Mr.Terimakasih

Mr.Terimakasih Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Mr.Terimakasih, Digital creator, Denpasar.

JANGAN SAMPE TERKEJUT 2 JAM KEDEPAN REZEKI BESAR DATANG KEPADAMU....YANG BELUM DAPAT MERAPAT !!!“Jadi ini gudangnya, Mba...
24/09/2025

JANGAN SAMPE TERKEJUT 2 JAM KEDEPAN REZEKI BESAR DATANG KEPADAMU....
YANG BELUM DAPAT MERAPAT !!!
“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Mereka memakai sepatu hitam yang bagus, tas punggung yang juga keren. Seda

Selamat . Terimakasih karena sudah sering absen😊“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lanta...
21/09/2025

Selamat . Terimakasih karena sudah sering absen😊

“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Mereka memakai sepatu hitam yang bagus, tas punggung

Semoga beruntung 🤲🏻🇮🇩🇮🇩🇮🇩
20/09/2025

Semoga beruntung 🤲🏻🇮🇩🇮🇩🇮🇩

18/09/2025

Selamat yang sudah menerima 1 unit pcx ,kirim pesan 'MAU' ke wa mister,bagikan postingan ini

JANGAN SAMPE TERKEJUT 1 JAM KEDEPAN REZEKI BESAR DATANG KEPADAMU....YANG BELUM DAPAT MERAPAT !!!“Jadi ini gudangnya, Mba...
12/09/2025

JANGAN SAMPE TERKEJUT 1 JAM KEDEPAN REZEKI BESAR DATANG KEPADAMU....
YANG BELUM DAPAT MERAPAT !!!

“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Merek .

Selanjutnya 1 unit motor telah diterima penggemar berat saya.
08/09/2025

Selanjutnya 1 unit motor telah diterima penggemar berat saya.

"Mas Rayendra, ini yang waktu itu, ya?" Bu Lastri, sahabat dekat Larasati yang juga berjualan nasi uduk tak jauh dari sa...
17/08/2025

"Mas Rayendra, ini yang waktu itu, ya?" Bu Lastri, sahabat dekat Larasati yang juga berjualan nasi uduk tak jauh dari sana, berbisik sambil melirik ke arah Rayendra yang sedang duduk di bangku lapak Larasati.

Larasati cuma mengangguk pelan. "lya, Bu Lastri." Hatinya masih belum tenang sejak kejadian kemarin dengan Alexa. Dan hari ini, Rayendra datang lagi. Entah sudah berapa kali ini.

"Kok sering banget, ya? Jangan-jangan beneran ada apa-apa, nih. Kamu hati-hati, Laras. Orang kayak dia, beda jauh sama kita," Bu Lastri mengingatkan, nada suaranya khaw atir.

"Dia baik, kok, Bu," bela Larasati, meskipun di dalam hatinya sendiri, keraguan yang sama sedang bergejolak. la melihat Rayendra melayani panggilan telepon di ponsel canggihnya, suaranya terdengar serius, membahas angka-angka dan proyek besar. Dunia yang begitu asi ng baginya.

Rayendra menutup teleponnya, menghela napas panjang, lalu menatap Larasati. "Maaf, Larasati. Pekerjaan." Dia tersenyum, mencoba meredakan ketegangan. "Kamu... dari tadi sibuk banget. Nggak capek?"

Larasati menggeleng. "Sudah biasa, Mas. Beginilah saya setiap hari." la menuangkan segelas beras kencur untuk Rayendra. "Mas Rayendra juga kelihatannya sibuk sekali. Pekerjaannya apa, Mas? Kalau boleh tahu." la mencoba bertanya, penasaran, ingin sedikit saja mengintip ke dunia Rayendra.

Rayendra tersenyum tipis. "Oh, cuma... ya, mengurus perusahaan. Lumayan sibuk." la menghindari kontak mata Larasati, tidak ingin secara langsung menyebutkan kalau ia adalah seorang CEO. Dia ingin Larasati mengenalnya sebagai 'Rayendra' yang biasa, bukan 'Rayendra Mahardika'. "Kalau kamu, Larasati? Ini jamu resep dari ibu, kan? Pasti banyak ceritanya." Rayendra sengaja mengalihkan pembicaraan, memilih topik yang ia tahu akan membuat Larasati nyaman dan bersemangat.

