Berita Viral

Berita Viral BERITA TERBARU VIRAL UPDATE SETIAP HARI

Remaja Yatim Piatu Hidup di Jalanan Dalam Keadaan Sakit Bertahan Dari Jualan TisuHidup sebatangkara bukanlah hal yang mu...
24/09/2025

Remaja Yatim Piatu Hidup di Jalanan Dalam Keadaan Sakit Bertahan Dari Jualan Tisu
Hidup sebatangkara bukanlah hal yang mudah untuk seorang anak kecil seperti Dani, terlantar dan tak punya tempat tinggal menjadi hal yang sangat menyakitkan. Ditambah dengan cobaan yang sungguh luar biasa di rasakan Dani, menahan sakit namun harus tetap berusaha kuat.

"Kalo dagangan tisu habis semua, aku biasanya dapat 20rb, kak. Aku beli makan dan minum dari hasil dagang ini kak, selebihnya aku tabung buat beli salep agar lukaku tidak sakit” curhat Dani dengan mata berkaca-kaca.
Masa kecil yang didamba banyak orang itu, tak pernah Dani gapai. Ayah dan ibunya sudah tiada, terpaksa Dani hidup sebatang kara. Padahal seharusnya Dani tahun ini masuk sekolah SMP, di saat teman-temannya diantar orangtua untuk sekolah, Dani menahan lara tidak melanjutkan sekolahnya karena tak tahan lagi dengan bvll1yan dari sekitarnya terlebih tak ada yang bisa membelanya.

Akibat kec*l*k*an 3 tahun yang lalu, leher dan kuping dani terb*k*r, sehingga ia sering di B*lly oleh teman-teman sekolahnya dengan anggapan al1*n. Dengan demikian dani mengurungkan niat untuk melanjutkan sekolah dan memilih berjualan tisu untuk bertahan hidup.
Disaat anak seusianya bermain dan sekolah, Dani harus berjuang keras memenuhi kebutuhan hidup demi bisa beli obat untuk luka bakarnya dan makan. L*ka b*k*r yang ia derita wajib diobati karena jika tidak, kulit leher dan dadanya akan terus tumbuh dan menjadi menyatu yang nantinya akan mengganggu penglihatan dan kondisi tubuhnya.
Tanpa penghasilan pasti, ia memilih tinggal di jalanan dan tidur di emperan toko setiap malamnya karena tak ada uang untuk kontrakan, seketika mimpi-mimpinya pun hancur. Padahal ia bercita-cita ingin menjadi polisi, namun mimpi itu ia telan dalam-dalam mengingat keadaanya yang memaksa untuk berkata “tak mungkin”.
"tisu, tisu. tisu dibeli, Aa ,teteh barade," suara kecil Dani menawarkan dagangannya dengan penuh harap.
Panas teriknya sinar matahari ia hiraukan. Asap maupun debu ia abaikan. Kaki kecilnya terus melangkah di tengah hiruk-pikuk kota, mencari rezeki.
Jika mendapatkan 15 ribu saja, ia sudah merasa sangat bersyukur. Namun, sering kali dagangannya sepi pembeli. Saking lelahnya mencari nafkah, kadang ia beristirahat hingga tertidur di emperan toko. Sungguh, hati siapa yang tak tersayat melihatnya?
Setiap hari, ketakutan selalu menghantui Dani. Bagaimana jika ia tak punya uang untuk makan, bagaimana jika ia tiba-tiba sakit? Akankah ada orang yang peduli dengan kondisinya?
Dani punya harapan besar. Ia ingin tumbuh seperti anak-anak lain, tumbuh sehat dan tenang tanpa ketakutan untuk menggapai cita-citanya menjadi penegak hukum.🥲

24/09/2025

APAKAH SETUJU JIKA MBG DI GANTI SEBAGAI UANG HARIAN UNTUK SETIAP SISWA CAIR PERBULAN

Hidup Sebatangkara, Bocah 9 Tahun Penjual Ubi di Telantarkan Ayah dan KakaknyaKenalin, bocah tangguh ini namanya Luki (9...
24/09/2025

