TEVlT0T0 0fficial

  • Home
  • TEVlT0T0 0fficial

TEVlT0T0 0fficial Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from TEVlT0T0 0fficial, Jalan trikora, .
(1)

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (3)by : RASTRA KSATRIAYura berjalan terburu-buru masuk ke dalam halaman rumah setelah ...
20/03/2025

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (3)
by : RASTRA KSATRIA

Yura berjalan terburu-buru masuk ke dalam halaman rumah setelah turun dari taksi, tangannya mengepal erat dengan gemuruh jantung di dada. Begitu tiba di depan pintu ia langsung masuk dan berlari menuju kamar.

“Hei… tunggu dulu, dari mana kamu!”
Seketika langkahnya terhenti begitu suara lantang ibunya terdengar di telinga. Yura berusaha menenangkan perasaannya yang saat ini bagai rollercoaster, jangan sampai ibunya curiga dengan keadaannya saat ini.

Sesaat sebelum turun dari taksi, ia sudah memastikan penampilannya serapi mungkin agar orang rumah tidak curiga. Ia memejamkan mata lalu berbalik dengan senyum seolah semuanya berjalan normal.

“Iya, Ma?” responnya berusaha memasang wajah setenang mungkin.

Sang ibu melangkah menghampirinya dengan tatapan menyelidik, Yura membenci sekali tatapan itu karena sialnya, sorot itu selalu saja jeli. Ia hanya berharap saat ini kejelian mata ibunya tidak berfungsi.

“Kamu dari mana saja, jam segini baru p**ang. Mama ingat semalam kamu tidak p**ang?" Tudingan ibunya itu benar sekali adanya.

“Oh, iya Ma. Maaf, semalam aku nginap di apartemen, lupa kasi tahu Mama. Aku kemari mau ngambil barang yang aku akan bawa ke sana. ya udah Ma, aku masuk dulu, ya…”

Tanpa menunggu respon sang ibu, Yura dengan cepat melangkahkannya kakinya menuju kamar dan masuk ke dalam. Ia bersandar pada daun pintu hingga tak kuasa menahan tvbvhnya dan terduduk di lantai.

Menutup mulutnya dengan kedua tangan, jantungnya tidak berhenti bergemuruh, menyesali perbuatannya semalam.
“Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Aku tidur dengan pria asing dan kami melakukannya tanpa pengaman. Bagaimana kalau…”

Tangannya refleks menyentuh perut ratanya. Perasaannya semakin tak karuan.
“Tidak, ini tidak boleh terjadi. Kalau sampai aku hamil bagaimana? Aku pasti akan mendapatkan masalah besar. Orang tuaku dan mertuaku pasti akan membvnuhkv, bagaimana ini?”

Yura mengusap wajahnya dengan gusar, untuk beberapa saat ia hanya terduduk di tempat itu, pikirannya kacau membayangkan bagaimana nasibnya nanti jika ketahuan. Barulah ia menyadari kenapa ia bisa sampai nekat memenuhi tantangan itu tanpa pikir panjang?

“Sial..sial…!” Ia kembali merutuk dirinya sendiri sebelum perlahan berdiri dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Yura kembali di buat syok setengah mati saat melihat tubuh polosnya di penuhi bercak merah di sekujur tubuh terutama di bagian d@d@.

“Ya Tuhan… apa ini semua. gila…gila…!” Yura menyentuh bekas memerah itu dengan tangan kecilnya yang gemetar. Seketika air matanya pun mengalir, ia dilanda ketakutan, kalau sampai orang tuanya atau mertuanya tahu jika ia sudah melakukan perbuatan hina dengan pria asing, tamatlah riwayatnya.

Buru-buru ia masuk ke dalam shower dan menyiram tvbvhnya dengan air dingin. Ia terduduk di lantai sambil memeluk lututnya. Yura sungguh merasa ketakutan dan sangat khawatir saat ini. Setelah beberapa lama berselang, ia keluar dari kamar mandi dan langsung mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Buru-buru ia melakukan itu karena khawatir ibunya akan masuk ke dalam kamar dan melihat apa yang terjadi pada tvbvhnya. Yang pasti, ia harus sebisa mungkin menyembunyikan ini terhadap siapa pun. Ia akan mengubur kejadian ini seolah tak pernah ada.

Setelah berpakaian, ia lalu mengambil beberapa keperluannya dari dalam lemari dan memasukkannya ke dalam tas. Ia harus meninggalkan rumah ibunya ini dan kembali ke apartemen yang selama ini ia tinggali sebagai hadiah pernikahan yang di berikan oleh sang mertua.

