Suluksalik

Suluksalik Menjelalahi Keindahan Tasawuf
Kunjungi kami juga di Suluksalik Store

Kutipan Maulana Rumi ini menggambarkan bahwa kebenaran sejati adalah sesuatu yang utuh dan sempurna di sisi Tuhan. Namun...
16/08/2025

Kutipan Maulana Rumi ini menggambarkan bahwa kebenaran sejati adalah sesuatu yang utuh dan sempurna di sisi Tuhan. Namun, ketika ia “jatuh” ke dunia manusia, kebenaran itu terpecah-pecah seperti cermin yang retak. Setiap orang hanya memegang sebagian kecil dari kebenaran tersebut—sebuah potongan yang mencerminkan sebagian cahaya-Nya. Karena keterbatasan pandangan, banyak orang mengira bahwa potongan yang ia miliki adalah keseluruhan kebenaran, padahal yang dipegang hanyalah bagian kecil dari gambaran besar.

Pesan ini mengajarkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa sudut pandang kita tidak pernah sepenuhnya mewakili kebenaran absolut. Perbedaan pendapat, keyakinan, dan interpretasi sering kali lahir dari potongan cermin yang berbeda-beda. Dengan memahami hal ini, kita diajak untuk menghormati perspektif orang lain, saling melengkapi dalam mencari makna, dan tidak terjebak pada sikap merasa paling benar. Pada akhirnya, semua potongan itu akan kembali menjadi utuh hanya di tangan Sang Pemilik Kebenaran.

16/08/2025

Maulana Jalaluddin Rumi adalah ulama, penyair, dan sufi besar abad ke-13 yang karyanya menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Kisah hidupnya penuh perjalanan, pertemuan spiritual, dan pesan cinta Ilahi yang abadi.

Kalimat ini menggambarkan cinta yang melampaui batas fisik dan logika. Ia tidak hanya lahir dari hati yang penuh rasa at...
15/08/2025

Kalimat ini menggambarkan cinta yang melampaui batas fisik dan logika. Ia tidak hanya lahir dari hati yang penuh rasa atau pikiran yang penuh kenangan, tapi dari jiwa yang menjadi inti keberadaan manusia. Jiwa tidak terikat oleh usia, lupa, atau bahkan kematian, sehingga cinta yang bersumber darinya bersifat abadi dan tak tergoyahkan. Inilah bentuk cinta yang paling murni—bukan sekadar perasaan sesaat, tapi sebuah ikatan yang menembus ruang dan waktu.

Ketika hati bisa saja berubah dan pikiran bisa hilang oleh lupa, cinta yang berasal dari jiwa akan tetap hidup. Ia tidak membutuhkan alasan, pembuktian, atau syarat. Cinta seperti ini tidak berkurang oleh jarak, tidak pudar oleh waktu, dan tidak terhenti meski raga tak lagi bernyawa. Inilah cinta yang sejati—sebuah komitmen batin yang akan tetap ada, bahkan ketika segalanya telah tiada.

🚫 Hati-hati dengan meja yang salahKalau kamu duduk di meja yang isinya membicarakan orang lain, cepat atau lambat, gilir...
15/08/2025

🚫 Hati-hati dengan meja yang salah

Kalau kamu duduk di meja yang isinya membicarakan orang lain, cepat atau lambat, giliran kamu yang jadi bahan.
Jaga dirimu, jaga waktumu, dan pilih percakapan yang membangun.

Karena obrolan yang sehat akan menumbuhkan, bukan meruntuhkan. 🌱

Selain itu, duduk di meja seperti itu dapat menciptakan citra buruk bagi diri kita. Orang lain bisa saja menilai bahwa kita setuju atau turut mendukung gosip tersebut, hanya karena kehadiran kita. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merusak kepercayaan dan hubungan sosial kita. Kepercayaan adalah hal yang sangat berharga; sekali hilang, sangat sulit untuk mendapatkannya kembali.

Pesan ini juga mengajarkan pentingnya memilih lingkungan dan percakapan yang sehat. Sebaiknya kita menghabiskan waktu dengan orang-orang yang saling membangun, membicarakan ide, atau merencanakan hal-hal yang bermanfaat. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga nama baik sendiri, tetapi juga menciptakan atmosfer yang lebih positif bagi orang-orang di sekitar kita.

Kalau menurut kamu?

Kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari memiliki segalanya, melainkan dari kemampuan hati untuk merelakan apa yang tidak ...
14/08/2025

Kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari memiliki segalanya, melainkan dari kemampuan hati untuk merelakan apa yang tidak dapat digenggam. Dalam ajaran para sufi, kerelaan (ridha) adalah kunci untuk melepaskan beban batin yang muncul dari rasa memiliki berlebihan. Saat kita merelakan, kita menerima takdir dengan lapang dada, memahami bahwa setiap peristiwa—baik manis maupun pahit—adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna. Dari sikap ini, lahirlah rasa damai yang tak tergoyahkan oleh perubahan keadaan.