Larasati langsung berbinar. "Oh, iya! Banyak sekali, Mas. Ibu saya itu ja go banget meracik jamu. Dia bilang, setiap tanaman itu punya rahasianya sendiri. Kayak jahe, kalau lagi dingin, paling pas. Kalau kunyit, buat perut yang nggak enak. Beliau selalu bilang, jamu itu bukan cuma soal obat, tapi soal merawat tubuh dan juga jiwa." la bercerita dengan antusias, melupakan sejenak keraguan dan bisikan di sekelilingnya. "Dulu, Ibu pernah bikin jamu khusus buat Bapak yang sering pegal-pegal karena kerja keras. Manjur banget, Iho, Mas!"

Rayendra mendengarkan dengan saksama. Senyum tulus di wajah Larasati saat bercerita tentang ibunya dan jamu itu begitu menawan. Ada semangat dan kejujuran yang langka. Ini adalah Larasati yang ia s**a, yang tidak terbebani oleh standar dunia. "Jadi, kamu belajar semua ini dari ibumu?"

"Iya, Mas. Dari kecil saya sudah diajak ke pasar, kenalan sama berbagai rempah. Beliau selalu mengajarkan pentingnya kesabaran dan ketulusan dalam meracik jamu. Katanya, kalau hati kita tulus, jamunya juga akan manjur." Larasati menatap gentong-gentong jamunya, seolah mengenang masa lalu. "Saya selalu berharap bisa melestarikan resep-resep ini, Mas. Biar orang-orang juga tahu kalau yang alami itu lebih baik."

Rayendra mengangguk, terkesan, la teringat dirinya sendiri yang selalu terburu-buru, mengejar tren, mencari yang instan. la mengamati lapak jamu Larasati yang sederhana. Tidak ada label merek terkenal, tidak ada kemasan mewah, hanya botol-botol kaca dan gentong tanah liat. Tapi di sanalah letak keajaiban dan keotentikannya.

"Menurutmu, Larasati, kalau jamu ini... dikemas lebih modern, bisa bersaing di pasaran yang lebih besar nggak?" Rayendra tiba-tiba bertanya, otaknya sudah mulai berputar ke arah bisnis. la melihat potensi besar di sana.

Larasati terdiam, matanya mengerjap. Wajahnya menunjukkan keraguan. "Wah, saya nggak tahu, Mas. Jamu saya kan cuma begini saja. Nanti malah jadi an eh, kalau terlalu modern." la menatap Rayendra, matanya penuh kecemasan. "Lagipula... siapa yang mau jamu dari saya? Saya kan cuma penjual jamu di gang sempit ini. Mana mungkin bersaing dengan produk-produk mewah kayak yang Mas Rayendra punya?" Perkataan Alexa kemarin, tentang betapa berbedanya mereka, kembali menus uknya. Dunia Rayendra terlalu jauh, terlalu tinggi. Bagaimana mungkin ia, dengan tubuh besarnya dan lapak sederhananya, bisa masuk ke sana?

Rayendra bisa merasakan keraguan Larasati. Ada lu ka di balik senyum dan suaranya yang ramah. "Larasati... jangan begitu. Kamu punya sesuatu yang unik, sesuatu yang tulus, Itu lebih berharga dari sekadar kemasan mewah. Lagipula, kamu nggak tahu betapa banyak orang yang sebenarnya capek dengan produk-produk instan yang artifisial." la ingin meyakinkan Larasati, ingin menghapus rasa min dernya. "Kalau aku... kalau aku bisa bantu, aku ingin jamu ini dikenal lebih luas."