Hidup Sebatangkara, Bocah 9 Tahun Penjual Ubi di Telantarkan Ayah dan Kakaknya
Kenalin, bocah tangguh ini namanya Luki (9) ia kehilangan ibunya karena sakit yang diderita sudah 1 tahun ini sedangkan ayahnya pergi meninggalkan Luki entah kemana.
Ia tak putus asa dan bangkit dari kesedihan, Luki keliling berjualan ubi milik orang lain, upah yang didapat pun hanya 5 ribu. Semua itu dilakukan Luki setelah pulang sekolah.
Sejak kedua orang tuanya meninggalkan Luki, ia hanya tinggal sendirian di rumah.
Barang jualan yang Luki jual tak laku setiap hari. Dalam sehari ia hanya membawa 10 kilo ubi, harga satu kilo ubinya ia jual dengan harga 5 ribu saja. Namun, setiap hari ia membawa dulu 5 kilo jika habis, ia membawa 5 kilo ubinya lagi.

Dalam sehari ia hanya mendapat upah 5 ribu. Upah yang didapat pun hanya cukup untuk beli mie saja. Namun, terkadang ada tetangga yang iba memberi Luki makanan.
Terkadang ia hanya mendapat upah 3 ribu karena ubi yang dijualnya tak laku semua.
Dari jam 1 siang hingga sore, Luki menyusuri kampung-kampung untuk menawarkan ubi yang dijualnya kepada orang yang ditemuinya di jalan.

Sebenarnya Luki mempunyai kakak namun, kakaknya pergi entah kemana, jadi Luki lah yang harus berjuang sendirian untuk menyambung hidupnya.
Tak jarang ia merindukan ibunya, dan Luki hanya bisa mendoakannya.
Luki selalu berdoa agar ibunya bahagia di surga sana 😭

Cari Nafkah di Usia Senja, Kakek Penjual Es di Probolinggo Men1ngg4l di Atas Motor Berhenti di tengah jalan dan tak sada...
23/09/2025

Cari Nafkah di Usia Senja, Kakek Penjual Es di Probolinggo Men1ngg4l di Atas Motor
Berhenti di tengah jalan dan tak sadarkan diri
Warga Kecamatan Sumber, Probolinggo dihebohkan dengan seorang pria paruh baya yang w4f4t dengan posisi duduk di atas motor. Kakek tersebut bernama Misyanto yang sehari-harinya dikenal sebagai pedagang es keliling.

Salah seorang saksi yang tinggal di sekitar TKP saat itu curiga dengan Misyanto yang menghentikan motornya di tengah jalan. Awalnya Misyanto mengeluh pusing sebelum berangkat berdagang hingga akhirnya ditemukan warga dalam keadaan tak bernyawa.

W4f4t di atas motor
“Mungkin kenal katanya orang Leces permai, w4f4t dunia di Dusun Tulunangka Ledokombo Kec Sumber. Kata masyarakat pusing n stlh dilihat dilokasi ternyata sdh w4f4t dunia. Masyarakat tdk berani memindahkan dr jalan
Pengakuan warga sekitar
Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Dusun Talunongko, Desa Ledokombo, Kecamatan Sumber, sekitar pukul 10.00 WIB. Menurut kesaksian warga sekitar, Misyanto sudah cukup lama menghentikan motornya di tengah jalan desa.

Misyanto yang sudah w4f4t itu pertama kali terungkap saat pengguna jalan curiga Misyanto berhenti di tengah jalan.

Hal ini diungkapkan oleh Kapolsek Sumber, Iptu Sono. Warga setempat, Suwoco (40) awalnya curiga karena Misyanto tak bergerak dan bereaksi saat diklakson. Akhirnya saat hendak ditolong, Misyanto sudah tidak bernyawa

"Sewaktu saksi tengah melintasi jalan desa terhalang oleh keberadaan korban yang saat itu duduk di atas motornya. Dan ketika diklakson, ternyata tidak bergerak sama sekali,"

Jualan es krim di usia senja
Setelah tahu Misyanto w4f4t dunia, warga sekitar tak berani mengevakuasi. Akhirnya petugas datang dan mengecek identitas Misyanto. Ternyata Misyanto adalah warga Dusun Gentengan Desa Leces Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo.
Petugas langsung mengevakuasi jenazah Misyanto ke puskesmas terdekat. Keluarga Misyanto lalu datang untuk membawa pulang jenazah Misyanto untuk dimakamkan. Keluarga menolak autopsi karena memang Misyanto sudah lama sakit-sakitan.