Merelakan bukan berarti menyerah tanpa usaha, tetapi melakukan yang terbaik sambil menerima hasilnya tanpa penyesalan. Inilah titik di mana hati bebas dari cengkeraman kecewa dan amarah, karena tidak ada lagi ruang untuk memaksakan kehendak di luar kuasa kita. Seorang sufi akan berkata, “Apa yang pergi, biarkan pergi. Apa yang datang, sambut dengan syukur.” Dari kebijaksanaan inilah tumbuh kebahagiaan yang tidak bergantung pada kepemilikan atau pengakuan dunia.

Ketika hati sudah terbiasa merelakan, hidup terasa lebih ringan. Beban pikiran berkurang, dan mata batin mulai melihat nikmat-nikmat kecil yang selama ini terlewat. Kita mulai merasakan manisnya udara pagi, hangatnya senyum, atau ketenangan dalam doa. Inilah kebahagiaan yang tumbuh secara alami—bukan karena kita mengejarnya, tetapi karena hati yang merelakan telah menumbuhkan akarnya di tanah kesyukuran.

Penjelasan nasihat dari Imam Abdul Ghani an-Nabulsi : "Siapa yang mampu untuk bekerja, dia harus bekerja, bagi siapa pun...
14/08/2025

Penjelasan nasihat dari Imam Abdul Ghani an-Nabulsi :
"Siapa yang mampu untuk bekerja, dia harus bekerja, bagi siapa pun yang masih memiliki makanan pokok untuk keperluan hidupnya selama satu hari, diharamkan baginya untuk meminta."
---

💬 Makna Nasihat
Nasihat ini mengajarkan dua hal penting: etika kerja dan harga diri.

1️⃣ Bekerja selama mampu — Selama fisik, pikiran, atau keterampilan kita masih bisa digunakan untuk mencari nafkah yang halal, maka bekerja adalah kewajiban. Bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tapi juga menjaga kemandirian agar tidak membebani orang lain.

2️⃣ Jangan meminta jika masih cukup — Jika kita masih punya persediaan makanan pokok untuk sehari, kita dianjurkan untuk tidak meminta-minta. Meminta bukanlah aib saat benar-benar darurat, tapi menjadi masalah jika dilakukan tanpa kebutuhan mendesak, karena akan mematikan semangat berusaha.

💡 Pelajaran Penting
Kemuliaan diri tidak hanya diukur dari seberapa banyak kita memberi, tetapi juga dari kemampuan kita menahan diri untuk tidak meminta selama masih mampu bekerja dan mencukupi kebutuhan.

---

7 tips ala Sufi untuk melepaskan kendali---1. Sadar Batas DiriSufi mengajarkan bahwa manusia memiliki keterbatasan. Tida...
13/08/2025

7 tips ala Sufi untuk melepaskan kendali

---

1. Sadar Batas Diri
Sufi mengajarkan bahwa manusia memiliki keterbatasan. Tidak semua hal bisa kita atur. Menyadari ini membantu kita menerima bahwa ada peran Tuhan yang lebih besar dari rencana kita.

2. Fokus pada Tugas, Bukan Hasil
Kita hanya mengendalikan usaha, bukan hasil. Seorang sufi akan berkata: "Tugasmu adalah menabur, hasilnya serahkan pada Allah."

3. Latihan Tawakal
Tawakal bukan pasrah buta, tapi berusaha sebaik-baiknya lalu menyerahkan keputusan akhir pada Allah. Ini membuat hati lebih tenang.

4. Kurangi Kecemasan Akan Masa Depan
Sufi melatih diri untuk hadir di saat ini (*present moment awareness*). Masa depan belum datang, masa lalu sudah pergi — yang bisa kita kelola hanyalah sekarang.

5. Terima Ketidakpastian sebagai Bagian dari Hidup
Hidup penuh misteri, dan di sanalah letak rahmat-Nya. Melepaskan kendali berarti berani berjalan walau belum tahu semua jawabannya.

6. Latih Syukur di Segala Keadaan
Syukur membebaskan kita dari rasa ingin mengontrol segalanya. Sufi melihat setiap keadaan — enak atau tidak — sebagai bagian dari pendidikan ruhani.

7. Praktik Dzikir untuk Menenangkan Hati
Dengan dzikir, hati menjadi lebih damai. Saat hati damai, dorongan untuk memaksakan kendali berkurang, diganti dengan rasa percaya pada kehendak Tuhan.

