06/09/2025
Rela Tidur Di Trotoar, Mbah Supiatun Jual Semangka Demi Bertahan Hidup
“Mbah jual 1 semangka ini cuma dapat untung 1000 perak. Mbah sudah duduk di sini dari pagi sampai sore nggak ada yang beli. Padahal, Mbah udah bawa 20 semangka, dan hari itu tidak satu semangka pun yang laku. Mbah cuma bisa makan nasi putih yang dibeli di warung sebelah, harganya 2 ribu buat makan seharian. Mau p**ang juga Mbah nggak ada, nggak ada uang transport. Akhirnya Mbah tidur di jalan, nunggu ada pembeli dulu baru bisa p**ang,” - Mbah Supiatun.
Seorang nenek tengah tertidur di jalan dengan sederet semangka dan melon di sisinya. Hari itu, hanya selembar uang 5 ribu yang beliau kantongi, tak cukup untuk ongkos p**ang. Trotoar jalan akhirnya menjadi kasur tidurnya, meski hujan turun deras. Tak ada pilihan lain selain bertahan dalam dingin.
Keriput dan air mata menyelimuti wajah Mbah Supiatun (88 tahun). Tubuhnya menahan sakit, kakinya bengkak penuh luka. Sesekali melambaikan tangannya, menawarkan semangkanya pada para pengguna jalan.
Mbah Supiatun bercerita, matanya sudah mulai rusak, penglihatannya sangat buram. Satu waktu ketika menghampiri pembeli, Mbah sering terjatuh akibat tersandung batu di jalan yang tak ia lihat. Alhasil, semangkanya jatuh dan hancur, begitu p**a dengan harapannya.
Tak terhitung sudah malam ke berapa Mbah Supiatun tidur di jalan. Ketika hujan deras, Mbah lebih memilih untuk menutupi semangkanya dengan kain dibandingkan tubuhnya sendiri. Mbah tak masalah dirinya kedinginan, asal semangkanya tak rusak.
Walaupun hidupnya begitu berat, Mbah Supiatun tak pernah melupakan ibadah. Hanya solat dan berdoa lah yang menjadi pelipur lara hidupnya.