Yayasan Pangeran Wirakusuma

Yayasan Pangeran Wirakusuma Gading Bar., Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14240

LEMBAGA TUK PT SATYA NARATAMA UPASAMA telah resmi terdaftar dalam sistem informasi LSP-BNSP & tercatat dalam data LSP K3 Nasional, sebagaimana ketentuan yang berlaku.
📌 Lisensi:
✅ Nomor Lisensi: LSPK3N-TUK-119
✅ Nomor SK: SKT.02/102/LSP-K3N/V/2023 KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR AHU-0063907,AH.01.01.TAHUN 2020 PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS PT S

ATYA NARATAMA UPASAMA (SNU ACADEMY Indonesia- SNU Indonesia - SNUTV Indonesia)


Lembaga OSS BKPM RI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR INDUK BERUSAHA (NIB)
0285010240324 PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS PT SATYA NARATAMA UPASAMA (SNU ACADEMY Indonesia- SNU Indonesia - SNUTV Indonesia)


AKTE NOTARIS Nomor 145 Tanggal 30 November 2020 AISYAH RATU JULIANA SIREGAR M.KN. Badan Hukum PT SATYA
NARATAMA UPASAMA tanggal 01 Desember 2020 PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS PT SATYA NARATAMA UPASAMA (SNU ACADEMY Indonesia- SNU Indonesia - SNUTV Indonesia)

SIO MABES POLRI - KEMENTRIAN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2359/SIO-POLRI/ SIO MABES POLRI BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS PT SATYA NARATAMA UPASAMA (SNU ACADEMY Indonesia- SNU Indonesia - SNUTV Indonesia)

(SNU ACADEMY Indonesia- SNU Indonesia - SNUTV Indonesia) bekerjasama dengan ABUJAPI dan di bawah bimbingan Mabes Polri* �

HARTON TOWER 7th Floor /CITY HUB
Jl Artha Gading Kav Komersil Blok D no 3, Klp.

🛡️ SULTAN WIRAKUSUMA: SIMBOL PERJUANGAN DAN WARISAN KEPATRIOTAN 🛡️Sultan Wirakusuma adalah gelar yang merujuk pada Pange...
13/07/2025

🛡️ SULTAN WIRAKUSUMA: SIMBOL PERJUANGAN DAN WARISAN KEPATRIOTAN 🛡️

Sultan Wirakusuma adalah gelar yang merujuk pada Pangeran Wirakusuma II, seorang tokoh besar dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan kolonial di Indonesia. Beliau dikenang atas semangat kepahlawanannya yang tak pernah padam serta keturunannya yang terus melanjutkan perjuangan tersebut.

📌 Poin-Poin Penting Tentang Sultan Wirakusuma:

🔹 Pangeran Wirakusuma II
Merupakan tokoh utama yang dikenal dalam sejarah perjuangan melawan penjajah. Nama "Wirakusuma" telah melekat kuat sebagai simbol perlawanan dan keberanian.

🔹 Semangat Kepahlawanan
Beliau dikenal karena semangat juangnya yang membara demi kemerdekaan bangsa. Pangeran Wirakusuma II memimpin berbagai perlawanan dengan tekad dan keberanian luar biasa.

🔹 Keturunan Pejuang
Warisan perjuangan ini diteruskan oleh keturunannya, seperti Ratu Yuyu Wahyu Ningsih Wirakusuma V dan Henry Wirakusuma VI, yang tetap menjaga nilai-nilai patriotisme, kehormatan, dan pengabdian kepada bangsa.

🔹 Peran Dalam Sejarah
Keturunan beliau terus memainkan peran dalam pembangunan bangsa. Meski zaman telah berubah, semangat perjuangan dan nilai-nilai kebangsaan dari Pangeran Wirakusuma II tetap hidup dan menginspirasi.

🔹 Simbol Keteguhan Bangsa
Nama Sultan Wirakusuma menjadi simbol keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi penindasan serta penjajahan. Sosoknya menjadi bagian penting dari narasi sejarah yang patut dikenang dan diwariskan.