Sejak ia sah menjadi istri dari seorang pria misterius itu, ia pun pindah ke apartemen dan mulai tinggal di sana. Sudah sebulan sejak ia menempati tempat yang cukup mewah itu. Di tempat itu ia tinggal sendiri, hanya mertuanya saja yang datang sesekali untuk mengecek keadaannya.

Ia memang sudah menikah, tapi tak pernah ada yang namanya suami di tempat itu. Ia bahkan tidak pernah mengetahui wujud pria yang telah menikahinya itu seperti apa. Hal itulah yang menjadi cikal bakal rasa jenuh dan tertekannya ia selama sebulan ini.

Ia ingin hidup bebas seperti burung terbang, tapi nyatanya ia tidak di perkenankan. Kenyataan yang memasaknya untuk menjaga marwah sebagai seorang istri, tapi ia sendiri tak mengetahui siapa pria yang menikahinya.
Sungguh tidak adil rasanya, ketika ia harus hidup sebagai seorang istri dari seseorang sedangkan pria itu, entah apa yang ia lakukan di luar sana, ia tidak pernah tahu. Mungkin ia memiliki puluhan wanita lain tanpa ia ketahui.
Yura berjalan keluar menuju pintu setelah ia meninggalkan kamarnya. untung saja ia tidak melihat ibunya di mana-mana, mungkin wanita itu pergi lagi dan tidak pernah peduli seperti biasa.

Tapi perkiraannya salah, sang ibu ternyata berada di teras sedang bermain dengan ikan hias yang ada di kolam.
“Kamu sudah mau pergi lagi, Yura?” ucap sang ibu.

Yura menghampiri ibunya dan sambil tersenyum lembut.
“Iya Ma, aku pergi dulu, kapan-kapan aku datang lagi,” ucapnya sambil menc!um tangan ibunya dengan lembut.

“Kamu enggak bawa mobil? Mama rencana mau pinjam,” tanya ibunya lagi.
“Enggak, Ma. Aku naik taksi. Aku pergi dulu ya, Mah.”

Ibunya selalu seperti itu, uang bulanan yang selalu ia transfer untuknya seakan tidak pernah cukup untuknya, padahal dia sendiri tidak berani meminta jatah lebih dari ibu mertuanya.
Selama ini ia memang selalu diberikan uang bulanan oleh ibu mertuanya sebagai bentuk tanggung jawab atas pernikahannya dengan putranya.

Tapi ibunya ini selalu meminta uang itu. Sehingga dirinya sendiri hampir tidak pernah merasakan uang itu. Ia harus mencari kerja sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Setelah mengatakan itu, Yura pun melangkah meninggalkan rumah berjalan ke pelantaran rumah menuju taksi yang sudah menunggunya di depan pagar.

“Iya, Pak dengan saya sendiri…”
Yura menerima panggilan telepon saat ia sedang di dalam taksi perjalanan p**ang ke apartemen.

“Selamat kamu di terima di instansi pemerintah bagian kemiliteran. Jadi kamu di terima sebagai ASN di sebuah kantor militer Kodim XX."

Senyum Yura terbit, hatinya merekah bahagia, akhirnya ia berhasil masuk ke dalam satuan yang sudah sejak dulu ia impikan. Ya, impiannya untuk menjadi abdi negara memang sudah musnah, tetapi ia menemukan impian yang lain yaitu lulus menjadi Aparatur Sipil Negara dan berhasil di tempatkan di kantor satuan militer seperti yang ia harapkan selama ini. Dengan demikian, setidaknya ia masih bisa bekerja sama dengan para abdi negara yang ada di satuan itu.

“Ah, terima kasih banyak Pak. Saya sangat bersyukur sekali,” ucapnya tak mampu menahan rasa senangnya. Sopir taksi itu hanya melirik ke arahnya dari kaca spion saking hebohnya ia di kursi belakang.

Untuk sesaat ia melupakan lara hatinya atas kejadian semalam, dan tenggelam oleh luapan rasa senang yang menyelimuti perasaannya.
“Baiklah, segera datang besok ke kantor dan bawa berkas-berkasmu.”

“Baik, Pak. Terima kasih!”

Yura mematikan sambungan telepon dan bersorak gembira. “Yeay.. akhirnya aku di terima…yes..yuhu.. yes..yes…” Yura kembali heboh, membuat sopir itu kembali meliriknya dan kali ini ia juga ikut tersenyum.
“Sepertinya Nona senang sekali, ya,” ucap sang sopir.

Yura pun menatap sopir itu dan tersenyum. “Iya Pak, saya di terima bekerja di sebuah kantor impian saya. Saya senang sekali…”
***

Yura menghela nafasnya dalam-dalam, saat ini ia sedang berdiri di depan gerbang besar sebuah Kantor Komando Distrik Militer, dan hendak masuk ke dalam.

