24/11/2025
Meski tren global menunjukkan penurunan signifikan perilaku merokok, Indonesia justru mengalami stagnasi dan bahkan peningkatan jumlah perokok dalam satu dekade terakhir.
Hal ini diungkapkan dr Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, Ph.D, peneliti dari Udayana Center for NCDs, To***co Control and Lung Health, dalam Workshop Media yang digelar pada Sabtu 22 November 2025.
Menurut dr Ayu, prevalensi merokok pada penduduk usia ≥15 tahun tidak menunjukkan perubahan bermakna, yakni 36,1% pada 2011 menjadi 34,5% pada 2021.
“Secara angka, penurunannya sangat kecil dan tidak signifikan. Bahkan jumlah perokok meningkat dari 60,3 juta menjadi 69,1 juta orang,” jelasnya mengutip data Global Adult To***co Survey (GATS) 2011–2021.
Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi merokok masih 7,4%, meningkat 0,2% dalam periode 2013–2023.
Ancaman lain datang dari peningkatan penggunaan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik. Data SKI 2023 mencatat penggunaan rokok elektrik pada usia 10–14 tahun dan 15–19 tahun menunjukkan tren mengkhawatirkan.
“Remaja menjadi target utama pasar industri rokok. Pola pemasaran mereka sangat agresif, baik di media luar ruang, ritel dekat sekolah, hingga media sosial,” tegas dr Ayu.