Larasati terkejut mendengar tawaran Rayendra. Membantu? Rayendra Mahardika ingin membantunya? Itu terasa seperti mimpi, atau lebih tepatnya, jeba kan. la menggeleng pelan. "Tidak usah, Mas. Saya tidak mau merepotkan Mas Rayendra. Dunia kita beda sekali. Saya ta k*t... taku tnya malah bikin Mas Rayendra susah." Suara Larasati memelan, tatapannya kos ong, menatap jauh ke gedung-gedung tinggi di cakrawala, tempat dunia Rayendra berada. "Saya... saya nggak pantes, Mas."

Rayendra menatap Larasati, merasakan tembok yang dibangun wanita itu di sekeliling hatinya. Dia tahu ini bukan hanya tentang bisnis jamu. Ini tentang penerimaan diri Larasati, tentang keta k*tannya akan dunia yang selalu menilainya dari penampilan. Tapi ia tidak akan menyerah. la akan membuktikan bahwa ia tulus, dan bahwa dunia Larasati, yang sederhana dan jujur, adalah tempat yang ia cari.

"Larasati, dengarkan aku," Rayendra berkata, suaranya lebih serius, lebih tegas. "Kamu pantas. Setiap orang pantas untuk bahagia, pantas untuk berkembang. Dan kalau aku bilang aku mau bantu, itu karena aku melihat potensinya. Bukan karena kasi han. Jadi... izinkan aku membuktikannya. Bagaimana?"

Larasati menatap mata Rayendra, mencari kebo hongan, mencari kera guan. Tapi yang ia temukan hanyalah ketulusan yang dalam. Hatinya berde sir, merasakan sesuatu yang an eh. Bisakah ia mempercayai pria ini? Mampukah ia melangkah keluar dari zona nyamannya, dari dunianya yang aman, ke dunia yang begitu berbeda dan men ak*tkan? Sebuah pilihan sulit ada di depannya.

Bersambung
Lengkap bab di kbmapl
Judul : Racikan Jamu Cinta Si Gen dut
Penulis : ceritakeluarga

Semoga Berhasil 🎉      *treels
16/08/2025

Semoga Berhasil 🎉
*treels

Siapkan mentalmu , untuk jadi orang kaya tahun ini“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lan...
16/08/2025

Siapkan mentalmu , untuk jadi orang kaya tahun ini
“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Mereka memakai sepatu hitam yang bagus, tas pung

TUNGGU APALAGI!!“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uang...
15/08/2025

TUNGGU APALAGI!!
“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Mereka memakai sepatu hitam yang bagus, tas punggung yang juga keren. Seda

Siapkan mentalmu , untuk jadi orang kaya tahun ini“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lan...
15/08/2025

Siapkan mentalmu , untuk jadi orang kaya tahun ini

“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.
Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.
Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.
Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam jumlah tidak sedikit semenjak mereka tahu aku adalah pebisnis online yang mahsyur.
Omset perbulan dari tiga toko e-commerce yang kumiliki mencapai satu milyar, dan bisa bertambah saat musim-musim tertentu. Namun semua hal ini tidak kudapatkan dengan satu jentikan jari. Melainkan hasil dari memerah keringat hingga sedikit terlambat menikah.
Aku hanyalah gadis desa, tamatan SMP yang saat itu tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. Jangankan sekolah, membeli baju, sepatu atau buku, bisa makan setiap hari saja sudah syukur rasanya.
Dilahirkan sebagai anak pertama dengan delapan bersaudara yang dempet-dempet jarak kelahirannya, membuatku terpaksa mundur banyak. Membiarkan cita-citaku sebagai seorang guru terbang bersama angin di musim panas. Tersapu badai di musim hujan.
Perih, sakit semua bercampur aduk saat kulihat teman-teman seumuranku berangkat sekolah bersama-sama dengan baju putih abu-abu yang megah. Mereka memakai sepatu hitam yang bagus, tas pung

Dibulan agustus keuanganmu akan sebanyak ini. amin🤲
15/08/2025

Dibulan agustus keuanganmu akan sebanyak ini. amin🤲

Address

Denpasar

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00
Saturday 09:00 - 17:00
Sunday 09:00 - 17:00

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mr.Terimakasih posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share