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (2)by : RASTRA KSATRIAPria itu menatap Yura dengan kilat mata penuh amarah, ia yang da...
20/03/2025

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (2)
by : RASTRA KSATRIA

Pria itu menatap Yura dengan kilat mata penuh amarah, ia yang datang ke tempat ini untuk menenangkan perasaannya, ternyata di usik oleh ulat bulu kecil yang sombong ini. Gadis ini tidak tahu saja, jika sedikit saja ia di provokasi, akan berakibat fatal bagi siapa pun yang melakukannya.

“Ha..ha… kamu punya nyali juga bicara seperti itu denganku, anak kecil.”

Tangan pria itu langsung menyentuh dan mencengkeram dagu gadis itu, memaksanya untuk mendekat ke arahnya.

“Kamu punya keberanian apa sampai bernyali seperti ini, hm?” Pria itu menatap Yura dengan tajam.

“Om mau gak jadi pria sem@l@m untukku, jika Om memang bukan pria yang aku sebutkan tadi, pastinya mau, d**g?” ucap Yura menawarkan, ia bahkan tidak berpikir dua kali untuk menantang pria bertvbvh tegap di hadapannya ini.

Pria itu tertegun untuk sesaat, sebelum tersenyum dan melepas tangannya dari wajah Yura. Gadis ini perlu di beri pelajaran, tapi sepertinya ia sedang mabuk, pria itu hanya menggeleng ke arah Yura. Ia bukan pria bejat yang akan melakukan hal semacam itu kepada seorang gadis lugu yang sepertinya sedang kabur dari rumahnya ini.

“Hah, andai aku tidak menganggapmu masih di bawah umur, dan belum pantas berada di tempat ini, aku sudah memberimu pelajaran. Provokasi seperti itu belum bisa memancingku anak kecil, jadi jangan melakukan hal konyol itu lagi dengan pria mana pun di tempat ini, karena kamu sendirilah yang akan rugi, camkan itu!”

Setelah mengatakan itu, pria tampan itu pun meneguk habis minumannya lalu beranjak meninggalkan Yura. Tapi gadis itu tak tampaknya tidak menyerah, melihat pria itu hendak melangkah pergi meninggalkannya, Yura tak tinggal diam.

Ia tak bisa melepas mangsanya begitu saja, ia harus mendapatkannya malam ini agar mobil ferari itu bisa menjadi miliknya. Lumayan untuk bersenang-senang dan melupakan semua keburukan hidupnya.

“Om tunggu dulu, d**g! Jangan berdalih macam-macam jika memang Om tidak sej@ntan yang terlihat. Jadi Om terang-terangan mengakui jika Om G@y?! Wah, bagus sekali. Hei semuanya, kalian tahu tidak, pria ini ternyata ga.. hmph…!”

Yura seketika tak kuasa melanjutkan kalimatnya karena mulutnya tiba-tiba sudah dibungkam oleh mulut pria itu.

Gadis itu tersentak, saat merasa bibirnya tersedot kedalam rongga hangat. Matanya terbelalak ketika mulut pria itu mulai mengh!sap b!b!rnya dengan agresif, hingga ia kehabisan nafas.

Para wanita yang sejak tadi memperhatikan kejadian itu terkejut dan takjub dengan trik Yura dalam memprovokasi pria itu.
Baru setelah Yura benar-benar hampir lemas tak berdaya, pria itu melepasnya.

Yura hampir terhuyung karena hilang keseimbangan tubuhnya pasca menerima c!uman dari pria itu.
Pria itu masih bersikap baik dengan menyanggah tubuh Yura dengan lengan kekarnya sehingga gadis itu tidak sampai roboh ke lantai.

“Hah..hah…hah…” Yura masih mengatur nafasnya yang tersengal, ia menatap pria itu yang kini sedang menyoroti dengan matanya yang tajam dan dingin menusuk tulang.

“Apa sekarang kamu sudah mendapatkan sedikit pelajaran dari keberanianmu itu, hm?” ucap pria itu.

Yura hanya meresponnya dengan tersenyum, ia cukup terkejut dengan serangan tiba-tiba pria itu. Awalnya ia memang mengira jika pria tampan dan kekar sepertinya hanyalah seorang pria bel0k yang menjual tampang untuk menarik perhatian sejenisnya. Tapi ternyata ia salah dan sekarang mendapatkan jackpot.

Yura mengusap bibirnya yang memerah, lalu melangkah menghampiri pria itu lagi dengan kenekatan yang sama seperti sebelumnya.