---

Sultan Wirakusuma adalah gelar yang merujuk pada Pangeran Wirakusuma II, seorang tokoh dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan kolonial di Indonesia. Ia dikenal karena semangat kepahlawanannya dan keturunannya, seperti Ratu Yuyu Wahyu Ningsih Wirakusuma V dan Henry Wirakusuma VI, yang melanjutkan warisan perjuangannya.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait Sultan Wirakusuma:

Pangeran Wirakusuma II:
Nama ini lebih umum dikenal sebagai Pangeran Wirakusuma II, dan ia adalah seorang tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajah.

Semangat Kepahlawanan:
Pangeran Wirakusuma II dikenal karena semangatnya yang membara dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, dan ia memimpin perlawanan yang gigih.

Keturunan:
Keturunannya, termasuk Ratu Yuyu Wahyu Ningsih Wirakusuma V dan Henry Wirakusuma VI, melanjutkan warisan perjuangan dan semangat

kepahlawanannya.
Peran dalam Sejarah:
Keturunan Pangeran Wirakusuma II turut berperan dalam sejarah dan perkembangan bangsa, meskipun perjuangan dan semangatnya tetap hidup dalam ingatan masyarakat.

Simbol Perjuangan:
Pangeran Wirakusuma II menjadi simbol keteguhan dan keberanian dalam melawan penindasan kolonial.

Gelar "Sultan Wirakusuma" informasi yang paling banyak tersedia dan relevan merujuk pada Pangeran Wirakusuma II dan keturunannya.

✨ Mari kita teruskan semangat perjuangan Sultan Wirakusuma dalam setiap langkah kita membangun bangsa.


---

📜 Latar Historis: Gaji Kesultanan Banjar dalam Sistem Administrasi Kolonial Hindia Belanda,Historis mengenai gaji Kesult...
13/07/2025

📜 Latar Historis: Gaji Kesultanan Banjar dalam Sistem Administrasi Kolonial Hindia Belanda,Historis mengenai gaji Kesultanan Banjar oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam konteks perjanjian-perjanjian kolonial dan catatan administrasi Belanda, dikaitkan dengan:

1. Sultan Tamjidillah II

2. Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma (Pemangku Raja / Rijksbestierder Keraton Banjarmasin)

3. Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Hidayatullah II (Pemangku Raja / Rijksbestierder Keraton Bumi kencana Martapura)

---

📜 Latar Historis: Gaji Kesultanan Banjar dalam Sistem Administrasi Kolonial Hindia Belanda

1825 sd 1860 dan melemahnya legitimasi lokal, Belanda menerapkan strategi politik kooptasi elite lokal, salah satunya dengan memberi gaji tetap kepada Sultan dan Pemangku Raja Banjar. Hal ini dilakukan untuk mengikat kesetiaan politik, mengontrol simbol kekuasaan lokal, serta memecah kekuatan tradisional Banjar melalui administrasi terpisah: Banjarmasin dan Martapura.

🧾 Referensi dan Catatan Arsip Belanda:

Dalam arsip VOC dan Hindia Belanda serta dalam berbagai resolusi gubernemen, disebutkan bahwa sistem gaji terhadap sultan dan wakilnya tercatat dalam:

Staatsblad van Nederlandsch-Indië (Lembaran Negara Hindia Belanda)

Koloniaal Verslag

Algemeene Landbouwkundige en Statistische Rapporten

Laporan khusus oleh Residen dan Gubernur Kalimantan

Dalam salah satu dokumen disebutkan:

> “De Sultan ontvangt jaarlijks 17.000 gulden als blijk van erkenning en beloning voor zijn bestuur... terwijl de Rijksbestierder een toelage van 12.000 gulden ontvangt.”
(Terjemahan: Sultan menerima 17.000 gulden per tahun sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan atas pemerintahannya… sedangkan Pemangku Raja menerima tunjangan 12.000 gulden per tahun.)

