19/04/2022
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. 2:183)
Hari ini, Selasa tanggal 19 April 2022, merupakan Ramadhan ke - 16 bagi umat islam yang menjalankan puasa, begitupun jamaah Mushola Baitul Muslimin Kampung Dukuhan Desa Tunggak. Suasana Ramadhan juga terasa jelas di lingkup organisasi GP. Ansor Ranting Tunggak dengan adanya kegiatan Tarawih Keliling (TARLING) dan Tadarus yang rutin dilaksanakan setiap hari Selasa sejak tanggal 5 April 2022. Sebagaimana sudah dijadwalkan, tarling hari ini diisi oleh Ustadz Muhammad Nur Wachid yang sekaligus sebagai Ketua PAC Toroh.
Dalam tausyiahnya, Beliau menyampaikan hakikat tujuan berpuasa. Puasa seperti disyariatkan oleh Allah swt kepada hamba-Nya dapat mengubah diri kita menjadi pribadi bertaqwa. Sebagaimana yang termaktub dalam ayat diatas, “La‘allakum tattaqūn”. Inilah yang menjadi prestasi seorang hamba. Makna Taqwa menurut Imam Qusyairi, seorang ulama, wali Allah, ahli tasawuf tersohor dari Iran, 376 H / 986 M. Semoga Allah merahmati dan memuliakannya.
Menurut Imam Qusyairi kata “TAQWA” mengandung empat simbol huruf, yakni huruf Ta’ ( ﺖ ) yang bermakna Tawadlu , huruf Qof ( ﻖ ) mempunyai arti Qona’ah, huruf Wawu ( ﻮ ) berarti Wara’, dan huruf Ya’ ( ﻯ ) berarti Yaqin.
Dari susunan kata tersebut maka seseorang dapat disebut telah memperoleh derajat taqwa apabila memiliki 4 (empat) sifat, antara lain :
Pertama, Tawadlu’.
Tawadlu’, adalah sikap rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, tidak takabbur, tidak mau menonjolkan diri dan jauh dari arogansi, walaupun Allah SWT telah memberikan kelebihan padanya, kelebihan harta jadi orang kaya, kelebihan ilmu jadi orang alim, kelebihan fisik jadi orang tampan dan cantik, kelebihan kekuasaan punya pangkat, jabatan, kedudukan. Orang tawadlu menganggap bahwa semua kelebihannya adalah amanah, titipan Allah SWT yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan.
Sifat tawadlu menumbuhkan rasa persamaan, kesamaan, menghormati, menghargai, toleransi, rasa senasib dan cinta keadilan. Tetapi sebaliknya sifat takabbur membawa seseorang kepada budi pekerti yang rendah dan hina seperti dengki, marah, mementingkan diri, ingin menang sendiri dan s**a menguasai orang lain.
Kedua, Qona’ah
Qona’ah adalah menerima apa adanya, menerima yang sedikit, ridlo dengan segala pemberian, karunia yang menjadi keputusan Allah. Menurut Al Ghazali, orang qona’ah adalah orang yang merasa kaya meskipun tidak kaya, dirinya merasa cukup dengan apa yang telah diberikan, dilimpahkan, dianugerahkan Allah kepadanya, ia tidak mau tergiur mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati, ia menjadi merdeka karena ridlo (menerima apa adanya) segala keputusan Allah. Rasululloh SAW bersabda : “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, tetapi kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa” ( HR.Tabrani).
Orang qona’ah selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT, seberapapun itu hasil yang kita dapatkan harus diterima dengan lapang dada. Orang qona’ah tidak mudah menyerah, putus asa dan kecewa jika hasil yang sudah kita usahakan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Ketiga, Wara'.
Wara’ adalah sikap berhati-hati, menahan diri, menjaga diri, menjaga kesucian diri yaitu menahan diri dari hal-hal yang tidak baik (haram), tetapi juga menahan diri hal-hal yang tidak jelas, tidak pantas (syubhat), meninggalkan yang meragukan dan mengambil yang terpercaya.
Orang yang wara’ selalu selektif dan berhati-hati terhadap sesuatu, dia berhati-hati betul dalam berucap, bersikap, bertindak, juga dalam memutuskan segala sesuatu yang terkait dengan dirinya. Karena itu peluang selamatnya menjadi lebih besar.
Rasululloh SAW bersabda : “Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling tinggi (kualitas) ibadahnya “ ( HR. Ibnu Majah )
Keempat, Yaqin.
Imam qusyairi menyebutkan, yaqin itu adalah ketetapan ilmu yang tidak berputar putar dan tidak terombang ambing serta tidak berubah rubah dalam hati. Nabi saw bersabda “Yang sangat aku takuti terhadap umatku adalah lemahnya keyakinan mereka”.
Dalam kehidupan ini seseorang harus bersikap optimis kendati perjalanan hidup tidak selamanya manis. Tidak ada satupun yang tidak bisa diraih, tetapi syaratnya jangan ragu, sebab keraguan hanya menunjukkan bahwa tekad kita belum maksimal, tak ada kebaikan dalam keraguan, yaqinlah dengan seyaqin-yaqinnya bahwa Allah kuasa mengabulkan hajat hambanya, dengan keyaqinan yang mustahil akan bisa menjadi kenyataan, tetapi tanpa keyaqinan, kepastian akan menjadi sirna.
Allah itu sesuai prasangka hambanya, bila kita yaqin bahwa Allah akan menolong kita, maka Allah benar-benar akan menolong kita, bila kita yaqin bahwa Allahmengabulkan doa kita, maka Allah benar-benar akan mengabulkan doa kita.
Mudah-mudahan kita semua yang hadir di mushola ini termasuk orang-orang yang bertaqwa, taqwa yang sebenar-benarnya, taqwa yang tidak hanya di bibir saja, atau hanya kata-kata belaka yang tak bermakna, tapi taqwa yang menyatukan satunya lisan dengan perbuatan, satunya ucapan dengan tindakan, satunya kata dengan praktika, satunya dakwah dengan lampah, satunya ucap dengan sikap dan satunya teori dengan manifestasi.
Tidak lupa, Beliau juga mengingatkan dan mengajak semua kader dan para jamaah untuk memaksimalkan kegiatan Tarling sebagai media silaturahmi dan syiar.
Gerakan Pemuda Ansor Ranting Tunggak membagi jadwal dalam 5 kali kunjungan pada setiap malam Rabu. Hal ini dilakukan guna memfasilitasi sosilaisasi keansoran secara merata. Dampak positif yang dirasakan oleh para pengurus adalah bertambahnya anggota baru disetiap agenda Tarling yang turut serta mengikuti kegiatan ini. (Saprol/Tian)