Berita Viral

Berita Viral BERITA TERBARU VIRAL UPDATE SETIAP HARI

15/07/2025

Beliau menangis karena anaknya belum sekolah, jangankan sekolah untuk makan aja sulit, sudah 2 jam berkeliling tapi belum juga ada yg membeli😭😭
Mohon normalisasi beli dagangan yg seperti ini ya karena mereka berjualan hy untuk makan sehari2..
Gk usah fomo2 untuk beli makanan mahal org2 yg sudah kaya🙏🥹

Perjuangan Yatim Dagang Koran Demi Obati IbuGurat lelah terpancar dari raut wajah bocah cilik ini. Tangan nya penuh memb...
15/07/2025

Perjuangan Yatim Dagang Koran Demi Obati Ibu
Gurat lelah terpancar dari raut wajah bocah cilik ini. Tangan nya penuh membawa tisu dan koran yang belum laku ia jual sedari tadi.
Rifana (10) namanya. Setiap hari ia berkeliling mondar mandir di lampu merah menjajakan koran dan tisu yang dijual.
Aku yang sedari tadi merasa lelah di jalanan memutuskan untuk menepi dan mengajak bocah ini berbincang.
Susah payah aku menahan air mata. Ternyata banjir juga.
Anak sekecil ini harus menghabiskan separuh hidupnya untuk berjuang menafkahi keluarga. Ayahnya telah meninggal. Ibunya lumpuh terbaring di kasur karena derita diabetes akut. Belum lagi ia juga harus merawat sang nenek yang sudah sangat renta.
Terbesit di benakku bertanya padanya “Rifana sekolah? Besok kalau besar pengen jadi apa?”
Bibir kecilnya menyunggingkan sedikit senyum “Aku sekolah kak. Walaupun aku kerja dari siang sampai malam, tapi uang yang aku dapatkan selalu aku sisihkan buat bayar sekolah, soalnya besok aku kalau besar ingin jadi dokter.”
Aku tarik napas. Hatiku bergemuruh takjub dengan semangat anak ini.
Beban di pundaknya begitu berat.
Anak 10 tahun ini, rela habiskan waktu mencari uang agar bisa makan juga membeli obat untuk ibunya yang sakit. Dibalik perjuangan tersebut, ia juga sisihkan sedikit tabungan untuk sekolah.
Namun sayang, binar wajahnya sedikit memudar saat ia bercerita duka yang ia alami.
Tak setiap hari koran dan tisu yang dijual nya laku. Bisa dapat 30-50 ribu sehari saja sudah Alhamdulillah. Tapi untuk dapat penghasilan tersebut amatlah sulit.
Rasa khawatir terus mendera batinnya. Ada perasaan takut ditabrak pengendara motor, takut diusir dan dimarahi. Namun sekuat tenaga ia lepas perasaan takut itu. Karena Rifana dan kakaknya harus bekerja keras agar bisa mengumpulkan uang 100 juta lebih untuk pengobatan ibunya.

Sering Tak Laku, Yatim Piatu Penjual Tisu Hanya Dapat 5 ribuAsdar, bocah 12 tahun ini harus berjuang demi bisa makan dan...
14/07/2025

Sering Tak Laku, Yatim Piatu Penjual Tisu Hanya Dapat 5 ribu
Asdar, bocah 12 tahun ini harus berjuang demi bisa makan dan sekolah. Ayahnya sudah meninggal dunia saat ia masih di dalam kandungan, kemudian disusul sang ibu saat ia masih berumur 1 tahun. Sungguh pilu, di umur yang masih sangat kecil itu, ia sudah menjadi yatim piatu. Kini ia tinggal bersama neneknya, Nenek Halimah (48) di sebuah kontrakan sederhana yang dindingnya sudah lapuk. Untuk bertahan hidup, Asdar jualan tisu keliling setelah pulang sekolah. Tisu yang dijual harus ia beli terlebih dahulu. Kemudian ia jual dengan harga 5 ribu.

