasih Ayah dan Ibu. Terima kasih semua orang yang pernah mendukung dan mempercayai saya.

Saya bangga bisa melayani kalian. Semoga perjalanan ini terus berlanjut ke depan, menuju ribuan pesanan berikutnya.

“Ketika keadilan Dijual Murah, Dan Hukum Diperkosa Kekuasaan”Oleh : Arman Budiyono.Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo ke...
18/08/2025

“Ketika keadilan Dijual Murah, Dan Hukum Diperkosa Kekuasaan”

Oleh : Arman Budiyono.

Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo kemarin saat berulang kali menegaskan komitmen mengenai pemberantasan korupsi, justru terasa bertolak belakang dengan kenyataan pahit di lapangan.

Hingga hari ini, koruptor masih bercokol di jantung kekuasaan, menguasai negara, memanfaatkan jabatan, dan menindas rakyat kecil yang semakin terpinggirkan.

Kebijakan-kebijakan yang lahir lebih sering berpihak pada kepentingan segelintir elite politik dibandingkan kepentingan rakyat banyak. Penegakan hukum pun seolah dipertaruhkan, bukan untuk menegakkan keadilan, melainkan demi melanggengkan kepentingan kekuasaan.

Bagaimana mungkin kita bicara tentang integritas hukum, jika pemberian amnesti dan abolisi dilakukan bahkan sebelum proses hukum inkracht, yang pada akhirnya menimbulkan kesan bahwa hukum bisa dinegosiasikan dan dipermainkan?

Fakta di persidangan pun menyakitkan: vonis rata-rata koruptor selama sembilan tahun terakhir hanya 3 tahun 7 bulan, sebuah penghinaan terhadap akal sehat, terlebih ketika dari 2015 hingga 2023, sebanyak 682 terdakwa justru divonis bebas atau lepas, dengan kerugian negara mencapai Rp92 triliun yang tidak pernah kembali.

Lebih ironis lagi, mandeknya pembahasan RUU Perampasan Aset menjadi sinyal kuat bahwa negara ini belum benar-benar berpihak pada rakyat, melainkan justru melindungi para pencuri uang negara.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka jargon “pemberantasan korupsi” tak lebih dari sekadar ilusi untuk menipu rakyat. Kemerdekaan sejati bukanlah ketika kita hanya merdeka secara simbolik, melainkan ketika rakyat berani berpikir, bersuara, dan melawan segala bentuk penindasan, termasuk penindasan yang dilakukan oleh sistem hukum dan politik yang kotor.

Dan inilah kenyataan pahit yang harus kita hadapi: negeri ini semakin hari kian dikuasai para maling berseragam kekuasaan. Mereka merampok uang rakyat dengan senyum di depan kamera, menari-nari dan berjoget lalu bersembunyi di balik jubah politik yang dilumuri dosa.

Mereka berkoar lantang soal integritas, tapi diam-diam menyusun strategi untuk menyelamatkan kroni. Mereka menjanjikan keadilan, tetapi justru menjual hukum kepada siapa pun yang mampu membeli.

Rakyat kecil yang hanya ingin hidup layak, dipaksa membayar harga paling mahal dari kejahatan para koruptor. Kemiskinan yang tak berujung, pendidikan yang terhambat, layanan kesehatan yang jauh dari harapan, hingga masa depan anak-anak bangsa yang dirampas begitu saja. Sementara itu, para koruptor menikmati hidup nyaman, divonis ringan, bahkan ada yang bebas tertawa setelah merampok miliaran hingga triliunan rupiah uang negara.

Apakah ini yang disebut keadilan? Apakah ini arti kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun dengan gegap gempita? Jika hukum bisa diperkosa kekuasaan, jika keadilan bisa ditukar dengan uang, maka sesungguhnya rakyat sedang dipermainkan dan dihina di negeri sendiri.

Jangan lagi kita diam. Jangan lagi kita tertipu dengan janji manis mereka dan pidato penuh sandiwara.