---

💰 1. Gaji Sultan Tamjidillah II

Nominal: 17.000 Gulden per tahun

Status: Sultan resmi diangkat Belanda (1857–1859), namun dianggap “pro-Belanda” oleh rakyat dan ditolak oleh kalangan bangsawan lain (termasuk Pangeran Hidayatullah II)

Tujuan Gaji:

Mengikat loyalitas penuh

Menyisihkan pewaris sah yang menolak kolonialisasi

Menjaga stabilitas semu melalui simbol kekuasaan formal

Konversi Historis ke Rupiah Modern:

Gulden Estimasi Konversi Historis Total per Tahun Total per Bulan

17.000 Rp 9.050/gulden Rp 153.850.000 ± Rp 12.820.000

📌 Gaji ini bersifat politis, bukan administratif: gaji diberikan karena jabatan politik sebagai simbol, bukan karena pekerjaan teknokratis.

---

💰 2. Gaji Pangeran Wirakusuma (Rijksbestierder Keraton Banjarmasin)

Nominal: 12.000 Gulden per tahun

Status: Pemangku Raja Banjar di Banjarmasin setelah kematian Sultan Adam 1 November 1857 menemanin Sultan Tamjidilah II

Tahun Aktif: ±1857–1859 sebelum diasingkan ke Cianjur pada 3 Maret 1862

Konversi Historis:

Gulden Estimasi Konversi Historis Total per Tahun Total per Bulan

12.000 Rp 9.050/gulden Rp 108.600.000 ± Rp 9.050.000

📌 Dalam arsip disebut sebagai “Toelage van Rijksbestierder”, yaitu tunjangan untuk pengurus pemerintahan lokal yang berada di bawah pengawasan langsung pemerintah Belanda.

---

💰 3. Gaji Hidayatullah II (Rijksbestierder Keraton Bumi Kencana Martapura)

Nominal: 12.000 Gulden per tahun

Status: Saingan Sultan Tamjidillah II; diakui rakyat sebagai pewaris sah namun tidak direstui Belanda

Tahun Aktif: Sekitar 1856–1860

Catatan: Meski pada awalnya tidak diakui Belanda, dalam tahap tertentu Belanda mencoba berkompromi dengan mengangkatnya 1856-1860 sebagai Pemangku Raja agar tidak menimbulkan perlawanan lebih besar.

Gulden Estimasi Konversi Historis Total per Tahun Total per Bulan

12.000 Rp 9.050/gulden Rp 108.600.000 ± Rp 9.050.000

---

konversi historis 17 000 gulden gaji Sultan Banjar Kesultanan Banjar masa Kolonial Belanda Sultan Tamjidillah II serta Pemangku Raja (Rijksbestierder) 1000 Gulden dalam 1 Bulan atau 12.000 Gulden per tahun seperti Pangeran Wirakusuma Pemangku Raja (Rijksbestierder) keraton Banjarmasin dan 1000 Gulden dalam 1 Bulan atau 12.000 Gulden per tahun Hidayatullah II Pemangku Raja (Rijksbestierder) keraton Bumi kencana Martapura yang digaji oleh Pemerintah Hindia Belanda, berdasarkan nominal gulden saat itu:

Catatan Historis:
Sistem gaji ini menunjukkan politik kooptasi kolonial: raja diberi gaji sebagai bentuk legitimasi yang dikontrol, bukan otonomi sejati.

Gaji tersebut diambil dari kas kolonial agar kesetiaan raja bisa diarahkan sesuai kepentingan pemerintah Belanda.

💰 1. Gaji Sultan Tamjidillah II: 17.000 Gulden per tahun

📜 Konteks:
Sultan Tamjidillah II adalah Sultan Banjar (1857–1859) yang diangkat dan didukung Belanda.

Gaji sebesar 17.000 Gulden setahun diberikan sebagai bentuk kontrol dan pengaruh kolonial Belanda atas kekuasaan lokal.

💸 Konversi ke Rupiah Saat Ini (estimasi):
Untuk konversi, digunakan nilai tukar historis & daya beli:

1 Gulden Hindia Belanda (1850-an) ≈ Rp 9.050 – Rp 9.100 di nilai saat ini (berdasarkan inflasi dan konversi logis dengan harga emas, daya beli beras, dll.)

17.000 Gulden x Rp 9.050 = Rp 153.850.000 per tahun
≈ Rp 12.820.000 per bulan

📌 Catatan: Angka ini mencerminkan nilai tukar daya beli, bukan kurs bank. Di masa itu, 1 gulden bisa membeli jauh lebih banyak dibanding uang sekarang.

