Ajo Rete

Ajo Rete Menerima jasa promo bermacam novel…📔
"Jangan biarkan pendapat orang lain tentangmu menjadi pendapatmu atas dirimu sendiri" ~NAK~
(1)

01/10/2025

dimanakah hati nurani seorang atasan

“Dokter Adnan, apa tidak sebaiknya Nyonya Adnan dijemur pagi hari, hari ini Dokter tidak ada jadwal pagi, kan? Bisa bant...
30/09/2025

“Dokter Adnan, apa tidak sebaiknya Nyonya Adnan dijemur pagi hari, hari ini Dokter tidak ada jadwal pagi, kan? Bisa bantuin Nyonya berjemur?” Ana menoleh terkejut mendengar celoteh suster itu.

💐Semakin Dekat

“Bu Ana, kalau boleh kami tahu, siapa Hans itu?”

“Hans?” tanya Ana memastikan mereka menanyakan Hans.

“Apakah Bu Ana mengenal nama itu?”

“Dia mantan tunangan saya, Pak.” Ana menjawab sambil menunduk

“Di mana dia sekarang? Apakah ada hubungan dengan Bu Ana sebelum mengalami musibah?”

“Tidak tahu, Pak.”

“Baiklah, saya rasa cukup sekian dulu, Dokter Adnan. Dan kami akan membawa laporan hasil visum sebagai bahan penyelidikan lebih lanjut. Terima kasih, Bu Ana, atas informasi dan keterangannya. Kami akan sambungkan laporan ini ke kota tempat Bu Ana tinggal.” Polisi itu menyalami Ana lalu mereka pergi.

“Besok aku bawa perhiasanmu. Aku lupa membawanya kemari.”

“Tidak apa-apa. Terima kasih, Dok. Sudah menyelamatkan aku.” Ana menatap Dokter tampan itu dengan senyuman tulus.

‘Senyumnya, Astaghfirullah. Manis sekali,’ batin Adnan membalas senyuman Ana.

“Sama-sama. Istirahatlah.” Adnan kembali memeriksa berkas rekam medis milik Ana yang dibawa suster, lalu keluar ruangan.

Sebelum mencapai pintu keluar, suster itu memanggil Dokter Adnan.

“Dokter Adnan, apa tidak sebaiknya Nyonya Adnan dijemur pagi hari, hari ini Dokter tidak ada jadwal pagi, kan? Bisa bantuin Nyonya berjemur?” Ana menoleh terkejut mendengar celoteh suster itu.

Adnan yang masih menghadap pintu itu tersenyum tipis mendengar penuturan suster, lalu menyamarkan senyumnya dan berbalik.

“Maaf.” Suster itu menutup mulut karena salah menyebut nama pasien.

“Nona Ana maksud saya, Dok.” Suster itu meralat ucapannya.

“Baiklah, aku bantu Nona Ana berjemur.” Adnan kembali mendekati mereka.

Suster segera menata kursi roda dan mendekatkan ke brankar. Saat Adnan mendekati Ana hendak membopongnya, Ana menghindar.

“Dok.” Ana mencegah Dokter Adnan membopongnya.

“Kenapa? Aku hanya membantumu duduk di kursi roda. Kakimu masih belum pulih.”

Adnan tanpa ragu langsung meletakkan lengan kirinya di pinggang Ana, dan lengan kanan menopang kedua kaki pasiennya. Gadis itu tampak berpegangan pada bahu Dokter. Setelah duduk dengan baik pada kursi roda, dia mengucapkan terima kasih.

“Dok, ke taman belakang saja, sinar matahari lebih lama.” Suster itu seolah-olah memang memberi ruang kepada mereka berdua.

Adnan tersenyum di belakang Ana yang sudah duduk manis di kursi roda dengan kaki menjuntai dipasang pengaman karena masih belum bisa digerakkan dengan sempurna. Ana hanya menunduk malu mendengar kelakar suster itu.

Adnan mendorong kursi roda gadis manis yang masih sama-sama jomblo pergi ke taman belakang rumah sakit. Sinar matahari belum terlalu tinggi, sehingga masih hangat menyentuh kulit. Dokter penyuka warna biru itu mengunci kursi roda menghadap ke utara, sehingga tubuh Ana terkena paparan sinar matahari, tetapi tidak terlalu silau.

“Kamu ingat nomor keluargamu? Kita hubungi mereka.” Adnan duduk di bangku sebelah kursi roda Ana.

“Tidak perlu. Aku di sini lebih nyaman.” Ana memejamkan mata seolah-olah beban di hidupnya begitu berat sehingga memilih berada di sana saja.