"Kami langsung hubungi pihak keluarga, dan mereka segera datang. Namun mereka menolak korban diautopsi dengan alasan korban memang punya riwayat sakit sehingga langsung dibawa pulang," tandas Sono
Misyanto sudah lama sering mengeluh pusing dan sesak napas. Namun saat dihimbau keluarganya untuk tidak pergi jualan, Misyanto selalu menghiraukan.
Semoga amal ibadah Mbah diterima sisi ALLAH🤲🥲

Darul, Bocah Pemulung Berhenti Sekolah Karena Sering di H1n4Bayangkan hidup di jalanan, tanpa tempat tinggal, dan bergan...
23/09/2025

Darul, Bocah Pemulung Berhenti Sekolah Karena Sering di H1n4
Bayangkan hidup di jalanan, tanpa tempat tinggal, dan bergantung pada hasil pemulungan setiap hari. Inilah kisah Darul, seorang anak berusia 10 tahun, yang ditemukan oleh relawan kami di Medan. Darul dan adiknya hidup berpindah-pindah di jalanan bersama orang tua mereka yang bekerja sebagai pemulung.
Darul dan adiknya tidak pernah dipaksa untuk mencari rongsokan, tetapi mereka melakukannya untuk membantu orang tua mereka. Mereka tidak tahu harus berbuat apa saat orang tua mereka bekerja. Adik Darul sering terlihat lesu dan tertidur di gendongan abangnya karena kel4p4r*n dan kelelahan. Mereka hanya bisa makan ketika ayahnya menjual hasil rongsokan di siang atau sore hari. 😭
Darul pernah bersekolah hingga kelas 3 SD, tetapi terpaksa berhenti karena tidak kuat menerima ejekan dari teman-temannya sebagai “anak gel4nd*ngan”.









Abah Hanya Cari Rongsok Demi Bertahan Hidup sering dikira m4l1ng karna Abah menyeret plastik hitam besar, bukan karung. ...
22/09/2025

Abah Hanya Cari Rongsok Demi Bertahan Hidup sering dikira m4l1ng karna Abah menyeret plastik hitam besar, bukan karung.
Padahal, Abah Andi yang sudah berusia 83 tahun ini, hanya sedang membawa rongsok yang ia kumpulkan sejak pagi.
Karena kondisi tubuhnya yang tidak lagi bugar, Abah tidak kuat untuk memanggul atau mengangkat rongsokan. Ia hanya bisa menyeretnya sepanjang jalan.
Tak jarang, plastik hitam tersebut justru sobek dan membuat hasil rongsok yang ia kumpulkan berhamburan ke jalan.
Untuk mengumpulkan satu kantong plastik besar saja Abah butuh waktu berjam-jam karena kerap kali berebutan antar pemulung lainnya.
Bahkan untuk 1 kg botol plastik, hanya dihargai sebesar 1.200 rupiah saja. Sedangkan Abah tidak cukup kuat untuk mengumpulkan banyak botol-botol plastik.
Meskipun tubuhnya sudah tak sanggup, namun Abah tetap memaksakan diri untuk terus memulung. Semua itu ia lakukan untuk bertahan hidup karena sudah tidak ada yang bisa menolongnya.
Abah kini hidup sebatang kara semenjak ditinggal anak dan istri meninggal dunia.
Istri Abah meninggal karena sakit seusai rumah yang mereka tempati mengalami kebakaran. Sejak itu rumah Abah pun tidak terurus dan semakin dipenuhi dengan barang rongsokkan.
Semakin hari Abah semakin merasa sedih terlebih jika sudah mengingat usia yang tak lagi muda. Abah sering berkata sudah pasrah pada keadaan.
Abah menghabis waktu selain memulung yaitu dengan menjadi marbot masjid karena ingin mengumpulkan amal di usia senjanya

