Artikel Santri At-Taqwa

Artikel Santri At-Taqwa Kumpulan Artikel Santri Pesantren At-Taqwa Depok

Rihlah Ilmiah Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok Dimulai!!!Santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok mulai belajar di Panda...
28/10/2025

Rihlah Ilmiah Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok Dimulai!!!

Santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok mulai belajar di Pandaan, Jawa Timur. Mereka akan belajar ilmu dan adab selama 1 bulan penuh kepada Ustadz Dr. Ahmad Kholili Hasib dan para ustadz lain di sana, di Madrasah As-Sunnah. Mohon Doanya, semoga para santri mendapat ilmu yang bermanfaat

Berikut beberapa laporan kegiatannya:

1. Rihlah Ilmiah: Cara Membangun Budaya Ilmu Untuk Murid SMP di Pesantren At-Taqwa Depok (https://attaqwa.id/liputan/baca/menjelajah-ilmu-menyapa-sejarah-rihlah-ilmiah-pandaan-2025-dimulai)

Oleh: Ustadz Zein Addien Mubarak
(Wali Kelas Santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok)

2. Santri At-Taqwa Depok Kunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang (https://attaqwa.id/liputan/baca/santri-at-taqwa-depok-kunjungi-masjid-agung-jawa-tengah-semarang)

Oleh: Khairina Noor Habibah
(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 14 th)

3. Tiba di pandaan Jawa Timur Santri At-Taqwa Depok Siap Belajar Ilmu dan Adab Selama 1 Bulan (https://attaqwa.id/liputan/baca/tiba-di-pandaan-jawa-timur-santri-at-taqwa-depok-siap-belajar-ilmu-dan-adab-selama-1-bulan)

Oleh: Ammar Ibrahim
(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 14 thn)

Belajar Untuk Jihad Lawan Kemungkaran IlmuFarrel Ahmad Wijaksana (Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 18 Tahun)Pembina ...
08/10/2025

Belajar Untuk Jihad Lawan Kemungkaran Ilmu

Farrel Ahmad Wijaksana
(Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 18 Tahun)

Pembina Pesantren At-Taqwa Depok, Dr. Adian Husaini, pada Ahad (5/10/25) Ustadz Adian Husaini memberikan ceramah ba’da shubuh mengingatkan para santrinya soal kemestian ujian dari Allah dan kewajiban untuk menghadapinya.

“Dialah (Allah) yang menciptakan kehidupan dan kematian agar menguji siapa di antara kalian yang paling baik amalnya,” tuturnya mengutip Surat Al-Mulk ayat ke-2.

Ustadz Adian menjelaskan makna ayat tersebut sebagai peringatan bahwasannya kehidupan ini adalah “rentetan ujian dan cobaan, di mana hasil ujian kita akan diperlihatkan kelak di akhirat nanti,” dan oleh karena itu kita tidak boleh main-main dalam ujian tersebut.

Ujian itu, katanya, menyesuaikan peran yang Allah tetapkan bagi masing-masing kita. Siapa yang bisa bertanggung jawab atas peran itu, semaksimal mungkin, sesuai aturan yang Allah ridhai, insyaAllah kita bisa lulus ujian dengan nilai tinggi.

“Setiap manusia memiliki perannya masing-masing di dunia ini, yang akan diuji oleh Allah, dan dengan ujian tersebut akan terlihat keimanan yang sungguh bertaqwa ataupun yang dusta; di mana di akhirat perannya akan dipertanggung-jawabkan,” jelasnya.

Ustadz Adian mengatakan, kini, sebagai manusia yang tengah menjalani perannya sebagai seorang santri, ujian utamanya adalah segala aktivitas yang berkenaan dengan ilmu: menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, mengajarkan dan mendakwahkan ilmu.

“Aktivitas keilmuan adalah ‘jalan jihad’, bukan jihad dalam arti perang, namun ‘jihad dan ujian melawan hawa nafsu’,” ujarnya.

Jadi menurut beliau, peran utama para santri usai menuntut ilmu, adalah berjihad dengan ilmu. Ilmu-ilmunya harus digunakan untuk menghadapi segala ujian kehidupannya di kemudian hari.

Dalam konteks Indonesia, salah satu ujian paling berat bagi iman dan akhlak para pemuda Muslim, adalah kerusakan pemikiran akibat rusaknya ilmu.

“Di Indonesia, medan jihadnya lewat pemikiran. Di zaman ini, ujian yang berat adalah ilmu-ilmu yang rusak akibat paham-paham semacam sekularisme-liberalisme, yang menyerang pemikiran kaum muslimin,” tegas Ustadz Adian.