Biasanya Asdar jualan di sekitar pasar. Sayangnya, ia seringkali tidak dilirik oleh orang-orang. Akibatnya, tisu yang dijual pun sering tidak laku.
"Aku jualan sampe sore pak. Kadang cuma dapet 5 ribu, itulah yang aku pakai buat modal esok harinya,"

Jangankan untuk menabung biaya sekolah, untuk makan saja kerap kesulitan. Neneknya yang semakin tua, hanya bekerja sebagai buruh cuci panggilan dengan upah tidak menentu.
Apalagi saat ini, kontrakan, listrik, dan air harus segera di bayar. Belum kebutuhan sekolahnya juga semakin meningkat seiring kenaikan kelas.

Asdar berharap adanya bantuan biaya hidup untuk membantu meringankan beban dirinya
@

Bocah 11 Tahun di Polewali Mandar Terpaksa Tinggalkan Sekolah demi Rawat Ibunya yang LumpuhSeorang anak perempuan bernam...
14/07/2025

Bocah 11 Tahun di Polewali Mandar Terpaksa Tinggalkan Sekolah demi Rawat Ibunya yang Lumpuh
Seorang anak perempuan bernama Sulfa Aulia (11 tahun) di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa harus meninggalkan kegiatan sekolahnya demi merawat ibunya yang mengalami lumpuh.
Sulfa yang duduk di kelas lima SD 038 Inpres Panggalo, sudah absen selama satu bulan karena mengurus dan merawat ibunya yang sakit. Ibunya yang bernama Uny mengalami lumpuh sejak empat bulan terakhir, sehingga mengharuskan Sulfa melakukan berbagai pekerjaan rumah seorang diri karena ayahnya sudah meninggal dunia. Memasak, mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga memberi makan ibunya dilakukan Sulfa seorang diri.
Sulfa dan ibunya tinggal berdua di sebuah rumah kecil di Desa Katumbangan Barat, Kecamatan Campalagian. Rumah tersebut berukuran sekitar 4x6 meter, hanya berdinding anyaman daun sagu, beratapkan daun rumbia, dan beralaskan semen. Satu-satunya keluarga yang tinggal dekat rumahnya hanya kakek dan neneknya. Setiap malam, Sulfa membawa ibunya ke rumah kakek neneknya menggunakan gerobak semen.
"Saya sudah tidak pernah pergi sekolah karena ibu sakit. Saya harus merawat ibu, setiap hari saya mandikan, beri makan, dan pijat badannya," kata Sulfa di rumahnya
Meskipun Sulfa harus berjuang sendiri, dia tidak pernah mengeluh atau merasa lelah untuk merawat ibunya, meski harus merelakan sekolahnya dan waktu bermainnya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia berjualan makanan di rumah. Hasil berjualan digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
"Saya berjualan di rumah. Ibu saya tidak pernah dibawa ke rumah sakit karena tidak ada yang membantu," ungkap Sulfa.
Tetangga Sulfa bernama Yumi mengatakan kondisi Sulfa dan ibunyanya sangat memprihatinkan. Kesabaran Sulfa dalam merawat ibunya membuat hatinya tergerak, meskipun hanya bisa membantu sebatas kemampuannya.
"Ibunya sakit sudah empat bulan, Sulfa sendiri yang merawat, tetapi terkadang para tetangga juga datang membantu," ujar Yumi

Kisah Pilu Kendar, Bocah SD Rawat Ayahnya yang Lumpuh Seorang DiriKisah bocah bernama Kendar ini sungguh memilukan. Dia ...
13/07/2025

Kisah Pilu Kendar, Bocah SD Rawat Ayahnya yang Lumpuh Seorang Diri

Kisah bocah bernama Kendar ini sungguh memilukan. Dia setiap hari seorang diri merawat ayahnya yang terbaring tak berdaya karena lumpuh. Bagaimana ceritanya?