“Bukti itu belum cukup sama sekali, itu tidak membuktikan jika Om memang pria tulen. Semua pria bisa melakukannya, bahkan b@nci sekalipun. Hah, jika Om memang ingin membuktikan kej@ntan@n sebagai pria, buktikan diatas r@nj@ng!” tantangnya penuh percaya diri.
Pria itu terdiam dengan telapak tangan yang mengepal, gadis ini benar-benar telah menguji kesabarannya hingga habis. Ia pun menarik tangan Yura dan membawanya meniti anak tangga.
Yura tersenyum puas, gadis itu bahkan masih sempat menoleh ke arah teman-temannya dan mengacungkan ibu jari ke arah mereka sebelum menghilang dari pandangan.
***
Yura tersentak, matanya terbuka saat ia merasakan sesuatu yang berat menindih tvbvhnya. Saat menoleh, ia sangat terkejut saat melihat seorang pria yang tertidur p**as di sampingnya. Seketika ingatan semalam pun terbayang.
Bagaimana mereka melewati malam penuh gel0r@ di tempat ini.

“Apa yang sudah aku lakukan?” ia lantas menatap tvbvhnya dan ia kembali di buat syok melihat bekas cinta yang memerah di setiap jengkal kulit tubuhnya.

Buru-buru ia melepas tvbvhnya dari kungkungan pria itu. Ia lantas turun dari ranjang lalu dengan cepat memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memasangnya.

Begitu pakaiannya terpasang lengkap, ia pun langsung berjalan menuju pintu. Tapi saat hendak mencapai pintu, ia kembali menoleh ke arah pria itu dan melangkah menghampirinya.

“Aku tidak boleh pergi begitu saja, setidaknya aku mengetahui pria ini siapa.” Ia lantas mencari dompet pria itu dan menemukannya di saku celana yang masih berserakan di lantai.
Yura membuka dompet itu dan hal pertama yang ia cek adalah kartu identitas.

“Abimana Al Fatih…? Sepertinya namanya tidak asing,” gumannya sambil kembali menatap kartu itu lagi.

“Apa? dia seorang TNI? Gila… ini benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana bisa aku tidur dengan seorang tentara di tempat seperti ini? Terlebih aku sudah bukan lajang lagi. Astaga.. astaga… apa yang harus aku lakukan sekarang. ah, pokoknya aku kabur saja dulu!”

Akhirnya gadis itu pun meninggalkan kamar itu dengan membawa segudang penyesalan dalam dirinya.

Pria itu membuka mata ketika sinar matahari menembus celah di jendela yang tirainya sedikit tersingkap. Perlahan ia bangkit dari rebahnya dan menatap sekeliling. Ia baru menyadari jika saat ini ia tidak berada di dalam kamarnya melainkan di sebuah kamar hotel atau sejenisnya.

Seketika bayangan ia berhVbung@n !n t!m bersama seorang gadis dengan penuh gelora pun terbayang. Ia lalu menatap sekeliling dan benar saja, tvbv hnya polos tanpa sehelai kain dan semua pakaiannya berserakan di lantai.
Pria itu mengusap wajahnya.

“Apa yang sudah aku lakukan?”

Pria itu pun beranjak dari tempat tidur dan memunguti pakaian lalu mengenakannya. Tapi matanya tertuju pada bercak noda d@rah di seprei. Ini tidak seperti yang ia pikirkan, kan? jangan bilang kalau gadis semalam itu adalah perawan.

“Tidak mungkin, apa yang sudah aku lakukan dengan gadis kecil itu? dan bagaimana ia bisa senekat itu menyerahkan mahkotanya yang berharga dengan sembarang orang? Aku memang sampah!”

Pria itu pun kembali mengusap wajahnya dengan gusar. Menyesali apa yang telah ia lakukan, terlebih ia teringat dengan pernikahan yang sedang ia jalani dengan seorang wanita yang hingga saat ini tidak sudi ia lihat wujudnya.

“Hah, br3ngs3k! Aku sudah mengacaukan segalanya!”

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (1)by : RASTRA KSATRIA“Yey, cheers girls, pokoknya malam ini kita happy sampai pagi, g...
20/03/2025

BELENGGU CINTA SEMALAM SANG MAYOR (1)
by : RASTRA KSATRIA

“Yey, cheers girls, pokoknya malam ini kita happy sampai pagi, gimana…?!”

“Yuhuu, jelas d**g…! Yey… cheers…!”
Sekump**an wanita terlihat menikmati minuman di sebuah klVb malam.

Mereka tertawa sambil terus meneguk setiap tetes rasa manis dan pahit masuk ke dalam kerongkongan mereka sambil melivkkan tvbvh mengikuti hentakan musik disko yang berdentum menggetarkan d@d@.

