25/10/2020
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑫𝒖𝒏𝒊𝒂 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑫𝒊𝒈𝒊𝒕𝒂𝒍
Hallo teman".... Seperti janji saya kemarin ya, pembahasan kali ini tentang Perbedaan B2B dan B2C... Yuk disimak
𝗣𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮𝗮𝗻 𝗕𝟮𝗕 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝟮𝗖
Perbedaan antara B2B dan B2C tidak cukup untuk Anda ketahui. Anda perlu memahami perbedaan antara keduanya. Perbedaan inilah yang akan ikut mempengaruhi strategi marketing yang dijalankan, antara lain :
√̅ 𝗧𝗮𝗿𝗴𝗲𝘁 𝗮𝘂𝗱𝗶𝗲𝗻𝘀 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗽𝗮𝘀𝗮𝗿
√̅ 𝗝𝘂𝗺𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗿𝗴𝗮
√̅ 𝗠𝗼𝘁𝗶𝘃𝗮𝘀𝗶
√̅ 𝗣𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻
√̅ 𝗛𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝗷𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶
√̅ 𝗣𝗲𝗿𝘀𝗮𝗶𝗻𝗴𝗮𝗻
√̅ 𝗦𝘁𝗿𝗮𝘁𝗲𝗴𝗶 𝗺𝗮𝗿𝗸𝗲𝘁𝗶𝗻𝗴
1. 𝗧𝗮𝗿𝗴𝗲𝘁 𝗮𝘂𝗱𝗶𝗲𝗻𝘀 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗽𝗮𝘀𝗮𝗿
Dilihat dari namanya, B2B dan B2C jelas memiliki target pasar yang berbeda.
B2B menyasar pelaku-pelaku bisnis, sedangkan B2C menargetkan pembelian oleh konsumen perorangan.
Dari sini saja terlihat bahwa perbedaan B2B dan B2C begitu besar.
Secara jumlah, prospek pasar B2B cenderung kecil. Bisa dibilang begitu karena jumlah pengusaha atau produsen pastinya lebih kecil dibandingkan konsumennya. Itu mengapa B2B memiliki potensi penjualan yang kecil dan spesifik.
Lain halnya dengan B2C yang menargetkan konsumen. Potensi pasar B2C sangat luas dan kemungkinannya hampir tak terbatas. Bayangkan apa saja barang yang bisa dijual ke 271 juta jiwa (menurut BPS Indonesia) penduduk Indonesia? Banyak sekali bukan? Inilah yang disebut sebagai kemungkinan yang tak terbatas.
2. 𝗝𝘂𝗺𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗿𝗴𝗮
Dalam marketing, siapa yang membeli ikut mempengaruhi jumlah barang yang dibeli berikut juga harganya. Untuk B2B misalnya, tidak perlu menjual barang dalam jumlah besar untuk mendapatkan omzet tinggi. Karena pada dasarnya, harga per unit pada model B2B sudah sangat tinggi.
Berbeda halnya dengan marketing B2C. Model satu ini mengharuskan Anda menjual produk dalam jumlah besar untuk memaksimalkan omzet. Tak lain, ini karena harga barang per unitnya sudah sangat murah. Ditambah, tak banyak orang yang membeli barang-barang retail dalam jumlah besar.
3. 𝗠𝗼𝘁𝗶𝘃𝗮𝘀𝗶
Anda perlu memahami motivasi pembeli.
Memaksimalkan keuntungan, efisiensi pekerjaan, dan investasi ─ setidaknya itulah motivasi yang dimiliki pembeli B2B. Klien membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan emosional. Justru sebaliknya, pertimbangan logis lah yang mendominasi alasan pembeli produk B2B. Prinsip utama pembeli B2B kira-kira begini, kenapa dibeli kalau itu tak menguntungkan?
Di sisi lain, motivasi pembeli barang-barang B2C sangatlah beragam. Bisa jadi pelanggan membeli karena ingin mencoba produk baru, memanfaatkan momen promo, menyukai produk yang dimaksud, membelikan barang untuk hadiah, alasan prestise, dan sebagainya. Apapun alasannya, bisa dikatakan kalau motivasi mereka didasarkan pada sisi emosi.
Kalau pun pembeli menggunakan pertimbangan logis ─ membandingkan harga dan komposisi ─ pembeli B2C hanya akan memakai produk untuk kebutuhannya sendiri. Mereka tidak akan terpikir untuk menjual produk itu kembali.
4. 𝗣𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻
Klien bisnis B2B adalah klien bisnis yang logis. Klien ini perlu mempertimbangkan banyak hal serta keuntungan jangka panjang sebelum membeli produk. Maka tak jarang, ada banyak pihak yang dimintai pertimbangan.
Lain lagi dengan pembeli produk B2C. Karena produk yang akan dibeli digunakan dalam lingkup yang sempit dan personal, pembuatan keputusan dilakukan secara individu. Kalau pun ada pertimbangan dari orang lain, pertimbangan yang diberikan pun tidak akan serumit B2B. Hasilnya, pembeli produk retail lebih cepat dalam membuat keputusan sebelum pembelian.