Pagi itu, Kandar terlihat sangat sabar menyuapi makan ayahnya, Rasim (42), yang terkulai lemah tak berdaya di tempat tidur kayu di rumahnya di RT 06 Dukuh Pucung, Desa Karang Bawang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. Rumah mereka memang sangat sederhana, terbuat dari kayu dan anyaman bambu serta beralaskan tanah.
Setelah menyuapi ayahnya makan dengan nasi dan camilan warung ala kadarnya, Kendar pun bersiap berangkat ke sekolahnya di Sekolah Dasar Negeri 1 Karang Bawang. Meski tubuhnya kecil dan masih duduk di bangku kelas IV SD, umur Kendar saat ini sudah sekitar 13 tahun.

Enam tahun sudah Kendar merawat seorang diri ayahnya yang menderita kelumpuhan. Seluruh urusan rumah tangga, mulai menyediakan makanan hingga memandikan serta mengurus keperluan sang ayah lainnya dilakukannya sendiri, yang akhirnya mengakibatkan dirinya banyak tertinggal pelajaran di sekolah.

"Sehari-hari ya mengambilkan makanan untuk Bapak, nyuapin Bapak, mandiin, nyuci pakaian, nyuci piring, merapikan rumah. Saya ikhlas ngurusin Bapak," kata Kendar
Memang ke mana ibunya? Menurut Kendar, ibunya, Tasmini (40), terpaksa merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai pembantu agar keluarganya tetap bisa makan. Sedangkan kakaknya, Darmanto, dimasukkan ke sebuah pesantren gratis oleh warga sekitar untuk meringankan beban keluarganya.

"Untuk kebutuhan sehari-hari, nunggu kiriman. Kalau Ibu kirim, bisa makan. Tapi, kalau belum kirim, saya utang dulu di warung," sambung anak kedua di keluarganya ini.

Kendar berharap ayahnya bisa segera sembuh dari kelumpuhan agar masa depannya tidak hilang. Dia berharap bisa terus bersekolah agar kelak bisa bekerja dan ikut menopang perekonomian keluarga.

"Harapannya, Bapak cepat sembuh biar Bapak bisa merawat aku dan kakakku lagi. Pinginnya Bapak kayak dulu lagi. Sudah lama Bapak sakit," ujarnya lirih.

Sebelum mengalami kelumpuhan, Rasim jadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai penderes nira untuk membuat gula jawa. Tapi, semenjak 2010, dirinya terkena gejala penyakit cikungunya hingga dirawat selama 1 minggu di rumah sakit.

"Berobat 1 minggu di RS tidak sembuh. Jadi pulang, sampai uang habis, tidak bisa berobat lagi," ujar Kasim. Sejak saat itulah Kendar berperan merawat dirinya, sementara istrinya merantau ke Jakarta jadi pembantu rumah tangga untuk menyambung kehidupan mereka. Karena kondisi itu, Kendar terpaksa sering izin kepada gurunya karena tidak bisa berangkat ke sekolah untuk mengurusinya.

"Saya kasihan sama Kendar. Semuanya ditangani Kendar. Jadi saya nelangsa (sedih) sekali, kepingin nangis. Soalnya, anak kecil itu belum waktunya ngurusin saya, tapi sudah bekerja berat, ngurusin saya semuanya," kata Rasim, yang tergeletak lemah sambil meneteskan air mata. Apalagi Kendar juga diduga memiliki gejala penyakit yang mirip seperti dirinya. Terbukti anak ini kesulitan beraktivitas seperti saat

jongkok, kakinya tidak bisa menekuk, dan kedua tangannya tidak bisa menggenggam.

"Punya anak dua sakit semua. Yang cacat Darmanto dan Kendar, tangannya tidak bisa genggam, dua-duanya, terus kaki tidak bisa nekuk, dua-duanya sakit semua. Sakit apa saya juga tidak tahu," ucapnya.

Darsim, tetangga Rasim, mengatakan hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah untuk membantu keluarga tersebut. Hingga akhirnya istri Rasim terpaksa bekerja ke Jakarta sebagai tulang punggung keluarga.

