Konsultan BANK Injil

Konsultan BANK Injil Dipanggil Menjadi Pelayan (abdi) bagi semua

30/10/2025

Penderitaan dalam Terang Injil: Bukan Tujuan, Tapi Jalan
==========
📖 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.” (Filipi 1:29)

🔹 Pendahuluan: Dunia yang Takut Menderita, dan Injil yang Menguduskan Penderitaan
Dunia modern mengajarkan manusia untuk menghindari penderitaan dengan segala cara. Segala hal diukur dari kenyamanan, efisiensi, dan keuntungan pribadi. Iklan-iklan menjual kebahagiaan instan; sistem-sistem sosial menolak kesulitan; bahkan banyak yang beragama pun menjadikan “hidup tanpa penderitaan” sebagai tanda berkat.
Namun, Injil Kerajaan Allah menunjukkan jalan yang sangat berbeda. Injil tidak menjadikan penderitaan sebagai tujuan hidup, tetapi menyingkapkan bahwa penderitaan — jika dijalani dalam terang kasih dan kebenaran Allah — adalah jalan yang menuntun kepada kemuliaan, keserupaan dengan Kristus, dan partisipasi dalam karya Allah yang kekal.
Yesus sendiri, Anak Allah yang penuh kasih dan kuasa, tidak menghindar dari penderitaan. Ia tidak mencarinya demi kebanggaan rohani, tetapi menerimanya sebagai bagian dari ketaatan kepada Bapa. Dalam penderitaan-Nya, terbukti kesetiaan dan kasih-Nya kepada Allah serta kepada manusia. Maka, bagi mereka yang menjadi milik Kristus, penderitaan bukanlah kutuk, melainkan kesempatan untuk ikut serta dalam jalan Kerajaan.

🔹 1. Penderitaan dalam Rencana Allah: Jalan, Bukan Tujuan
Alkitab tidak pernah menggambarkan penderitaan sebagai hal yang dicari, tetapi sebagai bagian dari jalan ketaatan. Dalam Kejadian, manusia jatuh ke dalam dosa, dan sejak itu penderitaan menjadi bagian dari dunia yang rusak. Namun melalui Kristus, penderitaan yang tadinya menjadi kutuk kini dapat diubah menjadi sarana pemurnian.
Dalam Roma 8:17–18, Paulus menulis:
“Jika kita menderita bersama-sama dengan Kristus, kita juga akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Artinya, penderitaan bukan titik akhir, melainkan pintu menuju kemuliaan. Jalan salib tidak berhenti di Golgota, tetapi menembus kubur kosong menuju kebangkitan.
Yesus tidak mengajarkan murid-murid-Nya untuk mencari rasa sakit, melainkan untuk mengambil salib — tanda penyerahan diri kepada kehendak Allah (Luk 9:23). Ini bukan penderitaan karena kesialan, kejahatan, atau kebodohan manusia, tetapi penderitaan yang lahir dari ketaatan dan kesetiaan di tengah dunia yang menolak kebenaran.

🔹 2. Dua Jenis Penderitaan: Buatan Dunia vs Jalan Kristus
Dalam terang Injil, tidak semua penderitaan sama. Ada penderitaan yang diciptakan manusia sendiri, dan ada penderitaan yang diperkenankan Allah sebagai bagian dari proses pemurnian dan kesaksian.
1. Penderitaan karena kebodohan atau dosa.Ini adalah penderitaan yang timbul karena melawan hukum kasih Allah: hidup sembrono, mengabaikan nasihat, menipu, serakah, atau egois. Petrus mengingatkan:“Sebab penderitaan karena berbuat jahat tidak membawa kemuliaan.” (1Ptr 4:15)Banyak orang menderita bukan karena Injil, melainkan karena hidup tidak benar.
2. Penderitaan karena kebenaran.Ini adalah penderitaan yang dialami karena memilih hidup dalam terang Kristus. Dunia menolak kasih yang sejati karena kasih itu menelanjangi kejahatan. Yesus berkata:“Berbahagialah kamu yang dianiaya karena kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10)
Jadi, penderitaan dalam Injil bukanlah siksaan tanpa makna, tetapi tanda bahwa kita berjalan di jalur yang benar — jalur salib, jalur kasih yang menolak kompromi dengan dosa.

🔹 3. Penderitaan: Sekolah Kasih, Iman, dan Pengharapan
Penderitaan yang dijalani bersama Kristus bukan sekadar ujian kesabaran, melainkan sekolah kasih, iman, dan pengharapan.
Setiap air mata menjadi tinta untuk menulis kisah kesetiaan.
• Kasih diuji melalui penderitaan.Tanpa penderitaan, kasih mudah menjadi teori. Dalam penderitaan, kasih terbukti — seperti kasih Kristus yang rela menanggung salib demi manusia berdosa.“Kasih itu sabar, kasih itu murah hati... menanggung segala sesuatu.” (1Kor 13:4,7)
• Iman dimurnikan melalui penderitaan.Iman bukan sekadar pengakuan bibir, tetapi kepercayaan yang tetap berdiri ketika tidak ada alasan duniawi untuk tetap percaya. Petrus menulis:“Pencobaan-pencobaan itu dimaksudkan untuk membuktikan kemurnian imanmu.” (1Ptr 1:7)
• Pengharapan dikuatkan melalui penderitaan.Dunia menawarkan harapan palsu — “semua akan baik-baik saja” — tetapi Injil memberi pengharapan sejati: “Semua akan diperbaharui di dalam Kristus.” Paulus berkata:“Penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan.” (Rm 8:18)
Penderitaan yang dihidupi dengan iman bukanlah kehancuran, melainkan proses kelahiran baru: melatih kita untuk mengasihi tanpa pamrih, percaya tanpa bukti, dan berharap tanpa melihat.