Ia mengingatkan, isme-isme asing dari Barat yang berusaha mendekonstruksi pemikiran Islam harus dibendung; di mana sikap kritis dan adil terhadap wacana-wacana baru yang dinisbatkan kepada Islam harus ditumbuhkan pada setiap diri penuntut ilmu.

Penulis buku Membendung Arus Liberalisme ini menyimpulkan; “kita tidak boleh kalah gigih melawan penjajahan pemikiran oleh Peradaban Barat, sebagaimana kegigihan saudara kita di Palestina melawan penjahan fisik oleh Zionis-Israel”.

Menjawab Tuduhan-Tuduhan Nyeleneh yang Merendahkan Nabi Muhammad, Keluarga dan Sahabat BeliauMafaza Fadhlina Puteri S.(S...
30/09/2025

Menjawab Tuduhan-Tuduhan Nyeleneh yang Merendahkan Nabi Muhammad, Keluarga dan Sahabat Beliau

Mafaza Fadhlina Puteri S.
(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 13 tahun)

Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna. Keimanannya kepada Allah tak perlu diragukan lagi. Kepribadian dan akhlaknya begitu luar biasa. Sangatlah pantas untuk kita meneladani beliau sebagai bentuk ‘ittiba’.

Namun, beliau yang seorang Nabi dan Rasul pun tidak lepas dari ujian yang telah Allah. Ujian yang diberikan pun tidak main-main, yaitu berupa makian, siksaan, dan yang paling berat sekalipun seperti fitnah atau berita palsu (Hadits Ifk).

Faktor utama dari adanya fitnah yang ditujukan kepada Rasulullah adalah karena maraknya orang-rang munafik dan Yahudi yang membenci Rasulullah, dan berakhir dengan maraknya pula fitnah, berita-berita palsu, dan hadits-hadits palsu yang ditujukan kepada beliau, keluarga, dan para sahabat-sahabatnya.

Berikut ini, beberapa contoh dari tuduhan-tuduhan yang tak mendasar yang ditujukan kepada keluarga dan para sahabat-sahabat Rasulullah:

1. Kasus fitnah perselingkuhan ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Shafwan bin Mu’attal.

Diceritakan, bahwa awal dari peristiwa ini adalah ketika kaum Muslimin kembali dari “ekspedisi” penaklukkan Bani Mustaliq. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ternyata tertinggal dari rombongannya karena sedang mencari kalungnya yang hilang di tengah -tengah padang pasir.

Kejadian itu bertepatan pula dengan Shafwan bin Mu’attal yang tertinggal dari rombongannya karena harus mengurus beberapa hal. Shafwan secara tidak sengaja bertemu dengan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha yang seperti sedang mencari sesuatu. Shafwan sempat tidak menyadari bahwa ‘Aisyah lah yang sedang dilihatnya.

Namun saat ia mendekat, Shafwan sangat terkejut, karena ternyata yang ia temukan benar – benar ‘Aisyah binti Abu Bakar – Istri Rasulullah. “Astaghfirullah Istri Nabi!” Demikian ucapnya.

‘Aisyah yang juga terkejut karena ternyata ia telah tertinggal jauh dari rombongannya langsung berdiri dan memikirkan cara agar ia dapat menyusul rombongannya sendiri. Shafwan yang mengendarai unta pun menawarkan ‘Aisyah untuk menaiki unta miliknya, biar ia yang berjalan kaki sembari mengawalnya. Setelah dipertimbangkan, akhirnya ‘Aisyah menyetujuinya.

Sayangnya, rombongan mereka telah sampai lebih dulu ke Madinah. Otomatis, ‘Aisyah dan Shafwan tidak mampu menyusul rombongan mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka tiba di Madinah paling akhir, tanpa mengetahui suatu hal buruk yang akan menimpa mereka.

Benar saja, orang -orang munafik dan kaum Yahudi yang melihat peristiwa itu, langsung saja memulai ‘aksi’ jahat mereka. Mereka menyebarkan semacam fitnah bahwa peristiwa tertinggalnya ‘Aisyah dan Shafwan bin Mu’attal adalah perkara yang ‘disengaja’. Dengan kata lain, mereka telah mengatakan bahwa ‘Aisyah dan Shafwan telah berselingkuh diam-diam.

Sebagian kaum Muslimin percaya akan hal tersebut. Dikarenakan fitnah yang tak kunjung mereda, akhirnya sampailah berita fitnah ini ke telinga Rasulullah – Suami ‘Aisyah sendiri. Rasulullah sangat gusar akan fitnah itu.

Namun beliau menahan hawa nafsunya untuk tidak memarahi ‘Aisyah dan tidak mempercayai fitnah tersebut. Hanya saja, Rasulullah sempat mendiami ‘Aisyah untuk beberapa waktu untuk menentramkan suasana yang semula kian memanas.