Karena korupsi bukan sekadar kejahatan luar biasa, tetapi pengkhianatan paling busuk terhadap bangsa ini. Jika negara gagal menegakkan hukum, maka rakyatlah yang harus berdiri tegak melawan.

Kemerdekaan sejati tidak lahir dari upacara dan simbol-simbol kosong, melainkan dari keberanian rakyat untuk berkata “cukup sudah!” kepada para perampok berseragam jabatan.

Selama rakyat masih bisa diperas, selama hukum masih bisa dijual, maka kemerdekaan itu hanyalah topeng, dan negeri ini sesungguhnya masih terjajah, bukan oleh bangsa asing, melainkan oleh para pengkhianat bangsa sendiri.

Belakangan ini saya mendengar informasi bahwa banyak wanita menolak dan menghina saya karena ada yang mengatakan bahwa s...
17/08/2025

Belakangan ini saya mendengar informasi bahwa banyak wanita menolak dan menghina saya karena ada yang mengatakan bahwa saya sering menyiksa istri saya. Istri siapa yang disiksa???
Saya sudah menduda 9 tahun lamanya.
Bahkan ada yang mengira saya ini orang lain bernama Karyanto. Karena itu saya merasa perlu meluruskan agar tidak ada fitnah yang berkembang.
***Foto Karyanto terlampir pada postingan***

Saya memang pernah menikah dua kali.

Yang pertama, pernikahan saya berakhir pada tahun 2014. Bukan karena saya menyakiti, tapi karena istri saya sendiri yang berkhianat. Saya mendapat kabar dan kesaksian bahwa dia berzina dengan laki-laki lain. Akhirnya, dengan berat hati, saya menjatuhkan talak 3. Dari pernikahan itu, saya dikaruniai anak, bernama Rachel Fitria.

Yang kedua, saya menikah lagi di akhir 2014 dengan Felisha. Dia adalah istri yang baik, tidak pernah ada masalah di antara kami. Tapi pada tahun 2016, Felisha meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Sejak saat itu saya menduda sampai sekarang, sudah 9 tahun lamanya.

Dan saya belum pernah menikah lagi dengan siapapun.

Jadi kalau ada yang bilang saya pernah menyiksa istri, itu jelas tidak benar. ISTRI siapa yang disiksa ???

Saya bukan Karyanto, dan saya tidak pernah melakukan perbuatan keji itu.

Saya menulis ini supaya orang tahu cerita yang sebenarnya. Bukan untuk mencari belas kasihan, tapi agar nama saya tidak lagi dibawa-bawa dalam fitnah dengan orang yang bernama Karyanto.

Kunjungi feed saya di Sekuritas XC Ajaib'.Dapatkan analisa gratis ekslusif dari saya.Juga bisa bertanya mengenai saham-s...
17/08/2025

Kunjungi feed saya di Sekuritas XC Ajaib'.

Dapatkan analisa gratis ekslusif dari saya.
Juga bisa bertanya mengenai saham-saham yang kamu pegang, untuk analisa dan prediksi gratis dari saya !!!!

Ketik di pencarian Ajaib :
ArmanBudiyono90

Terima kasih Ya Allah Ini sebagai hadiah ulang tahun saya tanggal 15 Agustus kemarin 🤲
17/08/2025

Terima kasih Ya Allah
Ini sebagai hadiah ulang tahun saya tanggal 15 Agustus kemarin 🤲

17/08/2025

“Ya Allah, Engkau Maha Adil, Engkau Maha Membalas, Engkau Maha Melihat apa yang tersembunyi di hati manusia.

Engkau melihat bagaimana aku dipermalukan, Engkau mendengar setiap hinaan yang dilemparkan kepadaku, Engkau tahu bagaimana wajahku dijadikan bahan hinaan, dan bagaimana mereka memalingkan muka dariku seolah aku bukan manusia.

Ya Allah, jangan biarkan mereka hidup dengan tenang setelah menanamkan luka di hati ini.
Jangan biarkan lidah yang menghina itu kembali tersenyum dengan mudah. Biarlah setiap tawa mereka berubah menjadi tangisan yang panjang, setiap malam mereka dipenuhi mimpi buruk yang membuat mereka terbangun dalam ketakutan.

