12/12/2025
๐ขbreaking news
Di tengah sorot lampu yang makin tajam mengarah ke performa Timnas, sebuah percikan kecil kembali berubah jadi bara. Dalam sebuah podcast, Arya Sinulingga melontarkan kalimat yang langsung memantik debat:
๐ฃ๏ธ โKalau seandainya nggak ada masalah ruang ganti, nggak mungkin Jay diganti jadi kapten.โ
Sekilas terdengar sederhana, tapi bagi mereka yang berada di dalam lingkaran tim, kata-kata seperti ini bisa membelah opini.
Tak lama berselang, Asnawi Mangkualamโsosok yang selalu memilih diam saat sorotan terlalu bisingโakhirnya angkat bicara lewat Insta Story.
๐ฃ๏ธ โIni asal ngomong atau gimana ya? Coba jelasin, Je, biar bapak ini ngerti.โ
Ucapan itu ditujukan kepada Jeje, translator Coach Shin Tae-yong. Namanya ikut terseret karena disebut-sebut seakan mengetahui โmasalah federasiโ. Padahal, sejak awal tugasnya jelas: menjembatani bahasa, menyampaikan instruksi, bukan menjadi corong politik sepak bola.
Jeje selama ini tidak pernah menyinggung persoalan PSSI. Ia hanya berdiri di antara pelatih dan pemain, memastikan pesan tersampaikan tanpa salah tafsir.
Lalu, sejauh mana sebenarnya polemik ruang ganti di era STY?
Kita tahu, di masa kepelatihan Shin, hubungan pelatihโpemain selalu intens, penuh disiplin, dan terkadang keras. Itu normal di level internasional. Hal itu sedikit menjadi drama yang berimbas ketika Indonesia menghadapi China dengan kekalahan 2-0. Disebutkan komposisi pemain yang dipasang STY justru jauh dari ideal.
Terlepas dari itu setiap kekalahanโmulai dari tumbangnya Timnas senior oleh Irak hingga kekalahan mengejutkan U-22 dari Filipinaโmembuat setiap bisik-bisik internal terdengar lebih keras dari biasanya. Ruang ganti yang dulu rapat kini terasa seperti dinding tipis yang mudah retak.
Dari kacamata pengamat bola, konflik ini berpotensi panjang. Bukan hanya soal siapa kapten, siapa yang bicara, atau siapa yang disalahkan.
Ini tentang kepercayaanโantara pemain, pelatih, federasi, dan publik.