‘Aisyah sangat bersedih atas apa yang telah menimpanya. Akibatnya, ia jatuh sakit dan akhirnya meminta izin kepada suaminya untuk memperbolehkannya pulang ke rumah ibunya, dan Rasulullah pun mengizinkannya.

Dampak lain dari peristiwa ini adalah terjadinya perpecahan di antara kaum Muslimin, antara yang percaya dan yang tidak percaya, dan antara yang terhasut dan yang tidak terhasut. Rasulullah akhirnya turun tangan karena khawatir akan terjadi pertumpahan darah di antara kaum Muslimin yang diimpi-impikan oleh orang-orang munafik dan kaum Yahudi.

Rasulullah pun mencoba meyakinkan para pengikutnya bahwa ia percaya kepada ‘Aisyah dan Shafwan bin Mu’attal. Rasulullah pun akhirnya juga meminta pendapat yang jujur dari ‘Aisyah sendiri. Hingga pada akhirnya, turunlah sebuah ayat yang membuat berakhirnya ‘keguncangan’ yang terjadi di antar kaum Muslimin di Madinah.

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang – orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dari dosa yang diperbuatnya, ia mendapat adzab yang besar (pula)” (QS An-Nur: 11)

Setelah ayat ini turun, Rasulullah bergegas untuk pergi ke masjid. Beliau melantangkan suaranya, menyampaikan pesan dari Rabb-nya kepada seluruh penduduk Madinah mengenai akhir dari huru-hara yang terjadi di antara mereka. Maka dari sinilah berakhirnya tuduhan-tuduhan, fitnah, rumor, berita-berita palsu yang ditujukan kepada ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Shafwan bin Mu’attal.

2. Hinaan-Hinaan Kepada Para Sahabat Nabi Muhammad

Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan salah seorang shahabat Rasulullah yang mulia. Ia pun merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) orang yang telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Akan tetapi, seseorang seperti Abu Bakar pun tidak luput dari kejamnya fitnah dan tuduhan yang tak mendasar dari sebuah perkumpulan menyimpang, yang bernama Syiah.

Bayangkan, seorang ulama Syiah ekstrem bernama Ni’matullah Al-Jaziri menyatakan bahwa Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak benar-benar beriman kepada Rasulullah sampai akhir hayatnya. Kemudian ia juga mengatakan bahwa Sayyidina Abu Bakar telah berbuat syirik dengan memakai kalung berornamen berhala. Di mana saat ia shalat di belakang Rasulullah dan bersujud, seolah-olah Abu Bakar bersujud kepada kalung berhalanya.

Tidak hanya kepada Abu Bakar, orang-orang Syiah juga merendahkan Para Shahabat lainnya juga Keluarga Rasulullah. Ada Al-Kulaini (ulama Syiah) mengatakan bahwa semua shahabat Rasulullah telah murtad setelah meninggalkan Rasulullah, kecuali Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi, termasuk Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib serta seluruh keluarganya.

Ada pula Al-Iyashi dan Al-Majlisi mengatakan bahwa meninggalnya Rasulullah adalah akibat dari racun yang diberikan oleh ‘Aisyah dan Hafshah. Al-Iyashi dan Al-Majlisi adalah dua ulama Syiah ekstrem yang mengatakan hal tercela tersebut dalam salah satu kitab Syiah bernama Bihar Al-Anwar.

Yang paling ekstrem, dalam satu kitab Syiah pula yang berjudul Al-Thoharah, pemimpin revolusi Iran—Al-Khumaini—mengatakan bahwa ‘Aisyah, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Mu’awiyyah bin Abu Sufyan secara lahiriah memang tidak najis, namun mereka lebih menjijikkan daripada anjing dan babi. Na’udzubillah summa Na’udzubillah.

Dari keseluruhan fitnah dan tuduhan-tuduhan tidak bermoral yang diberikan oleh kelompok Syiah kepada para Shahabat dan keluarga Rasulullah, berikut tinjauan dari Hadits Rasulullah supaya menjadi pegangan bagi kita untuk menanggapi tuduhan-tuduhan kejam yang ditujukan kepada mereka sehingga kita bisa beradab kepada Para Sahabat dan Keluarga Nabi.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah telah menegaskan larangan mencela para shahabatnya:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

“Jagalah kalian dari mencela para sahabatku. Andaikan kalian bersedekah sebesar Gunung Uhud, maka hal itu tidak bisa mengimbangi sedekah yang dikeluarkan oleh para sahabat, satu mud atau setengahnya” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Rasulullah secara khusus telah menjamin 10 (sepuluh) orang yang akan masuk ke dalam surga.

رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ

“Sepuluh orang akan masuk surga: Abu Bakar masuk surga, Umar bin Khattab masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga, Thalhah masuk surga, Az-Zubair masuk surga, Abdurrahman masuk surga, Sa’ad masuk surga, Sa’id bin Zaid masuk surga dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah masuk surga.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibn Hibban)

Dalam keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seluruh Shahabat Nabi Muhammad adalah manusia yang mulia. Begitu pun seluruh keluarga Rasulullah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka telah mengikuti Rasulullah dalam berdakwah, mengorbankan jiwa, raga, dan harta yang tidak sedikit jumlahnya.

Rasulullah sangat mengecam orang-orang yang mencaci para shahabatnya apalagi keluarganya. Beliau pernah mengatakan:

مَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ

“Barang siapa yang mencintai mereka (kerabat-kerabat dan shahabat), maka berarti mereka juga mencintaiku. Dan barang siapa yang membenci mereka, maka berarti mereka juga membenciku.” (HR Ahmad)

(Artikel ini merupakan pemenang lomba menulis dalam rangka menyambut Maulid Nabi. Mafaza mendapat juara 1 pada tingkat Shoul-Lin/Kelas 1-2 SMP)

Sumber:

1. Karen Amstrong, Muhammad

2. Panduan MUI, Panduan mengenal dan mewaspadai penyebaran dan penyimpangan syiah di Indonesia

3. Dr. Alwi Alatas, Sirah Nabawiyyah

Kalau Ngaku Cinta Nabi, Jangan Berhenti BerdakwahHaufan Hazza Prince Yuliant(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 13 Tah...
30/09/2025

Kalau Ngaku Cinta Nabi, Jangan Berhenti Berdakwah

Haufan Hazza Prince Yuliant
(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 13 Tahun)

Pada bulan Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, terjadi peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah). Hal ini merupakan peristiwa pemisah dan penentu yang berhasil melenyapkan kepercayaan kaum pagan (penyembahan berhala). Darinya bangsa Arab benar-benar dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Semua keraguan mereka sirna dan berbondong-bondong memeluk agama Islam.

Dari sebuah hadits yang dituturkan oleh Amr bin Salamah, yang di mana inti dari hadits tersebut yaitu tentang kondisi orang-orang di seluruh penjuru jazirah Arab setelah mendengar kabar penaklukan kota Makkah. Mereka mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW, lalu mereka bergegas untuk memeluk agama Islam.

Kabar tersebut menunjukan sejauh mana pengaruh penaklukan kota Makkah dalam memperbaiki situasi dan kondisi, memperkuat posisi Islam, dan menentukan sikap bangsa Arab dan kepasrahan mereka secara sadar untuk menerima Islam.

Hal tersebut merupakan keberhasilan dakwah Rasulullah dan pengaruhnya. Rasulullah mengemban tanggung jawab perjuangan dan jihad untuk melepaskan manusia dari kejahiliyyahan, jerat-jerat syahwat, dan pandangan hidup yang materialis. Hingga manusia-manusia ini mulai bersih di dalam lubuk hati dari pengaruh jahiliyyah dan kehidupan materi.

Beliau hidup di dalam keadaan tersebut selama kurun waktu lebih dari 20 tahun. Tidak ada yang bisa menggoyahkan konsentrasi beliau dalam kurun waktu tersebut hingga pada akhirnya dakwah Islam berhasil tersebar dalam lingukp yang sangat luas.

Jazirah Arab tunduk kepada dakwah Islam, debu-debu jahiliyyah sirna, akal dan moral manusia yang selama ini sakit pun menjadi sehat kembali, dan meninggalkan berhala-berhala hingga menghancurkannya.Berkat dakwah ini terwujudlah persatuan bangsa Arab, rasa kemanusiaan yang tinggi, keadilan sosial, serta kesejahteraan manusia dalam setiap urusan dunia dan akhirat.

Itu semua adalah kondisi dakwah ketika Rasulullah masih hidup, lalu bagaimana kondisi dakwah setelah wafatnya beliau? Sesudah wafatnya beliau, wahyu tidak pernah turun lagi, akan tetapi wahyu yang telah turun secara sempurna sejak dari Gua Hira itu telah tersusun dalam satu mushaf Al-Qur’an yang sampai kini masih terjaga kemurniannya.

Al-Qur’an telah dijadikan pedoman yang utama dalam hidup seorang Muslim. Pemahaman akannya ditunjang pula dengan adanya Hadits Nabi, sehingga untuk memahami isinya ada bimbingan Nabi Muhammad. Beliau SAW bersabda “Telah aku tinggalkan pada kamu, yang jika kau ambil akan dia, sekali-kali tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnahku.”