Ya Allah, sebagaimana mereka menutup pintu jodoh untukku, tutuplah juga pintu rezeki mereka, pintu kesehatan, dan pintu keberuntungan dari hidup mereka. Jadikan langkah mereka tersandung, usaha mereka gagal, dan bangkrutkanlah harta mereka.

Ya Allah, jika mereka merendahkan aku dengan panggilan yang menyakitkan, panggilan yang tidak semestinya, rendahkanlah derajat mereka di hadapan manusia. Jadikan mereka hina di tengah keramaian, tidak dipandang, tidak dihormati, tidak disayangi, bahkan oleh orang yang mereka cintai.

Dan jika Engkau izinkan, ya Allah, binasakanlah mereka sebelum sempat mereka menua. Cabutlah nyawa mereka di saat mereka masih mencintai dunia, agar mereka menyesali keangkuhan dan penghinaan yang pernah mereka lemparkan kepadaku.

Ya Allah, aku tidak mampu membalas dengan tanganku, tapi Engkau memiliki cara balas dendam yang paling sempurna. Aku serahkan mereka pada kemurkaan-Mu, pada azab-Mu, pada kehendak-Mu yang tak bisa ditolak siapa pun.

Biarlah aku hidup sendiri, menua sendiri, mati sendiri asal orang-orang yang menghina ini tidak pernah merasakan kebahagiaan sejati sampai mereka menghadap-Mu.

Aamiin Ya Allah Yaa Mujibas saailiin 🤲

16/08/2025

Setiap kali saya bercengkrama dengan orang tua membahas obrolan kecil, orang tua saya selalu bertanya, “Kamu kumpulin uang buat nikah nanti?” hati saya terasa berat dan sedih sekali dalam hati ini.

Mereka tidak tahu kenyataannya di luar sana.
Mereka tidak tahu bahwa saya sering dihina oleh perempuan, direndahkan, bahkan dipalingkan muka daripada wajah saya ini. Mereka tidak tahu bahwa saya berkali-kali ditolak, berkali-kali diabaikan.

Saya tidak pernah berani berkata jujur kepada orang tua saya. Karena kalau saya jujur, khawatir mereka ikut terbawa suasana kenyataan pahit saya ini.
Maka saya selalu jawab dengan kalimat sederhana: “Uang yang saya kumpulkan ini bukan untuk menikah, tapi untuk pensiun dari Ojol di umur 45 tahun nanti.”

Orang tua saya lalu menimpali, “Memangnya nanti kalau kamu tua, siapa yang ngurusin kamu?” Pertanyaan itu membuat saya terdiam. Karena jujur, saya sendiri pun tidak tahu. Mungkin tidak ada yang mau. Mungkin memang tidak akan ada.

Tapi saya pikir, daripada terus berharap pada sesuatu yang selalu membuat saya dihina dan kecewa, lebih baik saya mempersiapkan hidup saya sendiri. Kalau memang takdirnya saya tua tanpa pasangan, setidaknya saya tidak merepotkan siapa-siapa. Kalau memang tidak ada yang mau mendampingi saya, setidaknya saya punya bekal untuk menjaga diri sampai akhir.

Saya tahu, orang tua ingin melihat saya bahagia dengan keluarga kecil saya sendiri. Tapi kebahagiaan itu kadang bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Bagi saya, kebahagiaan sejati adalah ketika saya bisa tetap berdiri tegak, meski tidak ada yang mau menggandeng saya.

Jadi, kalau suatu hari saya tua nanti dan sendiri, jangan anggap itu kegagalan. Anggaplah itu pilihan: pilihan untuk tetap menjaga harga diri saya, ketika dunia terlalu kejam untuk sekadar menerima kehadiran saya sebagai pendamping hidupnya.

16/08/2025

Dari mana saya tau bahwa perempuan betul-betul menghina saya dan tidak tertarik dengan saya ????