Ayah Ojol Ini Bawa Anak Lumpuh Saat Narik Bukan Karena Mau, Tapi Terpaksa“Kalau orang lain bermimpi ingin anaknya sukses...
22/09/2025

Ayah Ojol Ini Bawa Anak Lumpuh Saat Narik Bukan Karena Mau, Tapi Terpaksa
“Kalau orang lain bermimpi ingin anaknya sukses dan pintar, saya cuma bermimpi anak saya bisa hidup layak kak… bisa jalani terapi & berobat, punya kursi roda, dan tak lagi minum susu sereal rencengan di warung,” - Pak Supriyatna.
Di balik hiruk-pikuk jalanan kota, tersembunyi kisah perjuangan seorang ayah tangguh bernama Pak Supriatna. Sehari-hari ia bekerja sebagai ojek online dengan penghasilan yang nyaris tak seberapa rata-rata hanya Rp20.000 per hari.
Namun, di balik helm dan jaketnya yang lusuh, ada cinta besar yang ia perjuangkan setiap hari: anak semata wayangnya yang berusia 3,5 tahun.
Anak Pak Supriatna mengalami kelumpuhan sejak bayi. Hingga hari ini, sang anak belum bisa berjalan maupun berbicara.
Sayangnya, keterbatasan ekonomi membuat Pak Supriatna belum bisa membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis pasti.
Selama ini, ia hanya mampu membawanya ke puskesmas terdekat, dengan perawatan seadanya dan tanpa alat medis yang memadai.
Sejak bayi, anak itu telah ditinggalkan oleh ibunya yang menyerah dengan kondisi ekonomi keluarga.
Sejak saat itu, Pak Supriatna mengurus semuanya seorang diri dari mencari nafkah, memandikan, menyuapi, hingga menemani tidur anaknya yang tak bisa mengungkapkan rasa sakit ataupun rindu dengan kata-kata.
Karena tidak ada yang bisa menjaga anaknya di rumah, Pak Supriatna sering membawanya ikut bekerja. Anak itu duduk diam dalam dekapan atau digendong saat ia mengantar penumpang.
Tak jarang penumpang bertanya dengan heran, “Kenapa ngojek bawa anak?” Pertanyaan yang membuat hati Pak Supriatna perih, namun ia hanya tersenyum dan menjawab singkat, “Nggak ada yang jagain, Bu.” Tak semua orang memahami, tapi ia tahu ia tidak punya pilihan lain.
Demi bertahan hidup, bahkan anaknya harus mengonsumsi minuman sereal seperti Energen sebagai pengganti susu formula.
Susu yang seharusnya menjadi nutrisi utama bagi tumbuh kembang anak, kini hanya bisa menjadi angan bagi mereka.
Namun, di tengah segala keterbatasan dan kepedihan, Pak Supriatna tak pernah kehilangan harapan. Ia tetap mengantar penumpang, melayani orderan, dan pulang dengan senyum untuk anak tercintanya.
Karena bagi Pak Supriatna, satu sen pun dari hasil jerih payahnya adalah bentuk cinta, dan setiap tetes peluhnya adalah doa untuk kesembuhan sang buah hati.

Menyayat Hati, 6 Anak Yatim Piatu Ini Hidup Sebatang Kara, Bertahan Hidup Dari Memancing IkanTak ada orang yang ingin te...
21/09/2025