Dengan berbekal keduanya, dakwah terus dilanjutkan oleh para Sahabat kemudian diteruskan oleh ulama-ulama dari zaman wafatnya Rasulullah hingga saat ini. Para ulama kemudian merumuskan ilmu-ilmu agama bagi generasi setelahnya supaya umat Islam tidak asal memahami Qur’an dan Hadits, sehingga bisa terus melanjutkan tugas dakwah atau amar ma’ruf nahi munkar.

Kita semua, selaku orang Islam, khususnya yang sudah berakal dan baligh, mempunyai tugas melanjutkan risalah kenabian Nabi Muhammad: mendakwahkan Islam dan ber-amar ma’ruf nahi mungkar. Tentu tugas itu menyesuaikan kemampuan kita. Sebab Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barang siapa di antara kamu melihat yang mungkar, maka hendaklah diubah dengan tangannya. Barang siapa yang tidak mampu mengubah dengan tanganya hendaklah dia mengubah dengan lidahnya. Jika ia tidak mampu menggunakan lidah, maka hendaklah ubah dengan hati, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ahmad).

Dari hadits tersebut , ada tiga macam cara untuk melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar yaitu dengan tangan, lidah (perkataan), dan hati. Dengan tangan kita dapat memberi keteladanan dan mengubah perbuatan yang mungkar dengan fisik kita, misalnya membela orang yang tertindas atau menegakkan hukum yang adil jika berperan sebagai pemerintah.

Dengan lisan kita memiliki peluang yang banyak dan luas untuk melarang dan juga memerintah. ada berbagai macam caranya, seperti mengajar, berkhutbah, ceramah, menulis, hingga mengarang hal yang menarik dan bermanfaat. Dengan lisan ini tidak semata-mata hanya untuk mencela yang mungkar, tetapi juga untuk lebih menganjurkan yang ma’ruf.

Terakhir yaitu dengan hati. Ini adalah bentuk dari selmah-lemahnya iman seorang muslim. dengan hati kita cukup dengan tidak membenarkan suatu perbuatan mungkar.

Dari contoh-contoh hadits tersebut kita pasti sering menjumpai bentuk dari pengamalanya di lingkungan masyarakat, karena semua orang tentu dapat mengamalkannya. Terlebih lagi, kita sebagai santri yang dididik untuk beradab, beriman, dan bermanfaat bagi orang lain.

Dalam keseharian, kita senantiasa dibimbing untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, baik itu dengan cara public speaking, ceramah, dan menulis artikel. Karena hal itu kita memiliki potensi untuk menyebarkan dakwah Islam ke masyarakat lokal hingga global.

Kesimpulannya, setelah mengetahui sejarah dakwah Rasulullah yang bersusah payah untuk menyebarkan agama Islam, wajiblah bagi kita sebagai umat beliau untuk meneruskan dakwah beliau dan para sahabat serta para ulama terdahulu.

Dakwah adalah bagian penting dari hidup seorang muslim. Sesungguhnya Amar ma’ruf nahi mungkar dapat diamalkan dengan tangan, lisan, maupun hati. Jadi, teruslah membekali diri dengan ilmu dan adab, untuk meneruskan jihad Nabi Muhammad.

(Artikel ini merupakan pemenang lomba menulis dalam rangka menyambut Maulid Nabi. Haufan mendapat juara favorit pada tingkat Shoul-Lin/Kelas 1-2 SMP)

Sumber:

Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, “Sirah Nabawiyah”

Hamka, “Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam”

Baca Sejarah yang Benar, Supaya Bisa Menghargai Jasa Para Pahlawan KitaOleh: Fadhilah Khoyrunnisa (Santri SMA Pesantren ...
28/09/2025

Baca Sejarah yang Benar, Supaya Bisa
Menghargai Jasa Para Pahlawan Kita

Oleh: Fadhilah Khoyrunnisa
(Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 15 Tahun)

Sulit bagi kita untuk menafikan kalau Pangeran Diponegoro, pangeran Jawa yang sejak kecil akrab dengan lingkungan dan tradisi belajar para santri, adalah Pahlawan bagi Islam dan Indonesia. Sebab alasannya berperang melawan Belanda bukan hanya karena penjajah telah mengotori kesucian Keraton Yogyakarta, tapi juga kesucian syariat Islam.

Pangeran Diponegoro adalah salah satu dari sederet pahlawan Islam pra-kemerdekaan yang turut memberi sumbangsih guna menegakkan agama Islam dan menciptakan kehidupan di Indonesia yang berdaulat dan merdeka.

Kemerdekaan Indonesia memang bukan terjadi di masa mereka. Tapi perjuangan mereka merupakan bagian dari rangkaian upaya ratusan tahun menuju kemerdekaan, hingga akhirnya membuahkan hasil.