💰 2. Gaji Pangeran Wirakusuma Pemangku Raja (Rijksbestierder) keraton Banjarmasin 12.000 Gulden per tahun & Hidayatullah II Pemangku Raja (Rijksbestierder) keraton Bumi kencana Martapura: 12.000 Gulden per tahun

📜 Konteks:
Mereka berstatus Pemangku Raja / Wali Sultan (dalam administrasi disebut Rijksbestierder).

Posisi ini mewakili pemerintahan raja namun dalam kendali atau pantauan langsung Belanda.

💸 Konversi ke Rupiah Saat Ini:
12.000 Gulden x Rp 9.050 = Rp 108.600.000 per tahun
≈ Rp 9.050.000 per bulan

📚 Kesimp**an Akademik: Politik Gaji Kolonial

Gaji untuk Sultan dan Pemangku Raja bukanlah bentuk penghormatan, melainkan alat kolonial untuk meredam konflik, membeli loyalitas, dan menciptakan stratifikasi baru dalam struktur elite lokal.

Struktur ini dimasukkan dalam strategi besar kolonial Belanda yang disebut:

> “Politik Devide et Impera” (pecah-belah dan kuasai)

Dalam struktur ini, “raja digaji” bukan berarti raja berdaulat.
Mereka berperan sebagai agen simbolik kolonialisme.

---

🔰 SEJARAH GENEALOGIS DAN POLITIK SULTAN BANJAR DARI TAHMIDULLAH I HINGGA SULTAN RATU ANOM WIRAKUSUMAhttps://snugroup.co....
12/07/2025

🔰 SEJARAH GENEALOGIS DAN POLITIK SULTAN BANJAR DARI TAHMIDULLAH I HINGGA SULTAN RATU ANOM WIRAKUSUMA

https://snugroup.co.id/2025/07/12/%f0%9f%94%b0-sejarah-genealogis-dan-politik-sultan-banjar-dari-tahmidullah-i-hingga-sultan-ratu-anom-wirakusuma/

📜 Abstrak Historis
Kesultanan Banjar merupakan salah satu entitas politik Islam terbesar di Kalimantan yang memiliki garis keturunan kerajaan panjang sejak masa konversi Islam oleh Sultan Suriansyah (abad ke-16). Jejak dinasti ini dapat ditelusuri melalui artefak sejarah, naskah kuno, dan silsilah istana, yang menunjukkan keterhubungan genealogis antara para sultan dan pemangku adat. Kajian ini secara kronologis memaparkan perjalanan trah sultan dari Sultan Tahmidullah I hingga keturunan ke-21 Mangkubumi Jantam,atau keturunan ke 14 sultan suriansyah yaitu Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma II, yang berperan penting dalam fase akhir Kesultanan Banjar sebelum diserap ke dalam administrasi Hindia Belanda pada awal abad ke-20.

SULTAN BANJAR Sultan Tahmidullah I /Panembahan Tengah adalah turunan ke 14 mangkubumi jantam atau turunan ke 7 sultan suriansyah berputra Sultan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah Panembahan Kuning berputra Sultan Muhammad Aminullah Muhammad /Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah/ Muhammadillah Raja Kusan I berputri Putri Ratu Lawiyah (Ratu Sunan Nata Alam /Ratu Tahmidillah II/Ratu Panembahan Batu /Ratu Tamhidillah) berputra Sultan Sulaiman Rahmatullah berputra Sultan Adam berputra Sultan Muda Abdur-Rahman berputra Pangeran Mangkubumi Seri Sultan Ratu Anom Wirakusuma Alwasjik Billah ia adalah keturunan ke 21 mangkubumi jantam atau keturunan ke 14 sultan suriansyah

🧭 I. Latar Genealogis dan Suksesi Dinasti

1. Sultan Tahmidullah I / Panembahan Tengah (memerintah 1700–1730)
Kematian 1745

Keturunan :

1. ♂ Pangeran Bata Kuning
2. ♂ Pangeran Datu Aria / Pangeran Wirakusuma I dari Banjar / Datu Pangeran Aria / Pangeran Aria Wirakusuma / Datu Aria Sumbawa
3. ♂ Pangeran Amarullah Bagus Kasuma
4. ♂ Pangeran Desa Bumi
5. ♂ Pangeran Mas
6. ♂ Pangeran Tapa Sana
7. ♂ Pangeran Souria Delaga

