
03/08/2024
Seorang sahabat berkata,"Depok itu auto bergerak sendiri -bahkan tak perlu pimpinan sama sekali."
Ya, selama 20 tahun terakhir Depok bak bergerak tanpa arah...
Margonda memang makin bersinar, tapi ya hanya Margonda sebagai etalase. Itupun, misalnya, separator bongkar pasang.
Yang barangkali memanusiakan manusia adalah trotoar yang dibuat semakin lebar -tapi toh, kembali lagi, cuma memberi keluangan dan pelebaran parkir gratis bagi pemilik resto maupun parkir liar tak jelas.
Kisah Damkar Depok, boleh jadi adalah gambaran nyata bagaimana tata kelola pemerintahan di Depok amburadul.
Empat periode kepemimpinan dari tokoh-tokoh PKS yang mestinya amanah, bisa dipercaya, sesuai jargon mereka yang konon Islami, bagi sebagian masyarakat Depok mungkin cuma bahan candaan dan tawa. Obrolan yang bikin gatal paru-paru tanpa bisa kita menggaruknya dan terasa menyebalkan.
Depok menjadi lelucon nasional.
Petugas Damkar ini saking sudah gatal paru-parunya, memanfaatkan sosial media viral agar Damkar Depok diperhatikan: BUKAN untuk dirinya -melainkan untuk PELAYANAN pada warga Depok. Ia dkk yang berhadapan dengan warga saban hari. Ia dkk yang merasakan, betapa semrawutnya pengelolaan alat-alat Damkar, yang bahkan, dengan gaji para anggotanya yang minim mereka patungan beli sementara atasannya hahahehehe huhuhohoho.
Teriakannya tidak digubris.
Dimusuhi, ditekan, bahkan akan DISUAP!
Pada akhirnya, kasus ini meledak dan viral lagi karena para petugas Damkar hanya bengong, bersedih hati melihat sebuah gereja terbakar tanpa mereka sanggup berbuat optimal -akibat alat-alatnya BUSUK.
Yang paling tolol lagi, hal ini dijadikan konsumsi politis. Si petugas Damkar didekati hanya untuk kepentingan KURSI.
Depok memang lelucon nasional.
Terima kasih untuk 20 tahun pemerintahan yang membuat warga Depok Garis Lurus beristighfar terus.
Ya, sampah tak kunjung bertemu solusinya - mengulangi masalah sama dari tahun ke tahun.
Penerimaan anak didik di tahun ajaran baru sekolah negeri di Depok JUGA selalu bermasalah dari tahun ke tahun.
Katanya ramah anak, tingkat perceraian tinggi -apakah karena promo menikah boleh lagi, lagi, dan lagi yang dipromosikan -sialnya pemilih Depok yang massif justru dari simpatisan partai anu yang doyannya begitu.
Anggota DPRD yang tak percaya pemerintahan versus anggota DPR dari partai anu yang tutup kuping.
Pesta seks, angka LGBT yang diam-diam merayap.
Semua hal terkait klenik.
Semua berbanding terbalik dengan dukungan dan sokongan partai anu pada massanya -silakan cek kantor-kantor barunya, misalnya di Jl. Merdeka, mentereng lass. Dari rumah biasa kini jadi dua lantai mevvah dalam waktu cepat saja.
Dll
Dll
Dll
Buanyak banget.
Kerennya Depok, itu pun... yaaa sudahlah, cuma karena Kak Ayu Tingting dan Ayah Ojak kerap jadi obrolan publik. Jyah!
Bersih dan amanah mestinya terlihat dari output pekerjaannya. Kalau jadi cibiran dan gunjingan Nasional sih -itu sudah menjadi cerminan tata kelola partai ANU saat diberi kepercayaan mengelola satu daerah.
Depok harus berubah teman.
Banyak orang baik dan bener.
Mau ngulang tahun ke-25 hingga ke-30?
Jyaaah....