"Bantuan untuk mengobati Rasim hingga saat ini tidak ada, paling bantuan yang sifatnya umum, seperti BLT. Akhirnya istrinya terpaksa berangkat ke Jakarta bekerja sebagai pembantu. Kalau untuk sekolah, mungkin sudah ada bantuan dari dana BOS atau apa, jadi guru-guru Kendar juga ikut bantu," ujarnya.

Wantoro, guru sekaligus wali kelas Kendar di SDN 1 Karang Bawang, mengatakan Kendar merupakan anak yang rajin dan s**a membantu orang tua. Meskipun kadang sering terlambat dan tidak masuk sekolah, tapi dia selalu izin.

"Terlambat sering, karena harus merawat bapaknya, tapi dia anak yang rajin," ucapnya.

Wantoro menjelaskan Kendar juga anak yang jujur. Kendar jujur jika kakinya selalu sakit sehingga meminta izin agar tidak pakai sepatu atau sandal saat berangkat ke sekolah.

"Paling saat olahraga dia sering minder, mungkin karena fisiknya, ya. Untuk kedewasaan, dia lebih dewasa dibanding teman-temannya. Dia juga anak yang berani dan sopan. Pernah dia izin ke saya kalau kakinya sakit dan tidak mau pakai sepatu sama pakai sandal. Saya bilang tidak apa-apa, yang penting kamu sekolah," jelasnya.

"Beruntung juga teman-teman Kendar baik dan peduli. Tingkat sosial teman-temannya juga tinggi. Teman-temannya juga ikut membantu, misal Kendar terlihat termenung, teman-temannya pada jajan, akhirnya itu teman-temannya pada kasih dan menghibur Kendar," sambungnya.

Anak Yatim Piatu! Bantu Iqbal Sembuhkan Nek Aminah“Kadang buat makan, aku harus jual kayu bakar dulu kak. Kalau nggak la...
12/07/2025

Anak Yatim Piatu! Bantu Iqbal Sembuhkan Nek Aminah
“Kadang buat makan, aku harus jual kayu bakar dulu kak. Kalau nggak laku, Aku dan Nenek cuma bisa makan nasi basah yang sudah basi. Iqbal pengen liat Nenek bisa makan enak dan bisa sembuh dari penyakit di kakinya.” Ujar Iqbal
Sejak kecil, Iqbal (7 Tahun) yang lahir dan tinggal Desa Ijun, Kelurahan Elar Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur ini diajarkan untuk mandiri dengan berjualan kayu bakar oleh Neneknya bernama Nek Aminah yang sedang mengalami pembengkakan di kakinya (Kaki Gajah). Belum pernah sama sekali kaki Nek Aminah dibawa ke dokter, dikarenakan tidak punya biaya juga jaraknya 11 jam menuju ke Dokter.
Nek Aminah sadar, uang dari menenun kain yang hanya 300 ribu perbulan itu tak akan cukup untuk makan mereka berdua. Apalagi nenek berusia 70 Tahun itu semakin hari semakin ringkih, Iqbal ditinggal meninggal dunia oleh Ibunya sejak 6 tahun yang lalu dan Ayahnya meninggalkan tanpa kabar. Beruntungnya ada Neneknya yang sabar merawat Iqbal.
Kebayang nggak? Anak-anak seusia Iqbal saat ini menggunakan waktu sehari-harinya untuk belajar. Tapi Iqbal harus membagi waktu antara sekolah dan bekerja ekstra demi keluarga. Dan sering juga Iqbal telat bayar uang sekolah karena belum punya uang.
Matahari baru terbit, Iqbal jual kayu bakar per ikatnya 5 ribu. Kadang per hari bisa membawa 5-10 ribu karena di zaman sekarang warga jarang menggunakan kayu bakar. Dengan seperti itu Iqbal bisa menabung untuk biaya sekolahnya dan untuk makan dia dan Neneknya.
“Waktu itu, aku pernah jatuh dari pohon. Kaki ku keseleo, tanganku berdarah kepentok batu, sakit sekali. Aku cuma bisa nangis, bukan karena lukanya, tapi aku nangis karena nggak ada Ayah dan Ibu yang nolongin aku. Mudah mudahan Ibu tenang di Surga sana dan Bapak disehatkan dimanapun berada” Ujar Iqbal
Pilu, Iqbal bertahun-tahun tidak pernah membeli baju sekolah baru. Untuk makan saja berputar otak, bagaimana satu pasang baju dan celana? Iqbal harus menabung sampai berbulan-bulan.
Wajahnya penuh beban & kerinduan yang tak pernah surut, hatinya tak sekeras batu, ia anak kecil biasa yang hanya bisa menangis. Tak merasakan pelukan hangat seorang Ibu dan Ayah dikala Iqbal merasa sedih.

