Sajak Senja

Sajak Senja Jiwa yang terluka

29/11/2024

Kenapa harus begini pada akhirnya? Jika sejak awal kamu tidak pernah menginginkanku, harusnya jangan bersikap seolah kamu tidak ingin kehilanganku, Tuan.

25/03/2024

Istri Bocil Om Damian
Part 2

"Kenapa kamu bisa setuju nikah sama saya?" tanya Damian dengan sorot mata yang masih fokus menyetir. Saat ini ia dan Hyuna sedang dalam perjalanan untuk fitting baju pernikahan mereka.

Gadis dengan kuncir dua yang sedang memakan lolipop itu juga masih fokus memperhatikan jalan di depan mereka. "Emangnya Om nggak mau nikah sama aku?"

"Bukan begitu. Tante Natalia sama Om Pram sudah kasih tau kamu kan apa itu pernikahan?" tanya Damian yang diangguki Hyuna.

"Om tenang aja. Walau Mama dan Papa kasih taunya cuma sebagian, tapi aku tau banyak tentang pernikahan, loh," ujar Hyuna menatap Damian dengan ekspresi semringah. Bangga karena mengetahui seluk-beluk pernikahan.

Secara refleks pria itu menginjak pedal rem karena tidak fokus dengan lampu merah di depan sana. "Ka-- kamu tau banyak soal pernikahan?"

"Iya. Hebat kan aku," balas Hyuna sambil memainkan gagang lolipop di mulutnya.

"Apa yang kamu tau soal pernikahan memangnya?"

Gadis polos itu tampak berpikir. "Emm, aku tau kalau dua orang yang udah menikah itu harus tinggal bareng. Tugas istri itu nurut dan melayani suami dengan baik. Suami itu kerja, istri itu harus beresin semua kerjaan rumah. Tapi rumah Om kan besar, aku bakal susah beresinnya nanti."

"Kamu nggak usah memikirkan cara beresin rumah. Saya cukup kaya untuk sewa asisten rumah tangga," jelas Damian. Yang benar saja, dia tidak menikahi Hyuna hanya untuk menjadikan bocah itu sebagai pembantu.

"Tapi kata temenku yang udah nikah, beres-beres rumah, masak, cuci baju, urus suami itu tugasnya istri. Mama juga bilang begitu, biar dapat pahala. Nanti kalau semua itu dikerjain pembantu, malah pembantunya yang dapat pahala d**g." Hyuna mengerjap polos.

Sementara itu Damian hanya tersenyum tipis sambil kembali menginjak pedal gas karena lampu sudah berubah hijau. "Hyuna, dengarkan saya baik-baik."

Gadis itu mengangguk cepat.

"Membereskan rumah, cuci baju, cuci piring, bahkan memasak, sebenarnya itu tugas suami. Cuman karena istri itu nurut dan berbaik hati mau meringankan beban suami, kebanyakan dari mereka memang melakukan pekerjaan rumah."

Hyuna terdiam beberapa saat sambil memainkan lolipop dengan lidahnya di dalam mulut. "Tugas suami kan kerja. Kalau sambil beres-beres rumah juga, emangnya nggak capek?"

"Ya capek. Makanya saya bilang kalau kebanyakan istri yang mengerjakan pekerjaan rumah itu bermaksud untuk meringankan beban suaminya. Tapi semua itu tetap tugasnya suami, bukan kewajiban istri. Sampai sini kamu paham?"

Kali ini gadis itu mengangguk cepat. "Jadi kalau semisal aku kecapean urus rumah, nggak dosa kalau aku minta Om bantuin, kan?"

"Kamu nggak akan kecapean, karena saya akan sewa pembantu di rumah kita nanti," jelas Damian.

Hyuna hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan penuturan Damian. Ya, setidaknya hari ini dia tidak harus terbebani dengan pekerjaan rumah.

Sebenarnya Hyuna bukanlah tipe gadis pemalas. Tapi berhubung orangtuanya sudah memanjakan dan memperlakukannya bak ratu sejak kecil, jadilah dia tidak tahu urusan apapun tentang rumah dan dapur.

Tapi jika mau, Hyuna bisa belajar dengan baik. Hyuna itu gadis yang penurut dan patuh. Jika dinasehati, maka dia akan cepat mengerti.

Keduanya sudah memasuki area butik temannya Damian. Mereka kemudian disambut oleh Zia, sebagai owner sekaligus teman baik Damian. "Udah datang aja calon manten," sambut Zia.

Damian tersenyum sebagai balasan. "Konsep baju yang gue kirim udah sampai kan?"