Sultan ini merupakan generasi ke-14 dari Mangkubumi Jantam (cikal bakal tokoh keramat dalam struktur awal negara Banjar) dan generasi ke-7 dari Sultan Suriansyah, sultan pertama Banjar yang memeluk Islam. Di masa pemerintahannya, Kesultanan Banjar mengalami konsolidasi kekuasaan setelah konflik internal dan ekspansi wilayah.

2. Sultan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah (memerintah 1730–1734)
Kematian 1734
Kampung Dalam Pagar, Martapura
Keturunan :

1.♂ Pangeran Muhammad
2.♂ Gusti Wiramanggala

Putra dari Tahmidullah I, dikenal p**a sebagai Panembahan Kuning. munculya dinasti Raja Kusan, lahirlah generasi penerus yang akan mengokohkan garis keturunan antara dua trah kerajaan.

3. Raja Kusan I → Sultan Muhammad Aminullah (memerintah 1759–1761)
Bernama lengkap Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah atau disebut juga Muhammadillah

Kelahiran ca 1730 Tangi, Kesultanan Banjar

Kematian 16 Januari 1761 (umur 30–31)
Martapura, Kesultanan Banjar

Pasangan

1.Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

2.Ratu Muhammad Adik kandung dari Gusti Kasim Aroeng Trawee

beliau mewarisi tahta Banjar melalui garis paternal dari Raja Kusan I. Masa pemerintahannya singkat, namun penting karena memperkuat hubungan antara Dinasti Banjar dan trah Kusan melalui integrasi simbolik dan politik.

Keturunan:
1 Ratu Lawiyah,anak Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

2 Pangeran Kusin anak Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

3 Pangeran Abdullah Amirul Mukminin anak Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

4 Pangeran Tumenggung Rahmat anak Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

5 Ratu Rabiah anak Permaisuri Ratu Sultan Muhammad binti Pangeran Mangkubumi Tamjidillah I Sultan Sepuh dari Banjar

6 Pangeran Amir Ratu Muhammad Adik kandung dari Gusti Kasim Aroeng Trawee

📖 II. Dinasti Pertengahan: Menuju Era Kolonial

4. Sultan Sulaiman Rahmatullah (memerintah pertengahan abad ke-18)

Berkuasa 19 April 1801 – 3 Juni 1825
(24 tahun, 45 hari)

Pendahulu : Tahmidullah II
Penerus : Adam

Sebagai anak dari Ratu Lawiyah/Ratu Tahmidilah II dan keturunan dari Sultan Aminullah, ia menjadi tokoh transisional menjelang terjadinya penetrasi kolonial Belanda yang lebih agresif di Kalimantan.

Kelahiran 16 Januari 1761
Karang Intan, Kesultanan Banjar

Kematian 3 Juni 1825 (umur 64)
Lihung Langkar, Kesultanan Banjar

Pasangan :

Permaisuri Ratoe Siti Gading (isteri tertua)
Nyai Ratu Intan Sari (ibu suri)
Nyai Rumangi
Nyai Unangan
Nyai Ratna
Nyai Ratu Kencana Kamala Sari
Nyai Sari/Argi
Nyai Minah
Nyai Taesah
Nyai Cina

Keturunan :
Sultan Adam,
Pangeran Mangkoe Boemi Nata
Ratoe Hadji Moesa Salamah
Pangeran Perbatasari
Pangeran Kassir
Ratoe Soengging Anoem
Pangeran Dipati di Mahang (HST)
Pangeran Ahmad
Pangeran Wahid
Pangeran Muhammad
Pangeran Kusairi
Pangeran Hasan
Pangeran Achmid
Pangeran Kasoema Widjaja (Berahim)
Pangeran Tasin
Pangeran Singa-Sarie
Pangeran Hamim
Ratu Kartasari
Ratu Syarif Marta
Ratu Salamah
Ratoe Sjerief
Ratu Hadijah

5. Sultan Adam al-Watsiq Billah (lahir 1782, memerintah 1825–1857)

Kelahiran 1776
Tambak Anyar, Banjar

Kematian 1 November 1857 (umur 80–81) Martapura, Banjar

Sultan Adam dikenal sebagai salah satu sultan terlama yang memerintah dan dianggap bijaksana. Pemerintahannya diliputi oleh tekanan kolonial dan ketegangan politik internal. Ia merupakan ayah dari Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman, yang sebelumnya telah ditunjuk sebagai calon pengganti.