Lampu gemerlap yang berkelap kelip berwarna warni semakin menambah gelor@nya malam itu.

Yura, salah satu gadis yang juga ikut dalam kump**an mereka pun tak luput dari kesenangan yang ia rasakan malam itu. Datang dengan membawa kecamuk rasa kesal karena dipaksa menikah dengan seseorang yang bahkan hingga saat ini tak pernah ia temui dan lihat sedikit pun.

Saat itu ia dipaksa duduk di dalam ruangan gelap dengan mata yang tertutup dan telinga yang di sumbat ketika pria itu menikahinya.
Ia tak pernah membayangkan masa depan yang ia impikan, cita-cita yang ia gantungkan setinggi langit pun harus pupus bersama resminya ia menjadi seorang istri dari pria misterius.

Yang semakin membuat ia kesal adalah karena orang tuanya pun ikut andil dalam pernikahan tersebut. Ia tak percaya orang tuanya bisa melakukan hal setega itu terhadapnya padahal mereka tahu cita-citanya yang ingin menjadi abdi negara. Akan tetapi pernikahan konyol itu meruntuhkan setiap harapan hidupnya.

Dan di tempat gemerlap inilah yang menjadi jalan terakhir untuk meluapkan semua kekalutan hati dan ketidakberuntungannya dalam hidup.

“Hei, Yura… kamu jangan melamun aja d**g, gelasmu sudah kosong tuh, tambah….!”

Seseorang menyenggol lengannya membuat Yura tersentak dengan pikiran yang buyar menguap bersama musik yang menghentak.
Gadis itu hanya tersenyum lalu mengarahkan gelasnya ke sebuah ujung botol dan mengisinya hingga penuh.

Rasa hangat yang menyengat kerongkongannya ketika ia menelan cairan berwarna keemasan itu membuat kepalanya pening untuk sesaat, tapi ia tak peduli, toh semakin mabuk dirinya, semakin bebas jiwanya.

“Guys… coba lihat pria hOt di sebelah sana…” Salah satu dari mereka mulai membuka mulut. Para wanita itu pun mengikuti arah jari telunjuk yang sedang menuding ke arah pria tampan yang sedang duduk menyendiri di depan meja bar sambil menikmati setiap zat nikOtin yang terhisap masuk ke dalam paru-parunya.

“Yeah, so what?? Pria itu tidak mudah di taklukkan sayang…” Salah satu dari mereka pun merespon. Ia menatap pria itu dengan bibir yang digigit dengan sensuv@l.

“Yes, that’s the point! Bagaimana kalau kita taruhan, siapa pun yang berani mendekatinya dan membawanya untuk cint@ sem@l@m, akan mendapatkan mobil yang aku bawa malam ini!!” ucap wanita itu.

Sontak semua wanita yang ada di tempat itu menoleh ke arahnya. Mereka tahu wanita ini berjiwa bebas dan kaya raya. Setiap benda yang melekat ditvbvhnya atau apa pun yang ada di sekitarnya adalah u@ng yang melimpah.

Setiap malam ia memakai mobil yang berbeda dengan harga fantastis di setiap unitnya. Tak heran penawaran itu adalah yang terbaik. Tapi ternyata wanita itu cerdas juga, karena pria yang menjadi bahan taruhannya adalah seseorang yang terkenal sangat dingin dan angkuh terhadap siapapun. Belum pernah ada satu wanita pun yang berhasil mengajaknya bicara. Jika pun ada, wanita itu akan berakhir dengan kecewa.

“Wah, gila, kamu bawa ferari kan malam ini? gak sayang di ambil orang kalau berhasil?” ucap salah satu dari mereka.

“No problem… aku s**a tantangan dengan resiko tinggi, s**a mobilku ambilah…”

Wanita itu tanpa ragu meletakkan kunci mobil mewahnya di hadapan mereka. Mata para wanita itu pun berbinar menatap penawaran yang sangat ekslusif itu.

Akan tetapi, saat mereka kembali menatap ke arah pria tadi, nyali yang awalnya membara menjadi ciut. Alhasil, mereka pun hanya bisa menatap kunci mobil itu dan menggeleng.

“Loh, gak ada yang berani? payah kalian…” ucap wanita itu sambil meraih kembali kunci mobil itu.

“Tunggu, aku akan mencobanya…!”

Yura yang sejak tadi hanya terdiam berdiri dari duduknya. Semua orang pun terkejut. Sungguh mereka tak pernah membayangkan jika gadis pendiam ini ternyata memiliki bakat terpendam juga.