“Kamu tidak ingin sembuh?”

“Aku ingin sembuh, tapi tidak ingin kembali ke mereka, jika aku tidak diharapkan kembali.”

“Terus, kalau kamu udah sembuh, mau tinggal di mana?”

“Dok, aku mau minta tolong, boleh?”

“Tentu saja. Apa yang harus aku lakukan?”

“Aku ingin melihat ibu dan adik tiriku, apakah mereka mencariku?”

“Boleh. Sebutkan saja alamat kamu. Nanti aku bantu.”

“Tapi jangan katakan pada mereka jika aku masih hidup.”

“Kenapa begitu?”

“Nanti Dokter akan tahu sendiri jawabannya.” Ana menoleh ke arah Dokter, di saat bersamaan, Adnan juga menatapnya.

Ana segera menunduk malu saat matanya bersitatap dengan dokter yang telah menyelamatkan hidupnya. Entah dengan cara apa dia membalas kebaikan dan ketulusan dokter itu.

“Fiuuw … fiiuuuw ….”

Siulan itu membuat suasana berubah. Adnan maupun Ana menoleh ke arah suara siulan yang terkesan meledek ke arah mereka. Membuat gadis berambut panjang tersebut tersipu malu dan menunduk. Setiap nadanya seperti tawa yang tak terucap. Bima, lagi-lagi membuat kekonyolan yang merubah suasana romantis menjadi canggung.

“Selamat pagi, Nyonya Adnan, bagaimana kabarnya? Sudah banyak perkembangan sepertinya. Dokter Adnan sudah berhasil menyembuhkan Nyonya Adnan.”

Plak!

Gebukan manja mendarat di punggung Bima karena sudah membuat Ana malu sampai menunduk. Pasien spesial sang dokter itu hanya memilin ujung bajunya dalam keadaan menunduk tersipu malu.

“Aduh! Apa, sih, Pak Dokter? Aku menyapa Nyonya, bukan menyapa Pak Dokter.” Bima duduk di sebelah Adnan.

Bima menyerahkan rantang yang sedari tadi dipegangnya ke Adnan. Adnan menerima rantang kecil bersusun tiga itu dengan senyuman, karena dia tahu itu pasti dari Safira.

“Kata Adik Ipar, suruh nyuapin calon Kakak Ipar,” ucap Bima meledek lagi.

“Nona Ana mau sarapan?” tawar Adnan lembut.

“Aku sudah sarapan, Dok.” Ana menoleh ke arah lain agar tidak terkesan malu.

“Capcay, masakan adik ipar enak loh, Kak,” goda Bima sambil tertawa.

“Jadi kamu sudah mencicipinya?” tanya Adnan kepada Bima.

“Sudah, di rumah.”

“Awas aja kalau berani macam-macam!” Adnan mengepalkan tangannya sebagai peringatan setengah bercanda kepada Bima.

“Enggak, mana berani macam-macam sama adik Pak Dokter,” ujar Bima sambil mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.

“Aku ambilkan mangkok dulu,” ucap Bima bergegas ke ruang pantry di rumah sakit.

“Nah, makanlah.” Bima menyerahkan mangkok, sendok kepada Adnan.

Adnan membuka rantang dan menyendok nasi ke mangkok sedikit, lalu menuangkan sayur capcay serta telur goreng ke mangkok dan menyerahkannya kepada Ana.

“Dok, gimana sih, disuruh makan sendiri? Sini, aku suapin!” gerutu Bima mengambil mangkok dari tangan Ana.

Adnan mengambil alih mangkok dari tangan Bima, karena biarpun cuma candaan, Adnan sungguh tidak rela jika pasien istimewanya disuapin lelaki lain.

Bima tersenyum menang, bisa membuat dua insan yang sama-sama jomblo itu saling berdekatan. Adnan tanpa canggung menyuapi Ana tapi gadis itu justru ragu dan tersipu malu. Menerima suapan demi suapan.

Ketika matahari telah tinggi, Adnan membawa Ana kembali ke kamarnya dan memintanya istirahat. Ana hanya mengangguk tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dokter. Bima hanya mengekor sesekali meledek sahabatnya dan sengaja membuat pasien muda itu sering tersipu malu.

“Bim, besok kita akan mencari TKP Ana dibegal.”

“Serius? Aku ikut andilkah?”

“Kamu akan jadi saksi penemuan Ana. Kita juga belum tahu lokasi di mana pembegalan terjadi. Karena Ana sendiri bukan warga sini, jadi agak kesulitan menentukan lokasi. Apalagi warga mengatakan daerah kita maupun hulu itu aman,” tegas Adnan sambil melangkah menuju ruang prakteknya.

