26/10/2025
Ketika seseorang menceritakan kekecewaannya terhadap orang lain, sesungguhnya ia sedang membuka bagian paling rapuh dari dirinya. Ia mungkin tidak sedang mencari solusi atau pembenaran, melainkan sekadar ingin didengarkan tanpa dihakimi. Dalam keluh kesahnya, ada pengalaman yang menyakitkan — pengkhianatan, ketidakpedulian, atau rasa tidak dianggap. Dan saat ia memilih untuk berbagi itu denganmu, sebenarnya ia sedang menunjukkan kepercayaan. Ia ingin kamu menjadi ruang yang aman, bukan luka yang baru.
Ungkapan kecewa terhadap orang lain sering kali bukan sekadar cerita masa lalu, tapi juga permohonan halus agar kamu tidak mengulang kesalahan yang sama. Saat ia berkata, “aku kecewa karena mereka tidak mengerti,” itu berarti ia berharap kamu mau berusaha memahami. Ketika ia bercerita tentang diabaikan, sesungguhnya ia sedang meminta: “tolong, jangan abaikan aku juga.” Itulah bahasa diam dari hati yang terluka — ia tidak butuh banyak nasihat, cukup sedikit empati dan kehadiran.
Maka, ketika seseorang curhat tentang kekecewaannya, jangan buru-buru menilai atau membandingkan. Dengarkan dengan hati, bukan dengan logika. Karena di balik setiap keluhan, ada pesan lembut yang tak terucap: “aku ingin kamu berbeda.” Dan jika kamu mampu memahami pesan itu, mungkin kamu akan menjadi satu-satunya orang yang membuatnya kembali percaya bahwa masih ada manusia yang bisa mendengarkan tanpa menyakiti.