2 Yatim Ini Keliling Jualan Keripik demi Bisa Makan dan SekolahPerkenalkan namanya Dede (14) dan Ali (7) merupakan bocah...
11/07/2025

2 Yatim Ini Keliling Jualan Keripik demi Bisa Makan dan Sekolah
Perkenalkan namanya Dede (14) dan Ali (7) merupakan bocah terlantar yang rela keliling jualan keripik demi bisa makan dan sekolah. Sang ayah pergi tanpa kabar sejak Ali masih di dalam kandungan sang ibu.
Setiap hari sepulang sekolah, mereka keliling sejauh 6 KM menjajakan dagangannya. Keripik yang dijual merupakan milik orang lain dimana jika satu bungkus yang laku, Dede dan Ali mendapatkan upah 500 rupiah saja.
Dalam satu hari biasanya laku 20 bungkus keripik, maka Dede dan Ali mendapatkan upah 10 ribu. Sedangkan sang ibu, Ria (48) merupakan seorang pedagang sayur keliling.
"Ibu jualan sayur kak, tapi sering ruginya karena sayurna itu dibeli dulu baru dijual lagi. Harga satu bungkusnya hanya 6 ribu, untungnya cuma 500 rupiah per bungkus"
Sayuran yang tidak laku tersebut dimasak untuk dikonsumsi di hari itu. Mirisnya, mereka terkadang makan terkadang enggak karena stok beras tidak ada di rumah.
Belum lagi tunggakan sekolah dan biaya kontrakan yang harus segera di bayar agar mereka tidak putus sekolah dan diusir dari kontrakan tersebut.


Yatim Piatu Penjual Kayu Bakar Ini Berjuang Demi Hidupi AdiknyaNamanya Sahnan (10) setiap hari ia harus berjuang mencari...
10/07/2025

Yatim Piatu Penjual Kayu Bakar Ini Berjuang Demi Hidupi Adiknya
Namanya Sahnan (10) setiap hari ia harus berjuang mencari nafkah untuk bisa bertahan hidup dengan berjualan.

Ibunya meninggal 5 jam setelah melahirkan adiknya dan disusul ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja. Kini, mereka berdua harus menjadi yatim piatu.

Untuk bertahan, ia mencari kayu bakar di hutan, kayu yang diambil ialah kayu yang berjatuhan untuk dikumpulkan dan kemudian dijual.
Satu ikat kayu bakar harganya 5 ribu namun, terkadang ada orang yang iba memberi Sahnan uang lebih. Dalam sehari hanya bisa menjual kayunya 1-2 ikat kayu bakar kadang lebih kadang juga tidak ada sama sekali.

Biasanya Sahnan jual kayu bakar kepada orang yang sudah memesan namun, jika tak ada yang beli, ia harus keliling menawarkan kayu bakar kepada orang-orang sekitar.
Uang hasil jualannya itu yang setiap hari digunakan untuk makan. Terkadang ada tetangga yang iba memberi mereka makanan.