Kita harus menengok kembali sejarah bahwa bangkitnya jiwa dan raga para pemuda-pemudi untuk melawan penjajah merupakan hasil dorongan dan kobaran semangat yang membara oleh para pejuang dan ulama-ulama terdahulu.

Melalui beragam metode, khususnya mengajar dan menulis banyak buku, para ulama telah menyadarkan dan menanamkan tekad yang kuat bagi masyarakat terkhusus pemuda-pemudi untuk bangkit melepas diri dari belenggu penjajah dengan segala kemelaratan yang dialami.

Kita tahu kalau Soekarno-Hatta adalah sosok yang hebat, terlebih Soekarno adalah yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun jangan pula hal itu membuat kita mengesampingkan posisi para pahlawan muslim-muslimah. Jasa mereka tidak kalah luar biasa. Kontribusi mereka bahkan tampak begitu nyata di lapangan perjuangan.

Pemahaman kita mengenai keagungan posisi pahlawan Indonesia, khususnya pahlawan Islam, coba diruntuhkan oleh Sutan Taqdir Alisyahbana. Ia menolak pandangan sejarah sentris: segala hal yang telah terjadi sebelum abad ke-20 (sebelum kemerdekaan) bukan lagi termasuk ke dalam ranah “Indonesia”.

Bagi Alisyahbana, Indonesia ialah negara yang baru. Indonesia bagaikan “barang yang baru”, yang perlu asas dan orientasi baru, yakni Peradaban Barat, bukan melulu menengok sejarah yang erat kaitannya dengan kultur Timur (Islam).

Begitulah cara ia melupakan segala jasa dan pengorbanan para pahlawan semacam Pangeran Diponegoro dari sejarah Indonesia. Jelas pandangan itu tidak sesuai dengan fakta sejarah dan cenderung mencederainya.

Sekian abad Indonesia berada di bawah tatanan penjajah, kesengsaraan dan kegeraman senantiasa meliputi diri masyarakat. Kehadiran para pahlawan dan ulama membawa perubahan yang begitu signifikan.

Mereka menyuarakan semangat juang menjadi penolong hidup bagi masyarakat awam. Tekad mereka yang tidak pernah ciut sedikit pun walau beragam cobaan dihadapkan serta kegigihan mereka untuk berjuang tidak akan pernah pupus. Keteguhan dan keimanan senantiasa menguatkan tekad para pejuang guna meyakini akan takdir Allah yang akan membebaskan umatnya dari kesengsaraan.

Maka, baca sejarah dengan benar, niscaya kita tidak akan mengkhianati para pahlawan kita sendiri.

(Tulisan ini merupakan rangkuman dari pembelajaran Sejarah Peradaban Islam di Indonesia oleh Ustadz Ahda Abid al-Ghiffari, Kamis, 11/9/25)

Meneladani 6 Akhlak Nabi Muhammad, Niscaya Bahagia Dunia-AkhiratOleh: Ahmad Ganendra Castra (Santri SMP Pesantren At-Taq...
28/09/2025

Meneladani 6 Akhlak Nabi Muhammad, Niscaya Bahagia Dunia-Akhirat

Oleh: Ahmad Ganendra Castra
(Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 13 Tahun)

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya meneladani Nabi Muhammad Kenapa? Karena beliau adalah seorang yang paling sempurna, terpuji dan berakhlak mulia juga dicintai dan dijaga hatinya oleh Allah SWT. Nabi Muhammad

Ada banyak sekali sifat dan akhlak mulia yang dapat kita teladani dari kehidupan Rasulullah. Tidak hanya mengajarkannya, beliau juga mencontohkannya kepada kita. Beberapa di antaranya:

Pertama, penyabar. Nabi Muhammad selalu bersabar atas apa yang menimpanya dan umat muslim. Contohnya: Pada kala itu, manusia berada pada zaman kejahiliyahan. Mereka tidak menyembah Allah SWT sebagaimana yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya, berakhlak buruk dan memiliki kebiasaan yang kurang baik.

Kedatangan Nabi Muhammad yang menyampaikan dakwah secara terbuka, sangatlah dibenci dan ditentang oleh kaum kafir Quraisy, terutama para petinggi-petingginya. Rasulullah mendapat perlakuan yang buruk, seperti dicaci-maki, didustakan, diganggu dan bahkan hendak dibunuh.

Walaupun demikian beliau dilindungi oleh keluarga dan para sahabatnya. Rasul tidak pernah membalas dan senantiasa bersabar serta hanya bertawakal kepada Allah SWT. Akan tetapi sabar bukan berarti menyerah pada kezaliman, sabar adalah berjuang mengubah keadaan yang buruk.