Selama mereka mengenalnya, Yura memang terkenal sedikit dingin dan tak banyak bicara, tapi sikap bar-barnya akan keluar jika terpancing. Dan saat ini, sepertinya sikap itulah yang mendominasinya.

Wanita yang menawarkan tantangan tadi tersenyum dan kembali meletakkan kunci mobil yang sudah hendak ia masukkan ke dalam tas, ia taruh kembali di atas meja. Yura menatap benda itu dengan tekad yang membara.

Aku sudah hancur sehancur-hancurnya, hidupku sudah tak ada artinya lagi, menjadi istri selama sebulan penuh tanpa melihat suami seperti apa, rasanya seperti berada dalam cangkang kosong. Kenapa tidak sekalian aku menikmati hidupku saja?” Gadis itu bertekad dalam hati.

“Wah, kamu nekat juga demi mobil mahal ini, Yura. Semoga berhasil, berhasil dicampakkan hahaha…”

Salah satu dari mereka tertawa sinis merendahkannya. Tapi Yura tidak peduli, gadis itu hanya meliriknya lalu mulai berjalan menuju ke arah pria itu. Semua orang mulai menyaksikan aksinya.

Yura awalnya memang sangat bersemangat, tapi langkahnya menjadi berat saat jaraknya dengan pria itu semakin terkikis. Dari tempatnya saja ia sudah bisa merasakan aura dingin yang menusuk, bagaimana jadinya jika ia sudah berhadapan dengan pria itu?

Gadis itu meneguk ludahnya berkali-kali mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Semakin ia mendekat, nyalinya yang sekuat baja seketika berubah menjadi tisu tipis yang terendam air.

Ingin kembali rasanya sudah kepalang tanggung, terlebih melihat tatapan sinis mereka yang meremehkannya.

“Baiklah, aku akan berusaha hingga titik darah terakhir, aku bahkan akan menjual jiwaku yang sudah tidak berharga ini demi mendapatkan tvbvh pria itu malam ini, lihat saja kalian!”

Gadis cantik itu kembali memantapkan tekadnya, hingga langkahnya pun terhenti tepat di samping pria itu.

Dengan penuh percaya diri, Yura duduk di sampingnya dan memesan C0ckt@il.

“Martini satu…” Yura langsung memesan tanpa ragu lalu ia mencoba mengeluarkan r0k0k yang sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga.

Sebenarnya ia tidak pernah menghisap benda itu, merasakan asapnya saja tidak pernah, tapi sepertinya saat ini benda yang di sebut-sebut candu bagi sebagian orang-orang terutama kaum laki-laki, ia butuhkan untuk mengurangi rasa gugupnya.

Tanpa menunggu lama, pesanannya pun jadi, ia kembali tersenyum kepada sang bartender lalu mulai menghisap benda berbentuk sedotan berukuran pendek itu ke dalam mulutnya.

“Uhukkuhuk…uhukk…”

Rasa pekat dan pahit langsung menyergap indra pengecapnya saat asap itu mulai merasuk ke dalam mulut dan tenggorokannya. Sontak Yura langsung membuang benda itu ke lantai.

“Brengsek, rasanya gak enak!” tanpa sadar ia merutuk. Padahal saat ini ia mencoba untuk bersikap layaknya wanita dewasa pengg0da, tapi sepertinya usahanya itu gagal total.
Hal itu pun sontak mengusik perhatian pria yang sejak tadi duduk di sampingnya itu.

“Pffft… lucu sekali, kamu mencoba nakal dari tadi, tapi kepolosanmu langsung keluar. Mendingan kamu p**ang saja, anak kecil tempatnya bukan di sini…”

Suara beratnya pun terdengar di telinga Yura, gadis itu baru menyadari jika saat ini ia sedang berada dalam sebuah misi. Karena terkejut dengan rasa rokok yang ia hisap itu, ia jadi melupakan pria yang berada di sampingnya.

“Sial, bisa-bisanya aku gagal fokus!” rutuknya pada dirinya sendiri.

Gadis itu menatapnya dengan lekat, sungguh pria dewasa yang tampan. Sepertinya ia tidak akan rugi jika mendapatkannya walau hanya semalam.

“Mari kita beraksi…!” tekadnya dalam hati.

“Om jangan meremehkanku ya, biasanya pria yang bicara seperti itu tak punya kemampuan di r@nj@ng. Atau ia hanya menutupi diri agar tetap terlihat normal padahal sebenarnya ia adalah seorang pria bel0k. Benar begitu, Om?”