Keturunan :
Pangeran Abdur Rahman
Pangeran Ismael
Pangeran Noh
Ratu Aminah Sjarief Hoesin
Ratu Salamah Ratoe Sjarief Ali
Ratu Khadijah Kramat Sjarief Abdoellah Nata Kasoema
Pangeran Soeria Mataram
Pangeran Praboe Anom
Ratoe Djantra Kasoema
Pangeran Nasaroedin
Ratu Idjah Antasari

🏛️ III. Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman dan Pangeran Mangkubumi Ratu Anom Wirakusuma

6. Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman (lahir 1799, memerintah 1825–1852)

Meskipun telah ditunjuk sebagai Sultan Muda atau Raja Muda, ia wafat sebelum naik tahta secara formal, namun kedudukannya tetap penting dalam silsilah, sebab ia adalah ayah dari tokoh besar berikutnya: Sultan Tamjidilah II dan Sultan Ratu Anom Wirakusuma II.

Berkuasa 1825–5 Maret 1852 (Sultan Muda)

Pendahulu : Pangeran Ratu Sultan Adam
Penerus : Pangeran Mangkubumi Sultan Tamjidullah II (1857-1859)

Keturunan : 14 anak

7. Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma Al-Watsiq Billah (memerintah de facto 1859–1862)

Lahir dari trah bangsawan murni, beliau merupakan keturunan ke-21 dari Mangkubumi Jantam dan keturunan ke-14 dari Sultan Suriansyah.

Memegang berbagai gelar penting dalam struktur kekuasaan Kesultanan Banjar: mulai dari Pangeran Ratu Anom (1841–1857), naik menjadi Wali Sultan Pangeran Mangkubumi (1857–1859) Mendamping Sultan Tamjidullah II (1857-1859), lalu sebagai Pemangku Raja/Wali Sultan (1859) semenjak Tamjidilah II di asingkan belanda ke empang Bogor, dan akhirnya memerintah sebagai Sultan Ratu Anom dari tahun 1859 hingga 3 Maret 1862 di asingkan belanda ke cianjur jawa barat.

Beliau dikenal sebagai tokoh spiritual, militeris, dan kharismatik, terutama dalam Perang Banjar (1859–1862). Keris pusaka seperti keris majalapak sijalapak dan keris keris lain nya yang dibungkus kain kafan bertuliskan “Mulawarman” menjadi simbol perlawanan, perlindungan gaib, dan kesinambungan antara warisan Kutai dan Banjar.

Dibuang oleh Belanda ke Cianjur karena dianggap sebagai ancaman besar bagi kolonial. Konon, beliau tidak mempan senjata api, sebuah narasi yang memperkuat karismanya sebagai figur keramat.

Silsilah:
SULTAN BANJAR Sultan Tahmidullah I /Panembahan Tengah adalah turunan ke 14 mangkubumi jantam atau turunan ke 7 sultan suriansyah berputra Sultan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah Panembahan Kuning berputra Sultan Muhammad Aminullah Muhammad /Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah/ Muhammadillah Raja Kusan I berputri Putri Ratu Lawiyah (Ratu Sunan Nata Alam /Ratu Tahmidillah II/Ratu Panembahan Batu /Ratu Tamhidillah) berputra Sultan Sulaiman Rahmatullah berputra Sultan Adam berputra Sultan Muda Abdur-Rahman berputra Pangeran Mangkubumi Seri Sultan Ratu Anom Wirakusuma Alwasjik Billah ia adalah keturunan ke 21 mangkubumi jantam atau keturunan ke 14 sultan suriansyah

⚖️ IV. Analisis Historis dan Kultural
Struktur genealogis ini membuktikan kesinambungan garis trah raja yang memiliki legitimasi spiritual dan politik, terutama ketika menghadapi kolonialisme.