Begini penjelasannya ;

Saya ini seorang ojek online, yang setiap hari berinteraksi dengan banyak orang, berganti-ganti penumpang atau klien pengantaran barang dan sering kali harus berbicara dengan mereka.
Namun, ada sesuatu yang menurut saya agak janggal.

Ketika saya berbicara dengan laki-laki, mereka biasanya memanggil saya dengan sebutan “mas” sering banget saya dipanggil "mas" saya tau bahwa sebetulnya penampilan saya masih muda oleh karenanya dipanggil "mas". Tapi, ketika saya berbicara dengan perempuan, justru lebih sering saya dipanggil “bapak”. Padahal, sering kali situasinya sama - misalnya, dalam satu percakapan, laki-laki memanggil saya “mas”, sementara perempuan di saat yang sama memanggil saya “bapak”.
Bukankah ini aneh ?

Dari situ, saya merasa ada jarak yang sengaja dibuat oleh para wanita lewat pilihan kata itu. Dengan menyebut saya “bapak”, seakan-akan mereka ingin menjaga batas, membatasi percakapan hanya sebatas urusan perjalanan atau pekerjaan, dan menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak tertarik dengan saya, dan tidak ingin membuka ruang interaksi lebih jauh. Apalagi, sebutan “bapak” biasanya identik dengan sosok yang dianggap lebih tua atau berada di posisi yang tidak mungkin dibawa ke arah obrolan santai apalagi pendekatan.

Sehingga, saya merasa para wanita seperti menegaskan bahwa mereka tidak tertarik, dan ingin menjaga agar komunikasi tetap formal dan sekadarnya saja.

Jadi, sebetulnya dengan mereka sadari, panggilan itu memang sengaja diucapkan untuk sebuah penolakan halus, menyampaikan pesan tidak tertarik yang disamarkan dalam kata "Bapak".

Saya rasa anda yang baca postingan ini pasti mengerti perasaan sakit hati saya.
Ini bukan semata soal kata “bapak” atau “mas”, tapi tentang perasaan bahwa saya diposisikan berbeda oleh perempuan. Bagi laki-laki saya terlihat wajar sebagai lelaki muda dipanggil “mas”, tapi bagi perempuan saya dianggap harus dijauhkan dengan sebutan “bapak”.

16/08/2025

Ya Allah, Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Membalas, saksikanlah semua kezaliman mereka selama ini atas diriku.

9 tahun hamba dihina-hina oleh perempuan, membuat hamba tidak laku, tidak menarik dan tidak diminati sebagai pasangan hidup oleh kaum hawa
Karena kekejian mulut mereka membunuh nama baik hamba.

Ya Allah, jangan Engkau biarkan mereka hidup tenang walau sekejap mata. Jadikan setiap langkah mereka tersandung, setiap rezekinya terhalang, setiap tidurnya dihantui rasa takut, dan setiap detak jantungnya penuh kegelisahan.

Ya Allah, cabutlah kebahagiaan dari hati mereka, binasakanlah kehidupannya sedikit demi sedikit, hingga ia merasakan pedihnya azab-Mu di dunia sebelum azab yang jauh lebih pedih di akhirat.

Ya Allah, jadikan wajahnya hina, lisannya pahit, tangannya lumpuh dari kebaikan, dan lidahnya terkunci ketika hendak menjelang kematian.

Ya Allah, kirimkan bencana dan musibah di hadapannya, kehancuran di belakangnya, penyakit dalam tubuhnya, kebangkrutan pada hartanya, dan kehinaan pada keluarganya.

Ya Allah, jangan Kau matikan mereka kecuali dalam keadaan paling hina, paling nista, dan paling menderita, agar seluruh manusia tahu bahwa Engkau tak pernah membiarkan orang zalim lolos dari pembalasan-Mu.