Menyayat Hati, 6 Anak Yatim Piatu Ini Hidup Sebatang Kara, Bertahan Hidup Dari Memancing Ikan
Tak ada orang yang ingin terlahir sebagai orang yang serba kekurangan. Tapi pilihan itu ada pada Allah SWT.
Allah sudah mencatat di lauhul mahfudz takdir baik dan takdir buruk setiap orang, bahkan sebelum orang itu terlahir di dunia. Dan kita tidak punya pilihan kecuali menjalaninya.
Di Pulau Sagori, Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana, tempat sebagian warga Kelurahan Sikeli bermukin, terdapat keluarga mungil yang kesehariannya menyita perhatian.
Keluarga kecil, 6 bersaudara, semuanya masih di bawah umur, bertahan hidup di gubuk peninggalan kedua orang tuanya.
Mereka adalah Arjun, Rafli, Cinta, Kefin, Novi dan Rindu. Lahir dari pasangan almarhum Pajjing yang meninggal dunia pada bulan Juni 2021 lalu. Sedangkan mendiang istrinya bernama Intang telah lebih dulu berpulang bulan April 2020.
Menurut Lurah Sikeli, Khairil, dari 6 bersaudara itu, anak sulung masih duduk di bangku SMP umurnya baru 16 tahun, sementara yang paling bungsu masih berusia 4 tahun.
"Yang tertua itu berusia 16 tahun dan bungsu kelahiran tahun 2017 lalu atau 4 tahun," ucap Khairil kepada Telisik
Kata Khairil, untuk menghidupi adik-adiknya, kakaknya yang sudah bisa melaut mengandalkan hasil pancingan ikan di sekitar Pulau Sagori.
Sementara untuk nasi, mereka mengandalkan pemberian warga setempat.
"Setelah kami telusuri, kalau siang mereka memancing untuk bertahan hidup. Sementara beras mengandalkan pemberian tetangganya yang dimasak jadi bubur," lanjut Khairil yang baru beberapa bulan menjabat sebagai lurah.
Saat ini, keluarga kecil yang hidup tanpa ayah dan ibu ini telah mendapatkan bantuan meski terbatas dari berbagai pihak. Di antaranya dari pemerintah kelurahan, Dinas Sosial berupa sembako, bahkan rencananya bakal dibangunkan tempat tinggal yang layak melalui usulan Lurah Sikeli kepada Pemkab Bombana.
"Kami sudah susunkan proposalnya pembangunan rumah bagi mereka untuk diusulkan di Pemda,"
Ayo sahre teman teman biar viral agar segera proposal pembangunan rumah untuk mereka disetujui🙏

Satu Keluarga Mulung Demi Bertahan Hidup Di Gubuk Reyot“Setiap hari dapat 15 kilo hasil mulung Saya, suami ma kedua Anak...
21/09/2025