“Baiklah. Aku kembali ke desa dulu. Hari ini ada penyuluhan.”

Adnan hanya melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Adnan melanjutkan tugasnya sebagai dokter dan memeriksa beberapa pasien yang sedang antrian.

Keesokan harinya, beberapa polisi menggiring mobil Adnan yang didampingi beberapa suster membawa Ana menuju lokasi dia dibegal. Gadis penyuka warna hitam itu masih agak bingung dengan lokasi karena tidak mengenali tempat itu. Adnan pelan-pelan menyetir mobil dan menanyakan kira-kira apa yang diingat oleh pasien saat peritiwa itu terjadi. Dia menjelaskan ada sebuah pos kamling berwarna biru dengan kentongan besar menggantung dan lampu berwarna putih tidak terlalu terang.

“Itu Desa Kalibaru wetan, Dok. Pos kamling delapan.” Salah satu suster mengenali ciri pos kamling yang disebut Ana.

Setelah tiba di pos kamling tersebut, Ana justru berteriak histeris ketakutan.

“Aargt!” Ana menutup kedua telinga sambil memejamkan mata menunduk ketakutan. Airmata pun mengalir deras di kedua pipinya.

Bersambung.

#4

Mampir ke KBMApp, yuk 🫰

Judul : Gadis yang Kutemukan di Sungai
Penulis : Zhandriecka

30/09/2025

Setia itu mahal

30/09/2025

Jadi sebenarnya siapa yang hamil

30/09/2025

Savira si tengil ketemu cowo dingin jadinya gimana yaa

30/09/2025

Alergi banget sama ulat bulu ih gatelll

29/09/2025

Teman ga tau diri kaya gini harus dikasi paham Ya ga guys

29/09/2025

Main ke kosan berkedok ngopi Yakin cuma ngopi..

28/09/2025

Serakah karna harta warisan ternyata malah

“Ayo kita berc3rai, Mas.”Brian membekv. Ekspresinya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Sejenak kata...
28/09/2025

“Ayo kita berc3rai, Mas.”

Brian membekv. Ekspresinya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Sejenak kata-kata itu terasa meng9antung di udara, men4mpar k3ras kesadaran Brian. Untuk sesaat, ia hanya terdiam, menatap istrinya seolah tak mengenalinya lagi.

“Apa?” tanya Brian suaranya terdengar melen9king, berg3tar matanya mengkil4p penuh am4rah. “Kamu, bilang apa barusan?”

Yuna meneg4kkan tubvhnya. “Aku bilang, ayo kita bercerai, Mas."

Wajah Brian menger4s. Tangannya meng3pal di sisi tubvh, ur4t-ur4t di leh3rnya meneg4ng. “Jangan bicara sembarangan, Yuna!” suaranya m3ninggi. “Perc3raian itu bukan m4inan. Kamu pikir gampang?”

“Memangnya pernikahan ini gampang buatku?” balas Yuna dengan suara yang berg3tar, matanya mulai berk4ca-kaca. “Setiap hari aku berusaha jadi istri yang baik, tapi kamu!" Ia menjeda ucapannya, tangannya menvding muka suaminya. "Kamu bahkan nggak pernah menganggap aku ada, Mas. Aku l3lah, Mas!"

Brian mengger4m r3ndah, lalu mendekat, menatap Yuna dari jar4k sangat d3kat. “Kamu pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja?!”

Yuna mvndur setapak, tapi s0rot matanya tetap t3gas. “Pernikahan kita sejak dulu terasa h4mbar. Sudah sejauh ini, lima tahun pernikahan kita, Mas. Dan kamu tidak pernah memperlakukan aku dengan baik. Kamu bahkan tidak mau berbagi k4mar denganku. Aku bahkan lebih mirip baby sitter Aurel dibandingkan istrimu. Aku rasa alasan itu sudah cukup kuat untuk aku menggvgat c3rai kamu, Mas."

Hening.

Brian pun terdiam sejenak, pandangan matanya menatap ke arah Yuna dengan tatapan yang berbeda.

"Jadi hanya itu alasannya?" Su4ra b3rat Brian mem3kik kedua telinga Yuna. Bib!rnya tersenyum s!nis, dan itu mampu membuat tvbuh Yuna berg3tar. Kakinya melangkah mendekati Yuna. "Kamu tidak mendapatkan hakmu sebagai istri?"