Kedua, Tawadhu’. Rasulullah selalu rendah hati, salah satunya ketika Beliau sering meminta pendapat orang lain. Contohnya: Pada suatu saat kaum Muslimin hendak melakukan suatu peperangan. Sebelum itu, seperti biasanya, Rasulullah melakukan musyawarah terlebih dahulu.

Sebenarnya Rasul lebih memilih bertahan di kota Madinah. Akan tetapi beberapa sahabat menyarankan agar peperangan dilakukan di luar kota Madinah, dengan berbagai alasan yang masuk akal. Rasul menyetujui dan menerima usulan tersebut.

Inilah salah satu sebab yang menjadikan Rasulullah Saw adalah pemimpin yang baik. Karena Beliau tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga seluruh orang yang Beliau pimpin (tidak egois).

Ketiga, tidak bermewah-mewahan. Umar bin Khattab pernah mengunjungi Rasulullah Saw. Ketika itu Rasul baru bangun tidur. Umar menangis melihat bekas-bekas tikar yang menempel di pipi Rasul.

Padahal para pemimpin dan penguasa lain dapat hidup mewah. Nabi Muhammad berkata, “Bahwa nilai seseorang itu tidak ditentukan oleh hartanya, tetapi pada kemampuannya, menyebarkan kebahagiaan untuk orang lain”.

Keempat, mencintai sesama manusia. Rasulullah bersabda, “Kalian belum benar-benar beriman sebelum berkasih sayang.” Nabi begitu berkasih sayang kepada orang-orang sekitar. Rasul diakui sebagai orang yang paling baik dan pemurah. Beliau selalu menyapa dengan kata-kata yang baik, bahkan sambil mendoakan mereka.

Nabi Muhammad juga begitu menyayangi anak-anak. Contohnya: Zaid bin Haritsah adalah budak yang Khadijah berikan kepada Rasul. Akan tetapi Rasul tidak memperlakukannya seperti budak. Malahan Rasul Saw memperlakukannya dan menganggapnya seperti anak sendiri.

Bahkan pada suatu saat, ketika ayah dan paman Zaid ingin menjemputnya untuk pulang, Zaid sendiri yang mengatakan, bahwa ia ingin tetap bersama Rasulullah. Beliau juga sering mendoakan anak-anak yang melewatinya. Beliau juga menyatakan kecintaannya terhadap mereka, kepada Allah Swt.

Kelima, pengasih, dermawan juga peduli. Rasulullah bukanlah orang yang pelit. Beliau sering bersedekah kepada orang yang kurang mampu. Contohnya: Pada suatu hari, seorang pemuda datang kepada Rasul, lalu Rasul memberinya domba dengan jumlah yang sangat banyak. Ketika pemuda itu pulang ke kampungnya, ia berseru, wahai kaumku, Islamlah kalian semua.

Nabi Muhammad tidak pernah segan-segan membantu pekerjaan istrinya, sahabatnya dan bahkan orang lain. Beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan orang lain. Prinsip beliau, selama memiliki sesuatu dan ada orang yang sangat membutuhkannya, beliau akan segera memberikannya.

Pemberani. Nabi Muhammad bukanlah sosok yang penakut. Bahkan beliau selalu menjadi penenang bagi kaum Muslimin. Contohnya: Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suara menyeramkan. Lalu banyak penduduk yang mendatangi asal suara tersebut.

Akan tetapi di tengah jalan, mereka berpas-pasan dengan Rasul, yang telah pergi ke tempat itu terlebih dahulu. Beliau berkata, jangan panik, sambil mengendarai kuda pinjamannya dengan santai.

Sumber:
1. Dr. Alwi Alatas, “Sirah Nabawiyah Ringkas”

2. Syamsul Rijal Hamid, “Mengenal lebih dekat Nabi Muhammad SAW”

3. Eka Wardhana, “Muhammad teladanku, ensiklopedia Muhammad”

(Artikel ini merupakan pemenang lomba menulis dalam rangka menyambut Maulid Nabi. Ahmad mendapat juara 2 pada tingkat Shoul-Lin/Kelas 1-2 SMP)

Masalah Tuhan Terjadi di Barat, Orang Islam Tidak Perlu Ikut-IkutanOleh: Fatimah Syiharani(Santri SMA Pesantren At-Taqwa...
25/09/2025

Masalah Tuhan Terjadi di Barat, Orang Islam Tidak Perlu Ikut-Ikutan

Oleh: Fatimah Syiharani
(Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok, 16 Tahun)

Mengapa dalam dunia yang dewasa ini, ajang sepak bola lebih di Tuhankan ketimbang Tuhan itu sendiri yang pada akhirnya ditinggalkan? Terdapat pernyataan nyeleneh juga kalau di Italia ada dua agama: Katolik dan Ferrari.