5. 𝗛𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝗷𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶
Praktik bisnis B2B dan B2C memiliki hubungan antara penjual dan pembeli yang berbeda. Sifat kontras ini sedikit banyak dipengaruhi oleh motivasi dan proses pembuatan keputusan.
Dalam kasus B2B, misalnya. Proses yang panjang dan rumit membuat klien B2B bisnis cenderung menjalin hubungan jangka panjang dengan supplier-nya. Sekali klien merasa puas dan cocok dengan kualitas produk serta pelayanan, klien B2B kemungkinan akan terus memakai supplier tersebut. Bisa dikatakan reputasi dan pengalaman menjadi faktor penting bagi kesuksesan bisnis B2B.
Hal di atas sangat berbeda dengan hubungan B2C. Motivasi personal dan pengambilan keputusan yang cepat membuat hubungan pembeli dan penjual berlangsung jangka pendek. Ditambah, ada banyak pilihan produk dan promo di pasaran. Ini menyebabkan pelanggan bisa dengan mudah berpindah ke satu produk ke produk lainnya. Tak aneh jika salah satu tantangan bisnis B2C adalah meningkatkan loyalitas pelanggan.
6. 𝗣𝗲𝗿𝘀𝗮𝗶𝗻𝗴𝗮𝗻
Dilihat dari banyaknya pelaku bisnis, B2B memiliki tingkat persaingan yang sedikit rendah. Model B2B belum banyak diminati di Indonesia. Sehingga pelaku-pelakunya kebanyakan merupakan orang-orang lama.
Namun, persaingan sesungguhnya bagi B2B adalah soal reputasi dan koneksi. Untuk mendapatkan klien, pemilik bisnis B2B harus meningkatkan reputasinya. Entah itu dari pengetahuan dan keahlian maupun portofolio serta pengalaman melayani klien-klien lainnya.
Reputasi tidak akan meningkat jika tidak memiliki koneksi. Dari mana B2B bisa mendapatkan pengalaman jika belum pernah meng-handle klien? Tapi, tanpa reputasi B2B pun tidak akan memiliki tambahan koneksi. Sedikit rumit, bukan?
Berbeda halnya dengan B2C. Dilihat dari banyaknya pelaku bisnis, B2C tentu memiliki tingkat persaingan yang amat tinggi. Persaingan terjadi dalam berbagai sektor dan skala. Mulai dari perusahaan kelas kakap sampai industri rumahan.
Maka tak aneh jika banyak B2C mempromosikan produknya secara besar-besaran. Terkadang dengan merilis produk baru, memilih brand ambassador, dan bahkan membuat promo serta diskon. Semuanya dilakukan untuk mempengaruhi pelanggan agar membeli produk B2C.
7. 𝗦𝘁𝗿𝗮𝘁𝗲𝗴𝗶 𝗺𝗮𝗿𝗸𝗲𝘁𝗶𝗻𝗴
B2B kerap menggunakan strategi marketing untuk meningkatkan reputasinya. Biasanya, B2B menggunakan media untuk menampilkan berbagai konten dan portofolionya. Cara ini akan meyakinkan calon klien bahwa sebuah bisnis memang memiliki keahlian di bidang tersebut. Bisnis semacam ini juga memiliki public relation khusus untuk melakukan lobi ke klien-klien yang diincar.
Strategi tersebut sedikit berbeda dengan B2C. Meski sama-sama membutuhkan reputasi, bisnis B2C mewujudkannya dengan cara berbeda. Bisnis yang langsung menyasar konsumen biasanya akan menggunakan strategi marketing yang bersifat emosional. Artinya, konsumen bisa saja dibuat merasa senang, sedih, atau bangga hingga akhirnya membeli produk yang diiklankan. Selain itu, banyak bisnis B2C yang gencar melakukan promosi dan diskon.
𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒕𝒆𝒎𝒆𝒏❞ 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒖 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒇𝒐 𝑺𝒆𝒑𝒖𝒕𝒂𝒓 𝑫𝒖𝒏𝒊𝒂 𝑫𝒊𝒈𝒊𝒕𝒂𝒍 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 Dunia Digital 𝒚𝒂𝒂𝒂...
𝑳𝒊𝒌𝒆, 𝑪𝒐𝒎𝒎𝒆𝒏𝒕, 𝒂𝒏𝒅 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒊𝒏𝒇𝒐 𝒊𝒏𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕...
Selanjutnya saya akan bahas tentang 𝑇𝑖𝑝𝑠 𝐴𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐵2𝐵 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑠𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑛𝑑𝑎... Akhir kata saya ucapkan terima kasih ya temen", sampai ketemu di pembahasan selanjutnya...🤓🤓🤓
Cari Hosting Murah ??? Yuk order disini aja --->>> https://panel.niagahoster.co.id/ref/374679?r=hosting-murah