Wanita cantik nan semampai itu tampak tersenyum hangat. "Udah d**g. Gue udah menyiapkan beberapa referensi yang sesuai sama konsep yang lo minta. Kalau masih nggak cocok, nanti lo bisa kasih tau aja biar gue bisa buatkan spesial buat manten gue yang udah tua ini."

"Sembarangan! Gue dewasa, bukannya tua."

"Iya deh," wanita itu kemudian melirik Hyuna yang nampak agak canggung dengan pembicaraan mereka.

"Oh, ini Hyuna, kan? Calon istrinya Damian?" tanya Zia pada Hyuna.

Dengan manis gadis itu tersenyum kemudian mengulurkan tangannya. "Iya, aku Hyuna, Kak."

Zia menatap Damian sekilas kemudian menjabat tangan Hyuna. "Aku Zia, temannya Damian. Kamu kok mau sih nikah sama Damian? Dia kan udah jadi bujang lapuk," candanya.

Hyuna menggaruk pelipisnya kikuk dengan pertanyaan Zia. Damian yang mengerti kalau Hyuna tidak nyaman pun segera menyambar pembicaraan. "Lo nggak usah hasut calon istri gue. Udah, sekarang tunjukkin aja bajunya. Masih ada rapat gue."

"Ya elah, nggak sabaran amat, sih. Jangan buru-buru, entar calon bini lo malah takut," balas Zia bercanda. "Vi, kamu tolong bawakan jas yang sudah saya siapkan kemarin ya," pinta Zia pada pegawainya.

Perempuan dengan blazer abu itu mengangguk. "Baik, Bu."

Sorot mata Zia kembali mengarah pada kedua tamu spesialnya. "Nah, kalian duduk dulu aja ya. Rileks aja."

Keduanya kemudian duduk di sofa yang sudah disediakan. Melihat sebuah buku di atas meja, Hyuna kemudian mengambilnya dan melihat banyak sekali referensi gaun cantik.

"Ini cuman jasnya doang yang dibawa? Gaunnya?" tanya Damian saat melihat pegawai Zia hanya membawa beberapa jas berwarna putih dan beberapa warna lainnya.

"Gaunnya panjang, ribet kalau dibawa. Lagian kalau nanti kotor, mau lo ganti?" tanya Zia.

"Menurut lo gue nggak sanggup ganti apa?" balas Damian dengan tatapan tajamnya yang membuat Zia menciut.

Wanita itu kemudian membeberkan jas-jas itu di sofa kosong. "Ini lo pilih-pilih aja dulu. Atau kalau mau try on satu-satu juga boleh."

"Nggak ada waktu buat try on, gue kan ada rapat hari ini."

"Ya udah pilih aja kalau gitu. Gue ke toilet bentar."

Damian tidak ahli dalam hal pilih memilih. Tatapan matanya kemudian mengarah pada gadis di sampingnya yang masih asyik mengamati beberapa gaun di buku yang ia pegang. "Na, kamu tolong bantu pilihin jas untuk pernikahan kita nanti ya."

Gadis itu mend**gak menatap Damian. "Emangnya Om nggak bisa pilih sendiri?"

Rasanya Damian ingin menghilang saat Hyuna memanggilnya dengan sebutan Om. Untungnya Zia baru saja pergi ke kamar mandi. Kalau wanita itu di sini, habis dia diejek nantinya.

"Na, kamu boleh nggak jangan panggil Om kalau di depan teman-teman saya?" tanya Damian hati-hati. Perasaan Hyuna itu selembut kapas. Salah bicara sedikit saja akan melukai perasaannya.

"Emangnya kenapa? Om nggak s**a ya?"

Damian menggeleng cepat, tidak ingin membuat Hyuna tersinggung atau malah menangis nantinya. "Bukan nggak s**a. Kamu masih boleh panggil Om atau apapun yang kamu mau. Tapi di depan teman-teman saya, jangan panggil begitu lagi ya."

Tadinya Damian pikir Hyuna akan menolak, tapi gadis itu justru mengangguk. "Jadi, aku harus panggil apa?"

"Panggil Mas aja gimana?"

Ada untungnya juga Damian menikahi bocah seperti Hyuna. Tentu saja karena gadis itu yang benar-benar penurut. Terbukti dari Hyuna yang kini mengangguk lagi. "Mas Damian," ujarnya sambil mencoba panggilan barunya untuk Damian.

Melihat sikap Hyuna yang menggemaskan itu membuat Damian tersenyum dan menepuk pucuk kepalanya pelan.

"Ekhem! Emang calon pengantin itu emang nggak boleh dibiarin berduaan ya. Ditinggal sebentar aja udah mesra-mesraan begini," sindir Zia yang baru kembali dari kamar mandi. Dia tidak tahu saja kalau sebenarnya Damian seperti seorang ayah yang membujuk putrinya sendiri.