"Iya." Yuna menjawab dengan cepat. Ia berusaha terlihat santai, meski j4ntungnya berd3gup tak karuan. "Mas terp4ksa menikahi aku karena desakan keluarga. Kamu juga masih mencintai Mbak Kinan. Dan menganggap aku yang menyebabkan Mbak Kinan tiada. Padahal bukan aku penyebabnya. Mas itu seorang Direktur apa susahnya membuka kasus itu untuk kembali menyeliki kebenarannya. Bukan aku pel4kunya, Mas. Jadi, ayo kita berc3rai!"

"Yuna!“ Brian mengger4m sambil menarik tangan Yuna. Rah4ngnya menger4s. Sekejap bayangan pria yang menghampiri Yuna di kampus dan di tempat wisata terlintas. Mungkinkah Yuna memintai c3rai lantaran ingin bersama pria lain. Egonya merasa ters3ntil, dan dengan cepat ia men4rik tangan Yuna masuk ke k4mar, lalu mend0r0ngnya ke atas r4njang, lalu dengan cepat ia pun membvk4 kancing pak4iannya sendiri. "Aku akan memberikan h4kmu detik ini juga. Jadi, jangan coba-coba berbicara tentang perc3raian lagi!"

"Apa maksudmu, Mas?" Mata Yuna seketika terbel4lak, ia berusaha beranjak dari tempatnya. Tapi, Brian justru langsung menindihnya. "Lepaskan aku, Mas!" Ia meronta, berusaha lepas dari cengker4man suaminya.

"Aku memberimu n4fkah l4hir dengan sangat baik, Yuna. Kau ingat aku memberimu k4rtu tanpa batas, rumah, perhi4san sekalipun kau tidak pernah menggunakannya itu semua salahmu. Egomu terlalu tinggi jadi seorang perempuan. Sekarang tinggal menyempurnakannya dengan nafkah batin." Brian menyerin9ai, kilatan matanya mem4nas. Ia mengunci kedua tangan Yuna di atas kepala sementara kedva k4akinya men3kan k4ki Yuna yang mencoba menend4ngnya.

Brian memajukan waj4hnya, lalu mencivm istrinya. Namun, Yuna mencoba menghindar dan bert3riak.

"Kamu... Kamu mau memp_erk0s4ku, Mas?!" Air mata Yuna mengalir, ia merasa dil3c3hkan oleh suaminya sendiri.

"Tidak ada istilah seorang suami memp3rk0sa istrinya. Aku hanya akan memberimu n4fkah b4tin," sahut Brian sambil mer0bek p4kaian Yuna setelah sebelum menarik jilbab Yuna sehingga membuat perempuan itu mem3kik.

"Mas Brian berhenti!" rengek Yuna memelas. Namun, Brian masih mengabaikannya. "Kamu benar-benar melec3hk4nku!"ump4t Yuna. Tangannya menj4mbak rambut sang suami, menarik dan berusaha menjauhkannya. Namun, tenaganya tidak ada apa-apanya dibandingkan Brian.

Alih-alih berhenti Brian mendengar permoh0nan istrinya. Ia justru semakin menjadi bahkan ia seng4ja meninggalkan j3jak di l3her Yuna. Tangannya sibuk bergely4 di tvbuh istrinya.

Akhirnya, Yuna hanya bisa p4srah saat sang suami melucvti semua pak4iannya hingga tak tersisa. Ia menangis, sekalipun suaminya tak merasa iba sama sekali padanya. Tanpa izin darinya pria itu justru meny4tukan tubvhnya.

Yuna menjerit, tanpa sengaja tangannya mencak4r pvnggung suaminya, saat rasa p3rih mendera tanpa bisa ia tahan. Sementara Brian tercen9ang, terlihat begitu terkejvt dengan apa yang terjadi. Tubvhnya terasa meneg4ng.

"Ka—kamu..." Ucapan Brian terhenti, pandangannya menatap ke arah Yuna yang kini menangis sese9ukan, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang berget4r.

'Yuna itu gadis li4r. Tampilannya saja sok alim, padahal aslinya tidak begitu. Mas tahu sendiri kan.'

Sekilas ucapan Emely terlintas di kepalanya, tapi kenyataannya berb4nding terbalik dengan fakta yang baru saja ia dapatkan. Istrinya ternyata....

___

Judul : (Bukan) Sebatas Pengganti
Penulis: Lentera Jingga
Selengkapnya baca di aplikasi KBM App



28/09/2025

Siapa pelaku sebenarnya Apakah poppy

Beli beras di campur ketan, berja keras demi masa depan,,, semoga yg baca di beri kesehatan🥰
27/09/2025

Beli beras di campur ketan, berja keras demi masa depan,,, semoga yg baca di beri kesehatan🥰

Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Ajo Rete posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share