Suamiku berc!nta dengan adik tiriku sendiri. by : Shanum Nareswari Part.1"Yuna, ini gila. Kita bisa tertangkap basah!" j...
20/03/2025

Suamiku berc!nta dengan adik tiriku sendiri.
by : Shanum Nareswari Part.1

"Yuna, ini gila. Kita bisa tertangkap basah!" jawab Joyi dengan suara rendah, namun terlihat jelas dia tak bisa menahan diri.

“Aku mau ini, Joyi, tapi kita juga harus berhati-hati,” bisik Yuna sambil tersenyum g 3 n i t, tangannya me li ng kar di le her Joyi.

Heyji yang sejak tadi mencari keberadaan suaminya, dimana seharusnya mendampinginya di ruang aula pesta.

Heyji berhenti sejenak di depan pintu ruang pribadi Joyi. Pintu sedikit terbuka dan dari dalam terdengar bisikan-bisikan lembut semakin jelas.

Dengan hati-hati, Heyji mendorong pintu itu sedikit lebih lebar. Apa yang dilihatnya membuat darahnya mendidih.

Di sana, di dalam ruangan yang seharusnya menjadi simbol kesuksesan mereka bersama, suaminya Joyi sedang berci*Vm4n dengan adik tirinya, Yuna.

Heyji menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan amarahnya.
Dia mendorong pintu itu lebih lebar dan melangkah masuk. "Maaf mengganggu momen kalian."

Yuna tersentak kaget dan dengan cepat melepaskan p3l u k a n nya dari Joyi. “Heyji! Aku... aku bisa jelaskan!"

Joyi membeku di tempatnya, wajahnya berubah pucat. "Heyji, ini tidak seperti yang kamu kira..."

Heyji tersenyum sinis. "Oh, sungguh? Lalu, seperti apa? Apa kalian sedang membahas str4tegi b i s N i s baru dengan cara yang sangat i N t i m?"

Yuna mencoba mengambil kendali situasi, melangkah maju dengan penuh percaya diri. "Heyji, jangan salah paham. Joyi dan aku... kami hanya terjebak dalam momen."

"Momen? Apa ini yang kamu sebut momen, Yuna? Momen menghancurkan pernikahan orang lain di malam yang seharusnya menjadi puncak kebahagiaan?" Heyji menyilangkan tangan di dada, tatapannya tajam seperti p i s a u.

Joyi mencoba mendekati Heyji, namun dia menahannya dengan lambaian tangan. "Jangan mendekat, Joyi. Aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri, apa yang sebenarnya terjadi?"

Joyi menunduk, malu dan marah pada dirinya sendiri. "Heyji, aku... aku tidak tahu apa yang terjadi. Ini semua terjadi begitu cepat. Aku tidak bermaksud menyakitimu."

"Begitu cepat? Apa ini pertama kalinya?" Heyji menatapnya tajam, menuntut kejujuran.

Joyi terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Keheningan itu berbicara lebih keras daripada kata-kata apapun.

Yuna, dengan wajah yang tidak tahu malu, mencoba sekali lagi. "Heyji, aku tahu ini sulit diterima, tapi Joyi dan aku... kami punya perasaan satu sama lain."

"Perasaan?" Heyji tertawa sinis. "Perasaan yang kamu bicarakan itu hanyalah n 4 f s u. Kamu tidak tahu apa artinya perasaan yang sebenarnya. Kamu hanya tahu cara merusak dan mengambil apa yang bukan milikmu."

"Heyji, aku..." Joyi mencoba berbicara, namun Heyji memotongnya.

"Tidak, Joyi. Aku yang akan bicara sekarang." Heyji melangkah maju, menatap suaminya dengan pandangan yang penuh kekecewaan.

"Aku telah memberikan segalanya untukmu. Waktu, cinta, dukungan. Dan inilah yang aku dapatkan sebagai balasan?"

Joyi menutup matanya sejenak, berusaha menahan air mata. "Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Aku hanya bisa meminta maaf dan berharap kamu bisa memaafkanku."

"Memaafkanmu?" Heyji menggelengkan kepala. "Kamu berpikir ini semudah itu? Permintaan maafmu tidak bisa menghapus rasa sakit yang kamu berikan."

Yuna yang tidak tahu malu itu mendekat lagi, dengan wajah penuh belas kasihan palsu. "Heyji, mungkin kita bisa mencari solusi yang baik untuk semua pihak. Aku dan Joyi tidak bermaksud menyakitimu."

"Solusi?" Heyji tertawa getir.

"Satu-satunya solusi di sini adalah kamu keluar dari hidupku dan biarkan aku memutuskan apa yang harus kulakukan dengan pernikahanku."

"Heyji, tolong..." Joyi memohon.