Satu Keluarga Mulung Demi Bertahan Hidup Di Gubuk Reyot
“Setiap hari dapat 15 kilo hasil mulung Saya, suami ma kedua Anak saya, kalau di uangkan sekitar 20 ribu paling, itupun dipakai beli beras sekilo 10 ribu, 10 ribu lagi kadang beli krupuk ma tahu, agar semua kebagian buat makan” ucap Bu nur (38 tahun).
Bu Nur beserta Anak-anaknya mau tidak mau menjadi pemulung demi bertahan hidup, apa lagi ketika Suaminya Pak Yayat (46 tahun) tak bisa kemana-mana karena sakit TB paru, Beliau lah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Saat ini Pak Yayat sudah mulai membaik, meski belum sembuh 100% namun Ia harus memaksakan bekerja demi memenuhi kewajiban nya sebagai tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah,
“Kasian Pak ma Istri Saya harus mulung sendirian, kadang Anak-anak juga harus bantu mulung.. Saya liat nya merasa menjadi Suami yang gak bertangung jawab…” ujar Pak Yayat.
Pernah Beliau sampai muntah darah akibat terlalu memaksakan diri untuk mulung dengan berjalan sampai 15 kilometeran, akibatnya Ia muntah darah dan hampir pingsan tak ada orang yang menolong hingga membuat kebingungan Bu Nur, namun Ia tetap berusaha tenang sambil memijit punggung serta pundak Suaminya tersebut sambil beristirahat sejenak sampai kondisi Suaminya itu membaik dan setelah membaik barulah Ia membawa Pulang Pak Yayat beserta Anak-anaknya meski dengan berjalan kaki secara perlahan dari jam 3 sore sampai rumah sekitar jam 7 malam.
Setiap hari 2 kali Pak Yayat beserta Bu Nur dan kedua Anak-anaknya mulung dimulai dari jam 7 pagi sampai dengan jam 11 siang, kemudian dilanjut dari jam 2 sampai jam 6 sore. Terkadang dalam mulung keluarga ini dibagi menjadi 2 team, team pertama Pak Yayat beserta Anak bungsunya Ojak yang baru berusia 5 tahun sedangkan team ke 2 Bu Nur beserta Anak ke 5 nya Ridho yang berusia 7 tahun, hal ini Mereka lakukan agar bisa memaksimalkan pendapatan dalam memulung.
“Sebenarnya Ridho harus nya Sekolah, namun kadang Ia bolos katanya ridho pengen bantuin Emak aja mulung biar bisa punya uang, Saya juga sebenarnya gak mau ngajak Anak-anak terutama yang bungsu tapi gimana lagi, kalau ditinggal di Rumah khawatir gak ada yang jaga, apa lagi rumahnya dekat ma Waduk, takut gak ada yang merhatiin terus mereka tenggelam di Waduk…” ucap Bu Nur.
Pak Yayat, Bu Nur beserta Anak-anak nya saat ini tinggal di Rumah bedeng terbuat dari barang-barang bekas yang mereka pungut dari apa yang mereka temukan selama mulung dari mulai terpal bekas, spanduk bekas, kayu bekas, genteng bekas, sarung bekas, Grc bekas dan triplek bekas, bahkan pada bagian dinding yang dibangun dari bahan-bekas tersebut sudah terdapat lubang yang cukup besar, sedangkan tanah yang mereka gunakan sebagai tempat membangun rumah bukan di tanah milik mereka, melainkan di bantaran tanah Waduk Saguling yang sudah mengering.
Pak Yayat dan Bu Nur merupakan sosok Orangtua yang bertanggung jawab dan tidak pernah mengeluh dalam memperjuangkan kehidupan Anak-anaknya walaupun dengan pekerjaan yang cukup berat sebagai pemulung namun penghasilan yang didapat sangatlah kecil, begitupun dengan Anak-anaknya terutama Ridho yang saat ini baru naik kelas ke Kelas 2 MI (Madrasah Ibtidaiyah) tidak pernah malu ataupun gengsi terahadap teman-teman nya meski memiliki Orangtua sebagai Pemulung bahkan dia begitu rajin membantu Orangtuanya ikut mulung meski harus bolos sekolah jika ikut mulung.
Makanya besar sekali keinginan Pak Yayat untuk memiliki usaha berupa warung kelontong atau warungt jajanan anak, agar Beliau memiliki penghasilan yang cukup dan menentu setiap harinya sehingga tak harus melibatkan Anak-anak dalam memenuhi kewajiban nya dalam mencari nafkah, tertuma agar tidak menganggu sekolah Rojak yang sering bolos karena ikut mulung. Namun apalah daya keingingan Pak Yayat itu hingga kini belum bisa terwujud karena tidak memiliki Modal untuk membuka usaha yang diinginkan nya.

Tuhan Aku Ikhlas Jika Mereka Menyebutku Si Kep4l4 BesarTak pernah marah sedikitpun, Riski justru membalas temannya denga...
20/09/2025

Tuhan Aku Ikhlas Jika Mereka Menyebutku Si Kep4l4 Besar
Tak pernah marah sedikitpun, Riski justru membalas temannya dengan senyuman kecil di bibirnya sembari berjalan masuk kedalam rumah, walaupun sebenarnya Ia pun mengakui kepada nenek dan kakenya seringkali merasa sedih dan malu bahkan sampai menangis.
Sejak lahir, Riski memang sudah m*nd*r1t4 penyakit Hidrosefalus yang membuat ukuran kep4l4nya lebih besar dari biasanya. Namun, hal itu tidak menghalangi semangatnya untuk terus menimba ilmu. Ungkap neneknya, Ia seringkali memaksa pergi ke sekolah meski demam dan pusing sakit kep4l4 tak tertahankan.