Aamiin Yaa Jabbaar, Yaa Qahhaar, Yaa Dzul Jalaali wal Ikraam 🤲

SURAT TERBUKAKepada Yth.Bapak Presiden Republik IndonesiaBpk. Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subiantodi TempatDengan hormat...
15/08/2025

SURAT TERBUKA
Kepada Yth.
Bapak Presiden Republik Indonesia
Bpk. Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto
di Tempat

Dengan hormat,

Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan informasi bahwa pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak Presiden tengah menggenjot perbaikan layanan rumah sakit dalam negeri, salah satunya melalui percepatan digitalisasi sistem kesehatan nasional. Langkah strategis ini diharapkan dapat mengurangi tren medical tourism yang setiap tahunnya menggerus devisa negara hingga Rp180 triliun, akibat banyaknya warga Indonesia yang memilih berobat ke Malaysia, Singapura, dan negara lainnya.

Fenomena medical tourism bukan hanya persoalan finansial semata, namun juga menyangkut kepercayaan rakyat terhadap kualitas layanan kesehatan di tanah air. Banyak pasien memilih berobat ke luar negeri karena merasa layanan medis di dalam negeri belum merata, kurang terintegrasi, dan tidak selalu menghadirkan pengalaman pasien yang setara dengan standar global.

Sebagaimana Bapak Presiden ketahui, salah satu akar masalah ini adalah ketimpangan distribusi layanan kesehatan berkualitas serta minimnya integrasi digital antara rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan sistem nasional. Tanpa sistem yang terhubung, sulit bagi tenaga medis untuk mengakses data pasien secara cepat dan akurat, menghambat pengambilan keputusan, serta menurunkan efisiensi layanan.

Dalam konteks inilah, saya sebagai salah satu investor di PT Modern Internasional Tbk ($MDRN) dengan penuh hormat mengharapkan Bapak Presiden berkenan mempertimbangkan agar Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dapat menempatkan modalnya di $MDRN sebagai bagian dari percepatan transformasi digital kesehatan nasional.

Melalui anak usahanya, PT Modern Data Solusi, $MDRN telah menjalin kemitraan strategis dengan Asia-Pasific Intersystems, sebuah perusahaan teknologi kesehatan global yang berpengalaman menghadirkan solusi integrasi data dan sistem informasi rumah sakit di berbagai negara maju. Teknologi ini memungkinkan rekam medis pasien, data laboratorium, riwayat pengobatan, dan informasi klinis lainnya dapat diakses secara cepat, aman, dan terintegrasi antar fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

Proyek transformasi digital ini tidak hanya membutuhkan keahlian teknologi, tetapi juga dukungan pendanaan yang signifikan agar dapat segera menjangkau rumah sakit dan fasilitas kesehatan dari kota besar hingga pelosok negeri. Dukungan BPI Danantara sebagai investor strategis akan menjadi katalis penting untuk mempercepat adopsi teknologi ini, memperluas cakupan implementasi, dan memastikan manfaatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Saya meyakini bahwa langkah ini selaras dengan prioritas pemerintahan Bapak Presiden untuk memperkuat kedaulatan kesehatan nasional, mengurangi ketergantungan terhadap layanan medis luar negeri, dan memastikan bahwa rakyat Indonesia mendapatkan akses layanan kesehatan berkelas dunia di tanah air sendiri.

Investasi BPI Danantara di $MDRN tidak hanya berpotensi memberikan return finansial yang sehat bagi negara, tetapi juga akan meninggalkan legacy nasional: membantu Indonesia menjadi mandiri di bidang layanan kesehatan, mengurangi medical tourism, serta meningkatkan daya saing global sektor kesehatan kita.

Dengan dukungan kepemimpinan Bapak Presiden dan sinergi antara pemerintah, swasta, serta lembaga investasi negara, saya percaya bahwa mimpi besar ini dapat terwujud dalam waktu yang lebih singkat. Inilah saatnya Indonesia mengambil lompatan besar dalam teknologi kesehatan, demi masa depan yang lebih sehat, mandiri, dan berdaulat.

Demikian surat terbuka ini saya sampaikan dengan penuh hormat dan harapan tulus demi kemajuan bangsa.

Hormat saya,
(Arman Budiyono)
Investor PT Modern Internasional Tbk ($MDRN)

Address

Jalan Pendidikan Cilebut Alfamidi Super
Bogor
16710

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Arman Budiyono posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Arman Budiyono:

Share