Tapi persoalan ini bukan tentang sepak bola maupun Ferrari. Naasnya inilah yang terjadi di Barat, kedudukan Tuhan tidak penting lagi, bahkan kata Nietzsche, Tuhan telah mati karena kita telah membunuhnya.

Di satu sisi ia terjadi karena derasnya arus Sekularisme. Di sisi lain terdapat pula problem internal teologi Kristen, sampai-sampai Teolog Belanda Dr. C. Groenen Ofm mengakui bahwa seluruh permasalahan dalam dunia kristologi dalam dunia Barat berasal dari kenyataan bahwa di dunia Barat, Tuhan menjadi satu problem.

Pakar pemikiran Islam dan Barat, Dr. Nirwan Syafrin, dalam satu mata kuliah “Reading Islam and Secularism”, menjelaskan bahwa memang, konsep Tuhan bagi Barat, tidak pernah tetap. Tuhan dalam teori korespondensi, tidak dapat dibuktikan. Begitu pula Tuhan secara Rasional.

Hal itu bertambah parah ketika Tuhan di Barat didasari percampuran konsep dari beberapa agama: Theos (Yunani), YHWH (Yahudi), Deus (Barat Metafisik), Dewa-Dewa (Jerman pra Kristen). Belum lagi dengan adanya trinitas, sehingga apa pun konsepnya ujungnya harus dengan trinitas sebagai asas penting.

Percampuran berbagai unsur itu, akhirnya membuat Tuhan di Barat sulit untuk diketahui dan dimengerti. Para teolog sulit menjelaskan tentang Tuhan. Para intelektual gagal membuktikan adanya Tuhan. Bertambahlah krisis keraguan mereka terhadap kewujudan Tuhan.

Tuhan di sana diyakini oleh banyak pemikir dan saintis bertentangan dengan akal manusia. Lahirlah orang-orang semacam Giordano Bruno, Isaac Newton dan Charles Darwin yang mendepak eksistensi Tuhan demi mengembangkan teori sainsnya.

Intinya, di Barat, tidak ada yang dapat memastikan kebenaran Tuhan, sehingga mau tidak mau berujung pada masalah keimanan. Hingga akhirnya konsep Ketuhanan tidak lain layaknya benang kusut, mendekati Gordian Knot.

Para teolog maupun pemikir mengatakan bahwa konsep Tuhan sengaja dibuka agar dapat berkembang sepanjang masa, layaknya seorang manusia. Penafsiran tentang Tuhan yang tidak final, dianggap bukan penghambat perkembangan.

Keraguan terhadap Tuhan, bagi mereka, harus ditafsirkan sebagai petunjuk arah di mana perkembangan harus dikejar. Perubahan dan perkembangan harus diniscayakan. Tidak ada yang pasti kecuali kepastian akan perubahan.

Hal inilah yang menjadi masalah serius di kalangan Barat. Konsep Tuhan telah membuat mereka ragu. Karena dianggap irasional, manusia Barat merasa perlu mencari tuhan baru yang lebih rasional. Ketika tetap dirasa sulit, cukup dibunuh (disingkirkan) dari pikiran manusia.

Karena konsep tentang Tuhan tidak jelas, kata Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam bukunya, “Misykat”, manusia modern membutuhkan penafsiran ulang atas Bible dengan Hermeneutika hingga otoritas Teolog pun tersingkirkan.

Penafsiran atas Tuhan bersifat bebas bagi tiap manusia, tidak ada lagi otoritas yang diakui. “Ijtihad tentang Tuhan terbuka lebar untuk semua”, ucap Prof. Hamid. Teologi pun tunduk pada Filsafat, akibat pengkritikan atas bible kian merebak. Hingga ujungnya melahirkan epistemologi yang ateis

Maka sangatlah mengherankan jika umat Islam yang konsep ketuhanannya sudah sempurna dan final dan tetap melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, layaknya manusia FOMO (Fear Of Missing Out), ikut-ikutan peradaban Barat dalam pencarian kebenaran Tuhan yang tak berujung.

Sekularisme, yang melahirkan pandangan bahwa Tuhan dan agama tidak penting, kata Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadwi dalam tulisannya “Ancaman Baru dan Pemecahannya”, benar-benar telah mengancam masyarakat Muslim, sekalipun di negara Islam atau yang mayoritasnya Muslmi.

Bahkan katanya, hampir tidak ada keluarga yang masih beruntung tak memiliki anggota keluarga yang menganut kepercayaan ini, yakni sekularisme sebagai fenomena intelektual modern. Kepercayaan atau pandangan yang mengancam iman melalui sesat pikiran.

Address

Pesantren At-Taqwa Depok
Depok
16413

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Artikel Santri At-Taqwa posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Artikel Santri At-Taqwa:

Share