---

Pesan Kebahagiaan dari Maulana RumiKebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang kita temukan di luar diri. Ia tidak bergantu...
13/08/2025

Pesan Kebahagiaan dari Maulana Rumi

Kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang kita temukan di luar diri. Ia tidak bergantung pada seberapa banyak harta yang dimiliki, jabatan yang dipegang, atau pujian yang didapat. Banyak orang mengejar kebahagiaan dengan berpikir bahwa ketika semua keinginannya terpenuhi, barulah ia akan bahagia. Padahal, semakin kita mencari di luar, semakin kita merasa kekurangan, karena hati tak pernah puas jika hanya bergantung pada dunia.

Kebahagiaan justru lahir dari hati yang mampu bersyukur. Saat kita memandang hidup dengan rasa terima kasih—meski dalam kondisi yang sederhana—kita akan menemukan ketenangan dan kepuasan yang tak bisa dibeli. Rasa syukur membuat kita sadar bahwa setiap detik adalah nikmat, setiap nafas adalah karunia, dan setiap cobaan pun menyimpan hikmah. Hati yang bersyukur mampu melihat pelangi di balik hujan dan cahaya di balik kegelapan.

Maka, jangan tunggu momen sempurna untuk merasa bahagia. Mulailah menciptakannya dari sekarang, dari hal-hal kecil yang sudah kita miliki. Tersenyum di pagi hari, mengucap alhamdulillah atas kesehatan, atau menghargai kehadiran orang-orang tercinta—itulah bentuk sederhana menciptakan kebahagiaan. Sebab, bahagia bukan soal seberapa lengkap hidup kita, tapi seberapa tulus kita menghargai apa yang ada. 🌿✨

Sering dilupakanImam Ghazali mengingatkan kita bahwa menjaga rahasia teman adalah bentuk amanah yang harus dijaga. Saat ...
12/08/2025

Sering dilupakan

Imam Ghazali mengingatkan kita bahwa menjaga rahasia teman adalah bentuk amanah yang harus dijaga. Saat seseorang mempercayakan rahasianya, itu berarti ia memberikan sebagian dari dirinya yang paling rentan. Mengkhianati kepercayaan ini sama saja dengan melukai hati dan merusak hubungan yang telah dibangun. Menutup aib teman bukan berarti membenarkan kesalahannya, tetapi memberi ruang agar ia bisa memperbaiki diri tanpa merasa dipermalukan di depan orang lain.

Selain itu, diam ketika orang lain membicarakan keburukan teman adalah tanda kedewasaan dan kebijaksanaan. Memperbesar kesalahan yang sedang dibicarakan hanya akan menambah luka, memperburuk nama baik, dan memicu fitnah. Diam di sini bukan berarti membiarkan keburukan berlarut, melainkan menahan diri dari ikut menambah beban dan menjaga agar suasana tidak semakin keruh. Sikap ini menjaga kehormatan, baik bagi teman maupun diri sendiri.

Imam Ghazali juga menegaskan bahwa kita semua memiliki aib yang Allah tutupi. Jika kita membuka aib orang lain, bukankah kita takut Allah akan membuka aib kita? Kesadaran bahwa kita pun tidak sempurna seharusnya membuat kita lebih lembut dalam bersikap kepada sesama. Dengan menutup aib orang lain, kita berharap Allah pun akan menutup aib kita di dunia dan di akhirat. Itulah etika persahabatan yang sejati: saling melindungi, bukan saling menjatuhkan.

🌿 7 Trik Sufi untuk Hidup Tenang di Zaman Serba Cepat 🌿1️⃣ Mulai Hari dengan DiamSebelum menyalakan HP atau membaca pesa...
12/08/2025

🌿 7 Trik Sufi untuk Hidup Tenang di Zaman Serba Cepat 🌿

1️⃣ Mulai Hari dengan Diam
Sebelum menyalakan HP atau membaca pesan yang masuk, duduklah dengan tenang beberapa menit. Tarik napas pelan, ingat Allah, dan niatkan hari ini untuk kebaikan. Sufi percaya, awal hari adalah penentu suasana hati sepanjang hari. Jika hati dimulai dengan tenang, maka masalah pun akan terasa ringan.

2️⃣ Zikir di Tengah Aktivitas
Tidak semua zikir harus dilakukan di tikar sajadah. Sufi sering berzikir sambil berjalan, bekerja, atau menunggu antrean. Gunakan waktu menunggu di lampu merah, saat loading laptop, atau di kasir untuk mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, atau La ilaha illallah. Ini membuat hati tetap hidup di tengah kesibukan.

3️⃣ Melepaskan Kendali
Banyak orang stres karena ingin semua hal berjalan sesuai rencana. Sufi mengajarkan: berusaha sungguh-sungguh, lalu lepaskan hasilnya pada Allah. Melepaskan kendali bukan berarti menyerah, tapi sadar bahwa ada Dzat yang lebih tahu mana yang terbaik untuk kita.