Tak sampai situ penderitaan yang harus ditanggung oleh Riski yang kini masih sangat kecil di usianya yang baru saja menginjak 9 tahun. Kesedihannya bertambah, saat Ia mengetahui sudah kehilangan sosok ibu kandungnya sejak usianya menginjak 1 tahun karena m*nd*r1t4 penyakit radang ginjal. Untuk menenangkan kesedihannya, satu kali dalam sepekan Riski selalu datang ke makam ibunya untuk mendoakan dan membersihkan makamnya.
Sedihnya lagi saat kej4ng tiba, Riski hanya bisa diobati dengan kompresan air hangat sembari kep4l4nya di usap-usap oleh neneknya. Neneknya mengakui tak bisa membawa Riski ke Rumah Sakit. Bagaimana Tidak? Neneknya hanya seorang buruh tani dan kakek hanya tukang eskrim keliling. Penghasilan keduanya tak seberapa hanya cukup untuk makan sehari-hari saja itupun hanya dengan lauk tahu/tempe saja.
“Emak sama Abah mah cuma ingin Riski bisa berobat dan sembuh biar bisa terus sekolah dan hidup mandiri. Soalnya kasian kalo Emak Abah gak ada Riski cuma sendirian,” ungkap Nenek

Lebih Dari 40 Tahun Hidup Sendirian, Bu Asni Jualan Kela Demi Bisa Makan“Orang-orang sering melihat ibu aneh karena g0nd...
20/09/2025

Lebih Dari 40 Tahun Hidup Sendirian, Bu Asni Jualan Kela Demi Bisa Makan
“Orang-orang sering melihat ibu aneh karena g0nd0k di leher, kadang-kadang tidak sedikit yang menjauh saat melihat ibu” kata ibu Asni
sudah sejak kecil g0nd0kan di leher Ibu Asni melekat, terkadang ia merasa sedih karena banyak orang yang menjauhinya. Ibu Asni yang sudah usia 50-an tahun sampai sekarang pun belum menikah, sehingga sekarang ia hidup sebatang kara tanpa seorang pun keluarga.
mirisnya lagi Ibu Asni sudah menjadi yatim piatu sejak usia 6 tahun, orang tuanya sudah meninggalkannya sejak usianya masih kanak-kanak. Kala itu, saat anak seusianya bermain, namun Ibu Asni harus mencari makan sendiri, sejak itu ia terbiasa hidup sendiri.
begitu berat perjuangan ibu Asni yang hidup sebatangkara sejak kecil, ia pun menjual kelapa yang tak seberapa setiap harinya untuk mencukupi biaya makan sehari-harinya. Namun hasil penjualan kelapanya hanya mencapai Rp. 9.000 kalau laku tiga-tiganya, namun kalau tidak laku bu Asni harus mencari cara untuk mendapat makan hari ini.
untuk menutupi kekurangannya, Ibu Asni juga menjadi buruh cuci tetangganya, ia juga menjadi buruh kupas kacang, ia hanya mendapat upah Rp.5000 dari satu baskom yang ia dapatkan.
Perjuangan Ibu Asni tidak sampai disitu, g0nd0k di lehernya pun juga sering kali kambuh sehingga menimbulkan rasa nyeri, sehingga tak jarang Ibu Asni membeli obat di Apotek yang dibayarnya dengan menukar kelapa yang ia bawa. Selain itu, ibu Asni juga kesulitan berjalan karena kondisi kakinya yang asam urat karena dimakan usia.

Kisah Inspiratif perjuangan seorang kakek sebatang kara berusia 86 tahun mengamen di depan minimarket demi untuk bertaha...
20/09/2025

Kisah Inspiratif perjuangan seorang kakek sebatang kara berusia 86 tahun mengamen di depan minimarket demi untuk bertahan hidup

Namanya Abah Opid
Berusia 86 Tahun

Abah Opid mencari nafkah dengan cara mengamen menggunakan alat musik tradisional yaitu kecapi

Abah Opid tinggal seorang diri
sebuah rumah sederhana di atas tanah dan bangunan milik org lain yg letaknya di blkg terminal

Penghasilan Abah tidak menentu kadang
20ribu - 50ribu
Abah Opid ngamen setiap pagi s/d jam 2 dan itupun pindah2 minimarket

Jika memang di jam 2 siang itu pendapatan abah masih sedikit atau kurang untuk kebutuhan sehari hari , abah pulang kerumah dan Abis Maghrib berangkat kembali
Dan jaraknya dari rumah ke minimarket tsb agak lumayan makan waktu 30 menitan

Sehat selalu Abah Opid 🥹









Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Berita Viral posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share