Kehadiran keris yang dihubungkan dengan Kerajaan Mulawarman memberikan konteks penting tentang ritualisasi pusaka sebagai sarana perlawanan dan identitas.
Pangeran Wirakusuma bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga simbol resistensi kultural terhadap dominasi asing.

Dalam konteks arkeologi sejarah, perjalanan pusaka, pengasingan raja, dan identitas trah adalah materi penting dalam studi diaspora kerajaan pasca-kolonial.

Generasi keempat dari Sultan Wirakusuma, yang kini menjadi pengurus Yayasan Pangeran Wirakusumah di Cianjur, menegaskan pentingnya merawat dan menyuarakan sejarah keluarga secara arif dan akademik. Penolakan Pangeran Mangkubumi Sultan Wirakusuma untuk dikuburkan di samping tokoh yang dianggap “mengkhianati amanah leluhur”, yaitu Hidayatullah II, merupakan bentuk perlawanan simbolik terhadap narasi sejarah versi penjajah.

Gagasan Generasi keempat dari Sultan Wirakusuma, yang kini menjadi pengurus Yayasan Pangeran Wirakusumah di Cianjur, untuk membangun kompleks pemakaman khusus keturunan Wirakusuma di Cianjur adalah bentuk resacralisasi ruang sejarah, tempat suci yang bukan hanya fisik, melainkan juga spiritual dan politis. Ini adalah bentuk konkret menolak pelupaan sejarah (historical amnesia) dan penguburan narasi lokal oleh struktur kolonial.

Kesimp**an: Melawan Pelupaan, Merawat Ingatan

Bagi generasi sekarang, sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan fondasi identitas dan arah masa depan. Generasi keempat Sultan Wirakusuma tidak hanya mewarisi darah, tetapi juga tugas sejarah: untuk menyuarakan kembali narasi yang dihapus, membangun arsip alternatif yang hidup melalui ziarah, jurnal, infografik, dan kesaksian lisan.

Sebagaimana diungkapkan oleh redaksi dokumentasi Generasi keempat dari Sultan Wirakusuma, yang kini menjadi pengurus Yayasan Pangeran Wirakusumah di Cianjur, :

“Publikasi ini dapat dijadikan bagian dari jurnal sejarah, penelitian budaya, serta dokumentasi arsip keluarga kerajaan yang sah.”

Mari kita tidak mengubur sejarah, tetapi menanamnya kembali dalam hati, agar ia tumbuh menjadi pohon ingatan yang kokoh di hadapan badai pelupaan.

📚 Penutup
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anom Wirakusuma II adalah representasi puncak dari warisan dinasti Banjar yang penuh perjuangan, spiritualitas, dan kompleksitas politik. Narasi sejarahnya menjadi titik pertemuan antara legitimasi darah, pusaka leluhur, dan perlawanan terhadap imperialisme. Dalam kacamata sejarahwan, beliau bukan hanya bagian dari struktur istana, tetapi juga sebagai simbol terakhir dari Kesultanan Banjar yang otonom sebelum ditaklukkan dan dibubarkan secara resmi oleh Hindia Belanda pada awal abad ke-20.

🔖 Untuk keperluan dokumentasi sejarah, artikel ini dapat dijadikan bagian dari jurnal sejarah lokal, profil tokoh kerajaan Nusantara

📌 Catatan Redaksi:
Publikasi ini dapat dikutip untuk keperluan jurnal sejarah, penelitian budaya, serta dokumentasi arsip keluarga kerajaan yang sah, dengan menyebutkan sumber resmi dari Yayasan Pangeran Wirakusumah cianjur jawa barat

📝 Atas nama keluarga besar Pengurus Yayasan Pangeran Wirakusumah Cianjur Jawa barat
Gusti Pangeran Wirakusuma VI – Coach.Antung Henry S
Generasi Keempat dari Sultan Ratu Anom Wirakusuma II
(Trah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan – Pengasingan Cianjur)
📞 0882-8927-9116

Address

Cianjur Regency

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Yayasan Pangeran Wirakusuma posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Yayasan Pangeran Wirakusuma:

Share