"Jadi mau pilih yang mana, Dam?" tanya Zia lagi.

"Calon istri gue yang mau pilihin," jawab Damian cepat.

Hyuna pun sudah melihat satu persatu jas yang dijajarkan di sofa. Pipinya tampak mengembung lucu, dan kedua bola matanya bergerak ke sana kemari.

"Coba yang ini deh. Ini cocok buat Mas kayaknya," ujar Hyuna lancar. Ah, aktingnya memang sangat bagus. Damian patut memberikan empat jempol pada calon istri kecilnya ini.

Zia dan Damian mengikuti pilihan Hyuna. "Pilihan yang bagus! Aku nggak tau kalau selera kamu bagus banget, Na. Selain yang ini limited edition, juga bisa nguras kantongnya Damian."

"Sekalian lihat gaunnya juga, Zi. Yang mau nikah itu gue sama Hyuna, bukan cuma gue doang," tutur Damian yang masih khas dengan wajah datarnya.

"Aduh, iya. Nggak sabaran banget, sih," tatapan Zia kemudian mengarah pada Hyuna. "Hyuna, kamu ikut aku ya. Kita lihat beberapa gaun didalam sekalian coba juga."

"Gue nggak diajak?" tanya Damian.

"Lo kan cowok, mana boleh masuk ruang ganti cewek. Mending lo juga ke ruang ganti sana, try on jas yang baru dipilih sama calon istri lo," ia kemudian berdiri dan menarik sebelah tangan Hyuna. "Ayo, Na. Tinggalin aja orangtua itu."

Hyuna tersenyum senang begitu mendengar penuturan Zia. Ya, gadis itu mulai menyukai Zia. Padahal tadinya dia kira Zia adalah wanita yang sombong dan galak. Tapi nyatanya wanita itu baik dan s**a bercanda.

Pria itu menghela napas pasrah. Baru saja berdiri, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Riana
Dam? Kamu sibuk? Aku mau bicara sama kamu

05/03/2024

Kebiasaan kalau ide lagi lancar tuh s**a ngantuk 🤧

28/02/2024

Aku bisa melupakan hal-hal sekecil apapun. Namun kenapa ingatan tentangmu selalu tertanam rapi dalam ingatanku?

28/02/2024

Aku bisa melupakan hal-hal kecil. Namun segala tentangmu, anehnya masih tertanam jelas dalam ingatan.

16/02/2024

Maukah kembali bertemu? Atau apakah hanya aku yang selalu merindu? Maaf karena belum bisa melupakanmu.

27/01/2024

Tidak ada yang lebih menyakitkan bagiku selain melihat mereka yang lebih bahagia tanpaku.

Hei, apa kabar? Ke mana kamu pergi setelah hari itu? Maaf tidak mengatakan kepergianku padamu. Tapi aku pikir kau benar-...
25/01/2024

Hei, apa kabar? Ke mana kamu pergi setelah hari itu? Maaf tidak mengatakan kepergianku padamu. Tapi aku pikir kau benar-benar tidak pernah menginginkan diriku ada dalam proses hidupmu. Lalu kenapa setelah aku pergi, kini kau pun menghilang seakan ditelan bumi? Kabarmu tak pernah kudengar lagi. Kau seakan telah lenyap tak tersisa.

Hei, di manapun kamu, apapun yang sedang kaulakukan, aku berharap agar kau selalu bahagia dengan pilihan hidupmu.

Pict from tiktok

02/01/2024

Gimana ya rasanya disupport? Atau gimana ya rasanya punya tempat untuk pulang?

Dulu aku pernah dihancurkan dan aku kalah. Sekarang aku kembali dihancurkan, tapi aku akan kembali sebagai pemenang.
08/12/2023

Dulu aku pernah dihancurkan dan aku kalah. Sekarang aku kembali dihancurkan, tapi aku akan kembali sebagai pemenang.

Di tahun ini, bukan hanya bertemu diriku versi hancur. Tapi juga bertemu diriku versi lebih kuat dari yang selama ini ak...
05/12/2023

Di tahun ini, bukan hanya bertemu diriku versi hancur. Tapi juga bertemu diriku versi lebih kuat dari yang selama ini aku kira.

Sebanyak apapun orangnya, pada akhirnya yang akan tetap ada hanyalah diri sendiri.
04/12/2023

Sebanyak apapun orangnya, pada akhirnya yang akan tetap ada hanyalah diri sendiri.

Address

Bandung

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sajak Senja posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share