Ajo Rete

Ajo Rete Menerima jasa promo bermacam novel…📔
"Jangan biarkan pendapat orang lain tentangmu menjadi pendapatmu atas dirimu sendiri" ~NAK~

08/08/2025

Ketemu Sepupu Sombong Lihat Aja Apa Yang Bakal Terjadi, bakalan seru sihh

08/08/2025

dikasih toleransi bukannya intropeksi malah makin menjadi jadi.

"Aku." Suara Rayandra terdengar tegas. "Aku yang akan menikahi Rania.""Gila kali lu ya!" Mas Irfan langsung bereaksi men...
08/08/2025

"Aku." Suara Rayandra terdengar tegas. "Aku yang akan menikahi Rania."

"Gila kali lu ya!" Mas Irfan langsung bereaksi menarik kerah kemeja yang Rayandra kenakan. "Rania itu masih istriku bisa-bisanya mau menikahinya."

"Kenapa?" Rayan terlihat tenang. Pria itu melepaskan tangan Mas Irfan dari cengkraman kerah kemejanya. "Lagip**a kalian akan bercerai kan?"

"Kata siapa aku mau menceraikan Rania? Gak akan semudah itu." Mata Mas Irfan terlihat dipenuhi emosi.

"Apa kamu lupa Irfan, kamu sudah menalak Rania saat di depan rumahmu tadi, kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu menceraikan Rania di depan semua tetanggamu?" Rayan menatap seolah-olah siap menantang Mas Irfan.

"Memangnya kenapa? Aku baru mengucapkan talak satu dan aku masih bisa rujuk dengan Rania."

Rayandra menarik satu sudut bibirnya dan berkata, "Apa kamu pikir Rania mau kembali padamu?"

"Kamu!" Mas Irfan mengepalkan tangannya hendak menonjok wajah Rayan.

Namun, Rayandra justru melipat kedua tangan di dada sambil menatap santai Mas Irfan. Seakan-akan meremehkan amarah sepupunya itu.

"Cukup!" teriakku memotong ketegangan itu, kini semua mata tertuju padaku. "Apa kalian pikir aku ini barang? Aku bukan piala yang bisa kalian perebutkan!" Dadaku naik-turun menahan marah dan sakit yang tumpang tindih. "Hari ini aku istri Mas Irfan, besok aku calon istri Rayandra? Aku kalian kehilangan kewarasan?!"

Rayandra menunduk, pria itu sama sekali tidak membantah, Mas Irfan justru tertawa miring, mengejek.

"Tuh kan! Lihat sendiri. Perempuan macam dia, baru sehari dinikahi udah bikin ribut satu keluarga. Sok suci banget kamu, Rania!"

Aku membuka mulut, tapi belum sempat bicara, tangan ayahku menghantam p**i Mas Irfan.

Bugh!

Suara bogem mentah itu menggema keras, menghentikan segalanya. Mas Irfan terhuyung, memegang p**inya sendiri. Wajah ayahku merah menahan murka.

"Jaga mulutmu, Irfan. Kamu bukan hanya mempermalukan putriku, tapi juga merendahkannya." Napas ayah memburu, suaranya dalam dan bergetar menahan emosi. "Saya tahan tangan saya ini supaya nggak lebih dari itu."

Aku menunduk, air mataku jatuh dalam diam, tetapi kali ini bukan karena lemah. Namun, karena seseorang akhirnya berdiri di hadapanku untuk melindungi diriku.

Rayandra mendekat padaku. Tak ada senyum, tak ada rayuan, hanya tatapan mata yang tenang. "Maafkan aku Rania." Nada pria itu pelan. “Kalau ucapanku tadi malah membuatmu tak nyaman, aku hanya nggak bisa tahan lagi lihat kamu diperlakukan seperti itu. Aku tahu kamu belum siap untuk siapa-siapa, tapi aku cuma ingin kamu tahu satu hal, kamu tetap layak dicintai.”

Air mataku seketika mengalir.

Aku menatap ibu Mas Irfan yang sejak tadi menyeringai puas.

Ruangan itu hening.

Aku menggenggam kedua tanganku erat-erat, seperti berpegangan pada satu-satunya yang tersisa dari dalam diriku yang sempat hancur.

"Ayah," ucapku nyaris berbisik. "Aku mohon, izinkan aku bercerai."

Ayah menarikku dalam pelukannya. Tubuhku tenggelam dalam dekap hangat dan perlindungan yang selama ini kuimpikan dari seorang laki-laki, tapi tak kudapatkan dari Mas Irfan.

"Ayah akan urus semuanya besok pagi. Kamu nggak akan kembali ke rumah itu, Nak. Ayah janji. Percayalah."

Aku menangis dalam diam sembari mengangguk-angguk.

Ibu Mas Irfan akhirnya membuka suara. "Rania kamu pikir jadi janda itu gampang? Kamu pikir ada laki-laki yang mau sama perempuan kayak kamu. Jangan hanya karena kamu merasa cantik jadi aman. Ingat ya, kamu itu udah nggak perawan, siapa yang mau nikah sama kamu, wanita yang dicerai hanya dalam satu hari pernikahan. Kamu hanya akan dihina orang-orang. Dan jika itu terjadi jangan harap Irfan masih mau sama kamu, walaupun kamu memohon untuk kembali."

Aku mengangkat kepala.

Rayandra menjawab sebelum aku bisa membuka mulut.