4️⃣ Jawab dengan Lembut
Di dunia yang penuh komentar cepat dan perdebatan panas, kata-kata lembut menjadi penawar yang langka. Sufi melatih diri untuk tetap lembut bahkan saat emosi memuncak. Karena kelembutan bisa menenangkan hati orang lain, dan lebih sering lagi—menenangkan hati kita sendiri.

5️⃣ Syukuri Hal Kecil
Kebahagiaan sering tersembunyi di hal-hal sederhana: secangkir kopi hangat, udara pagi, pelukan anak, atau suara hujan. Sufi membiasakan diri untuk melihat itu sebagai nikmat besar. Dengan mensyukuri hal kecil, hati akan lebih kuat menghadapi hal besar yang belum tercapai.

6️⃣ Jeda Sebelum Menjawab
Sebelum merespons ucapan orang, tahan lidah beberapa detik. Sufi tahu, kata yang keluar tak bisa ditarik kembali. Jeda singkat memberi kita waktu untuk memilih kata yang membawa kedamaian, bukan luka.

7️⃣ Cari Waktu untuk Menyepi
Di tengah dunia yang sibuk, sunyi adalah kemewahan. Sufi menyarankan untuk sesekali mematikan notifikasi, menjauh dari keramaian, dan duduk sendiri. Dalam kesunyian, kita bisa mendengar suara hati dan mengingat kembali tujuan hidup yang sering terlupakan

Kalimat ini mengajarkan kita tentang seni menjaga hati.Tidak semua kata yang sampai ke telinga harus sampai ke hati.Jika...
11/08/2025

Kalimat ini mengajarkan kita tentang seni menjaga hati.
Tidak semua kata yang sampai ke telinga harus sampai ke hati.
Jika ada ucapan yang menyakitkan, ibarat angin kencang, cukup kita tunduk agar ia lewat tanpa merobohkan kita.

Menunduk di sini bukan berarti lemah, tapi bijak—memilih untuk tidak membalas dan tidak menyimpan sakit.
Karena hati yang terus memendam luka akan cepat lelah, sedangkan hati yang dibiarkan lapang akan lebih tenang dan kuat.

🌿 Belajarlah melepas, bukan membalas

“Tidak setiap permintaan bisa kita kabulkan. Tapi cara kita menolak akan meninggalkan jejak di hati.”---1. Dengan Rendah...
11/08/2025

“Tidak setiap permintaan bisa kita kabulkan. Tapi cara kita menolak akan meninggalkan jejak di hati.”

---

1. Dengan Rendah Hati
Seorang sufi menolak tanpa merasa lebih tinggi dari yang meminta. Ia sadar bahwa semua manusia sama-sama hamba Allah, hanya sedang berada di kondisi yang berbeda. Kerendahan hati membuat penolakan terasa ringan di hati orang lain.

2. Dengan Doa
Ketika tidak bisa membantu, ia tetap “memberi” dalam bentuk doa. Bagi sufi, doa adalah hadiah tulus yang bisa melampaui keterbatasan harta dan tenaga. Ini tanda bahwa penolakan tidak berarti berhenti peduli.

3. Dengan Kejujuran
Ia berkata apa adanya, tanpa dalih yang dibuat-buat. Kejujuran menjaga kehormatan dirinya dan kepercayaan orang lain. Dalam pandangan sufi, kebohongan untuk menghindari rasa tidak enak justru meninggalkan luka yang lebih dalam.

4. Dengan Empati
Menolak bukan berarti menutup hati. Sufi berusaha memahami rasa kecewa atau kesulitan yang dialami orang tersebut. Empati membuat bahasa tubuh, nada suara, dan pilihan kata menjadi lebih hangat.

5. Dengan Senyum
Senyum adalah bahasa universal yang mengurangi rasa tegang. Sufi memandang senyum bukan hanya ekspresi wajah, tapi juga tanda kerelaan hati saat berkata “tidak”.

6. Dengan Alternatif
Jika ia tidak mampu memenuhi, ia mencoba memberikan solusi lain: mengarahkan ke orang yang bisa membantu, atau memberi ide yang bermanfaat. Bagi sufi, menolak sambil membuka pintu lain adalah bentuk kasih sayang.

7. Dengan Lembut
Sufi menghindari kata-kata yang tajam atau nada yang kasar. Ia sadar bahwa kata-kata bisa menyembuhkan atau melukai, dan memilih kata yang membalut hati, meski isi pesannya adalah penolakan.

“Bagaimana biasanya kamu menolak tanpa menyakiti hati?”

Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Suluksalik posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Suluksalik:

Shortcuts

  • Address
  • Telephone
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share