"Tolong apa, Joyi? Tolong lupakan? Tolong beri kesempatan kedua? Kamu bahkan tidak layak untuk memintanya." Heyji menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Kamu tahu apa yang paling menyakitkan? Bukan pengkhianatan ini, tapi fakta bahwa aku mempercayaimu sepenuhnya."

Joyi tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menunduk dalam penyesalan. Yuna, yang merasa situasi mulai tidak terkendali, mencoba membela dirinya. "Heyji, aku hanya mengikuti kata hatiku. Aku mencintai Joyi, dan aku pikir dia juga mencintaiku."

Heyji menatap Yuna dengan tatapan penuh kebencian. "Cinta? Kamu tidak tahu apa itu cinta. Kamu hanya tahu cara menghancurkan dan mengambil apa yang bukan milikmu. Kamu tidak punya hak untuk berbicara tentang cinta."

Yuna mencoba tetap tegar, tapi jelas ia mulai merasa terpojok. “Heyji, aku tidak bermaksud… “

"Tidak bermaksud? Setiap tindakanmu menunjukkan maksud yang jelas, Yuna. Kamu ingin mengambil apa yang sudah menjadi milikku, dan kamu tidak peduli berapa banyak hati yang harus kamu hancurkan untuk mencapainya."

Heyji menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Aku akan keluar dari sini dan kembali ke pesta. Kamu berdua bisa berpikir tentang apa yang kalian lakukan dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi ingat satu hal, Joyi. Kepercayaan yang sudah hancur tidak bisa dengan mudah diperbaiki."

Dengan langkah mantap, Heyji berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu. Air mata mengalir di pipinya, namun dia menolak untuk menunjukkannya di depan orang-orang yang telah mengkhianatinya.

Pintu tertutup di belakangnya dengan suara lembut, meninggalkan Yuna dan Joyi dalam keheningan yang penuh penyesalan dan ketidakpastian.

Di luar, Heyji mengusap air matanya dan berusaha memasang senyum. Malam ini mungkin telah hancur, tapi dia tidak akan membiarkan dirinya runtuh.

Dia adalah Heyji, seorang direktur yang kuat dan elegan, dan dia akan bangkit dari pengkhianatan itu.

Perlahan, dia kembali ke pesta, menghadapi tamu-tamu dengan kepala tegak, berusaha menyembunyikan luka yang baru saja terbuka di hatinya.

Sementara Joyi memandang Yuna tajam, walaupun ia menikmati perselingkuhan itu, tapi ia tidak berniat untuk menyakiti hati istrinya.

Joyi tergoda dengan kecantikan Yuna yang seorang model internasional. Diamana Yuna pun selalu mencari perhatian Joyi.

Joyi terpesona dengan kelembutan dan kecantikan Yuna, sementara Heyji sibuk di kantor. Tak hanya itu saja, Joyi pun frustasi dengan sikap ayahnya yang tidak menaikkannya menjadi direktur, melainkan posisi itu tetap berada di tangan Heyji.

“Kenapa kamu mengakui yang sebenarnya tentang hubungan kita?” tanya Joyi kesal.

“Mau apa lagi? Semuanya sudah terlanjur basah. Lagi p**a aku tidak mau terus-terusan kamu sembunyikan seperti ini,” jawab Yuna.

Joyi menghela nafas, “Ya, tapi tidak secepat ini, karena itu sangat membahayakan posisiku jika ayahku tahu!”

Sementara di ruang pesta, Heyji berdiri di sudut ruangan dengan gelas a n g g u r di tangan, senyum elegan tersungging di bibirnya.

Malam ini adalah peresmian perusahaan baru mereka, puncak dari kerja keras dan dedikasi selama bertahun-tahun.

Ruangan dipenuhi dengan tamu-tamu terhormat, kolega, dan investor yang berpartisipasi dalam perjalanan mereka.

Namun, di balik senyumnya yang anggun, ada ketegangan yang tak bisa disangkal. Bahkan hatinya begitu hancur ketika ingatannya kembali membayangkan kemesraan suaminya dengan adik tirinya sendiri.

Adik tiri yang selalu ramah dan selalu ia dukung, untuk mewujudkan mimpinya menjadi model internasional, justru lebih ramah bahkan lebih intim dengan suaminya, karena itulah tujuan Yuna yang sebenarnya.

Judul Buku : Bayangan Pengkhianatan
Penulis : Andrianikity
Platform : KBM








28/02/2025

NYAMAR JADI CEWEK CANTIK DI OME TV BIKIN COWOK BAPER

19/02/2025

07/02/2025

NYAMAR JADI CEWEK CANTIK DI OME TV

Address

Jalan Trikora

71261

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when TEVlT0T0 0fficial posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share