🔹 4. Kristus: Teladan dan Sumber Kekuatan di Tengah Penderitaan
Yesus tidak hanya mengajarkan tentang penderitaan — Ia mengalaminya. Ia menjadi manusia, merasakan lapar, ditolak, difitnah, dikhianati, dan disalibkan. Tetapi di tengah semuanya itu, Ia tidak kehilangan kasih. Ia tetap mengampuni. Itulah kemenangan sejati: bukan menghindar dari penderitaan, tetapi menaklukkannya dengan kasih.
Dalam diri Yesus, kita melihat bahwa penderitaan tidak meniadakan kuasa Allah, tetapi justru menyingkapkannya.
Salib bukan kegagalan, tetapi mahkota kemenangan kasih.
Oleh karena itu, murid-murid yang hidup dalam Kristus tidak lagi takut menderita. Mereka tahu bahwa:
“Segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah.” (Rm 8:28)
Kekuatan untuk bertahan bukan berasal dari diri sendiri, melainkan dari Kristus yang hidup di dalam kita. (Gal 2:20)

🔹 5. Penderitaan dan Partisipasi dalam Misi Kerajaan
Penderitaan bukan sekadar pengalaman pribadi, melainkan bagian dari misi Kerajaan Allah di bumi. Ketika seseorang setia di tengah penderitaan karena Injil, ia sedang menjadi saksi bagi dunia.
Ia sedang menunjukkan bahwa kasih lebih kuat daripada kebencian, dan bahwa kebenaran tidak dapat dikalahkan oleh ancaman atau penderitaan.
Rasul Paulus menulis dari penjara:
“Rantaimu telah menjadi kemajuan bagi Injil.” (Flp 1:12–14)
Inilah misteri Kerajaan Allah: justru di tengah penderitaan, Injil paling nyata bersinar. Dunia mungkin membungkam suara saksi-saksi Allah, tetapi tidak dapat membungkam kasih yang bekerja di dalam mereka.
Penderitaan karena Injil adalah bagian dari pekerjaan Allah di dunia. Ia memurnikan hati, menyatukan tubuh Kristus, dan membuka jalan bagi orang lain untuk melihat kemuliaan Allah.

🔹 6. Penderitaan yang Dihidupi dalam Persekutuan, Bukan dalam Kesendirian
Injil tidak pernah mengajarkan penderitaan yang soliter. Gereja — tubuh Kristus — dipanggil untuk saling menanggung beban.
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!” (Gal 6:2)
Dalam Kerajaan Allah, penderitaan menjadi persekutuan kasih:
• Satu anggota menderita, semua turut merasa.
• Satu anggota dihibur, semua turut bersukacita.
• Satu anggota tetap berdiri teguh, semua dikuatkan.
Ketika tubuh Kristus hidup dalam kasih semacam ini, dunia akan melihat perbedaan nyata antara sistem dunia yang saling menindas dan sistem Kerajaan Allah yang saling menopang.

🔹 7. Buah dari Penderitaan: Kematangan dan Kemuliaan
Setiap penderitaan yang dijalani bersama Kristus melahirkan buah:
• Karakter yang terbentuk (Rm 5:3–4)
• Ketaatan yang teruji (Ibr 5:8)
• Pengharapan yang tidak mengecewakan (Rm 5:5)
• Kasih yang murni (1Ptr 1:22)
Ketika kita melewati penderitaan dengan hati yang tetap melekat pada Kristus, kita sedang diubah dari dalam — bukan hanya menjadi lebih kuat, tetapi menjadi lebih serupa dengan Sang Raja.
Akhir dari jalan penderitaan bukanlah kehancuran, melainkan kemuliaan. Yesus bangkit. Itulah janji bagi semua yang berjalan di jalan-Nya:
“Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia.” (2Tim 2:11)

🔹 Penutup: Menjadikan Penderitaan Sebagai Jalan Ketaatan
Penderitaan bukan tujuan hidup orang percaya, tetapi jalan menuju keserupaan dengan Kristus. Dunia memandang penderitaan sebagai kegagalan, tetapi Kerajaan Allah memandangnya sebagai kesempatan untuk membuktikan kasih dan kesetiaan.
Kita tidak perlu menciptakan penderitaan, tetapi juga tidak boleh lari darinya ketika datang karena kebenaran. Sebab di situlah kita mengenal Allah lebih dalam — bukan lewat teori, tetapi lewat perjumpaan yang nyata di tengah luka dan air mata.
Maka, ketika kita menghadapi penderitaan, jangan bertanya “mengapa aku?”, tetapi “untuk apa Tuhan mengizinkan ini?”
Sebab di balik setiap salib, selalu ada mahkota.
Dan di balik setiap air mata, ada kemuliaan yang sedang disiapkan bagi mereka yang setia berjalan bersama Kristus.

🕊️ Pesan Penutup:
Saudaraku, penderitaanmu bukan sia-sia. Bila engkau menanggungnya dalam Kristus, itu menjadi jalan di mana kasih Allah mengalir keluar dari hidupmu kepada dunia.
Jangan jadikan penderitaan sebagai tujuan atau kebanggaan, tetapi sebagai jalan menuju pengenalan yang lebih dalam akan Dia yang telah lebih dahulu menderita karena kita — Yesus Kristus, Raja atas Kerajaan Allah yang kekal. OZ

26/10/2025

"Penderitaan Dalam Terang Injil: Bukan Tujuan, Tapi Jalan"âś…

Address

Gunungsitoli

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Konsultan BANK Injil posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share