Setiap mau sekolah, ia titipkan adiknya ke tetangga dan sepulang sekolah ia langsung mencari kayu. Saat ini ia duduk dibangku kelas 4 SD, ia ingin bisa terus sekolah. Sebenarnya ia ingin sekali membeli tas dan sepatu baru namun, ia harus berjuang dulu.
Setiap hari ia sekolah hanya memakai sandal dan hanya membawa satu buku karena tak punya😢

Sahnan cerita terkadang ia sangat merindukan orang tuanya. Biasanya membawa adiknya ke kuburan. Namun, ia dan adiknya hanya bisa berdoa agar mereka bisa bahagia di surga sana😭
Sahnan, berharap adanya bantuan biaya hidup untuk membantu meringankan beban di dirinya. Apalagi, di umur yang masih kecil ia harus banting tulang mencari nafkah bersama adiknya.

Sebatang Kara, Bantu Yatim Piatu Penjual KerupukTinggal sendirian, Bantu Alex Bertahan Hidup----------------------------...
09/07/2025

Sebatang Kara, Bantu Yatim Piatu Penjual Kerupuk
Tinggal sendirian, Bantu Alex Bertahan Hidup
-----------------------------------------------------------------------
Kenalin, namanya Alex sekarang usianya 9 tahun. Bocah kelas 4 SD ini tinggal sendirian di rumah peninggalan orang tuanya.

Ayahnya meninggal karena sakit tumor 2 tahun lalu, pilunya setelah itu disusul ibunya meninggal 6 bulan lalu karena tabrak lari.
Alex kini hidup sebatang kara.

Ia harus kuat dan lanjutkan hidup walau sendirian. Untuk itu Alex bertahan dengan berjualan kerupuk milik orang.
Upah yang didapat hanya 5 ribu per harinya. Biasanya seharian hanya laku 1-3 kerupuk saja, kadang ga ada yang beli satupun🥲

Sedihnya Alex harus berjuang tanpa orang tua.

Pernah 1-2 hari ia tak makan, ataupun hanya makan sisa kemarin. 🥹

Yatim Penjual Sapu Lidi Ini Hidupi Ibu dan Adiknya Dengan Upah 5 ribuPerkenalkan namanya Andi. Bocah 5 tahun ini harus b...
09/07/2025

Yatim Penjual Sapu Lidi Ini Hidupi Ibu dan Adiknya Dengan Upah 5 ribu
Perkenalkan namanya Andi. Bocah 5 tahun ini harus banting tulang bekerja demi menghidupi ibu dan adik yatimnya yang masih kecil.

Ayahnya sudah meninggal 2 bulan yang lalu, sedangkan ibunya tidak bisa bekerja karena penyakit sesak nafas akut yang diderita.
Dulunya, sang ibu merupakan buruh cuci keliling. Tapi sudah setahun belakangan ini, kondisi sang ibu semakin memburuk. Mau tak mau Andi harus bekerja demi melanjutkan hidup.

Setiap pagi ia pergi ke sawah milik orang lain untuk mengambil pelepah daun kelapa yang jatuh. Kemudian, ia bawa pulang dan membuat sapu lidi bersama sang ibu.
"Kadang ibu bantuin om, kadang juga enggak. Kasihan ibu mukanya s**a pucet om, gerak dikit aja udah kambuh sesaknya,"

Dalam sehari, Andi hanya mampu membuat satu sapu lidi saja karena siangnya ia harus berjualan. Berjalan kaki sejauh 3 KM, Andi sering tidak membawa uang ketika pulang.
"Harga sapu lidi kecil 3 ribu, yang besar 5 ribu. Biasanya bawa pulang 5 ribu om, tapi seringnya gak bawa uang, sapu nya gak laku,"

Upah tersebut tentu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak jarang mereka hanya makan nasi berlauk garam saja.
Kini Andi membutuhkan uluran tangan para semua. Uang listrik dan kontrakan sudah menunggak dan harus di bayar secepatnya. Belum lagi, ibunya harus berobat setiap bulan.

Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Berita Viral posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share