14/08/2025
Dialah pemeran utama di Theatre of Dreams.
Dia mencetak gol tak sebanyak Lukaku,
Tak pernah memenangkan Piala Dunia,
Tak pernah memenangkan Ballon d'Or,
Tapi ia dianggap sebagai salah satu pemain terbaik di sepak bola. Saat umurnya 14 tahun ia mulai sepak bola di posisi kiper, tapi ia bosan dan ingin ganti posisi. Cantona meninggalkan kampungnya Marseille, pergi Auxere untuk mencari peruntungan baru. Di sanalah ia dapat kontrak pertama, tapi tak sampai seminggu ia di suspend gara-gara berkelahi!
Hal itulah yang membuatnya kembali ke Marseille, dipinjamkan ke Bordeoux, dipinjamkan lagi ke Montpelier. Cantona super talented, tapi ke mana pun pergi, ia tak luput soal perkelahian, baik itu dengan rekannya atau pun pelatihnya. Lalu ia merasakan ke stabilan bermain di klub bernama Nime, tapi di suatu pertandingan, ia kena kartu merah. Cantona tak terima dan melempar bola ke kepala wasit. Gara-gara itu ia di banned dan Cantona memutuskan pensiun saat umurnya baru 25 tahun!
Michael Platini datang, menenangkan, meminta Cantona kembali, dan Leeds mau memberikan wadah. Gak sampai sebulan ia meraih trofi di sana, tapi perkelahian dengan pelatih terus terjadi, dan Leeds memintanya pergi. Man United yang saat itu kesulitan mencetak gol, nekat menukar beknya ke Leeds demi mengangkut Cantona. Di musim itu Cantona mencetak 9 gol, 11 assist, United meraih trofi setelah puasa 26 tahun! Fans jatuh cinta padanya. Musim berikutnya untuk pertama kalinya Cantona bisa bermain penuh dalam satu musim. 25 gol, 13 asssit, double gelar domestic, pemain terbaik Liga Inggris. Tapi sayang Cantona tak bisa damai untuk waktu yang lama. "Hei orang Prancis sialan", teriakan fans Crystal Palace yang dibalas Cantona dengan tendangan kung fu. Itu adalah masa paling berat untuk Cantona saat ia harus menghadapi sanksi bermain 9 bulan dan jeruji besi. 9 bulan berlalu ia tak lagi minat kembali ke sepak bola, tapi Sir Alex Ferguson bilang ,"Erick, saya butuh kamu, dan inilah saatnya memperbaiki reputasimu." Cantona kembali, langsung mencetak gol ke gawang Liverpool, dan di akhir musim MU juara, lagi dan lagi sampai 4 musim beruntun. Lalu suatu pagi di umur 30 tahun, ia mengakhiri sepak bola di masa jaya-jayanya. Dia tak butuh Piala Dunia, dia tak butuh ballon dor, karena ia adalah pemeran utama di theater of dream.