"Bibi kenapa sibuk sekali memikirkan Rania, pikirkan saja putra Bibi apa dia bisa menikah lagi setelah bercerai hanya 1 hari pernikahan. Orang-orang akan mengatakan bahwa Irfan hanya mau kesucian Rania, setelahnya dicampakkan. Apa kata orang-orang nanti tentang Irfan?"

"Rayan, kamu benar-benar ya, kamu itu sepupunya Irfan. Bukannya membela saudaranya sendiri malah membela wanita seperti itu!"

"Aku mau melindungi siapa, itu urusanku."

Ibu Mas Irfan tampak gelisah, wajahnya merah padam karena menahan malu dan amarah. Setelah ucapan Rayandra yang begitu lantang ingin menikahiku.

Wanita itu tak lagi bisa menahan diri. Di tengah keheningan, ia berdiri dan berjalan ke sisi ruang tamu, mengeluarkan ponsel dari tas tangannya dengan gerakan cepat.

"Permisi sebentar," ucapnya dengan suara ketus lalu menekan layar ponselnya.

"Halo, Mbak Ayu." Suara ibu Mas Irfan terdengar sedikit bergetar, tapi tetap dibalut kepura-puraan tenang.

"Mbak, tolong datang ke rumah ayahnya Rania sekarang juga. Anakmu, Rayyan ada di sini dan dia membuat onar di sini!" Nada suaranya langsung meninggi. "Bisa-bisanya dia bilang mau menikahi Rania. Perempuan yang bahkan masih berstatus istri keponakanmu!"

Hening sejenak.

"Mbak Ayu? Mbak dengar nggak? Ini keterlaluan, Mbak. Rayan mempermalukan keluarga kita semua di depan Pak Ahmad dan keluarganya!"

Tanpa menunggu jawaban, Ibu Mas Irfan langsung menutup sambungan. Wanita itu mengepalkan tangannya, lalu berbalik dengan wajah kesal.

"Kalian semua akan lihat. Biar kakakku sendiri yang menyadarkan Rayyan bahwa dia sudah salah langkah," ucapnya dengan suara menahan ledakan amarah.

Sementara itu, Rayandra hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah-olah sudah tahu gelombang besar akan datang dan pria itu sudah siap menghadapinya.

*

Suara deru mobil berhenti di depan rumah membuat semua kepala menoleh. Pintu pagar terbuka perlahan dan seorang wanita paruh baya melangkah masuk dengan anggun. Langkahnya tenang, tapi wibawanya seperti menyapu seluruh ruangan di hadapanku saat ini.

Buk Ayu—Ibu Rayandra kakak dari Buk Yuni, ibu Mas Irfan. Ia mengenakan setelan panjang berwarna krem lembut, kerudungnya terikat rapi.

“Assalamualaikum,” ucapnya lembut, tetapi berwibawa.

Ayahku berdiri, menjawab dengan sopan, “Waalaikumsalam. Silakan masuk, Buk.”

Ibu Rayandra masuk ke ruang tamu. Tatapannya langsung jatuh pada adiknya—Ibu Mas Irfan, yang berdiri dengan ekspresi tidak tenang.

“Yuni,” sapanya masih dengan nada kalem. "Ada apa sebenarnya?"

“Mbak akhirnya kamu datang juga. Lihat anakmu itu! Dia bilang malah mau nikahi perempuan ini!" Telunjuknya diarahkan ke arahku dengan kasar. "Yang baru saja minta cerai dari keponakanmu!”

Buk Ayu hanya memandang adiknya tenang. Tak tergerak sedikit pun oleh nada tinggi Ibu Mas Irfan. Wanita itu menatapku datar.

“Yuni, duduklah,” ucapnya pelan, tetapi tegas. “Jangan berdiri seperti orang yang sedang jual beli harga diri.”

Suasana langsung senyap seketika.

Ibu Mas Irfan membeku di tempatnya. Wajahnya memerah, tapi ia menuruti permintaan kakaknya dan duduk kembali.

Buk Ayu lalu menoleh ke arah Rayandra. Ia menghampiri putranya perlahan. “Rayan,” panggilnya dengan nada yang lembut, tapi sedikit tak senang. “Apa benar yang Ibu dengar? Kamu bilang ingin menikahi Rania?”

Rayandra berdiri. Tatapannya jernih, tidak ada ragu. “Iya, Buk.”

“Kenapa?”

“Karena aku mencintainya.”

Beberapa orang terperanjat mendengar jawaban Rayandra termasuk aku.

“Cinta seperti apa, Rayan?” tanya Buk Ayu agi. “Perempuan ini sedang terluka, baru saja disakiti, diceraikan secara batin sebelum kertas perceraian pun sempat diajukan. Lalu kamu datang ingin terlihat seperti pahlawan. Apa itu cinta atau hanya iba sesaat?”

Rayandra menunduk sejenak. Lalu menatap langsung ke mata ibunya.

“Ini bukan pertama kali aku mencintainya, Buk. Sejak dulu, sejak kami masih kecil, tapi aku tahu Rania memilih orang lain dan aku menghormati itu, tapi sekarang dia dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjaganya dan aku tidak bisa hanya diam melihatnya dibiarkan jatuh sendiri seperti ini.”

Buk Ayu menatap dalam mata putranya itu lalu ia menghela napas panjang. “Baik,” katanya pelan.

Wanita itu lalu memalingkan wajah padaku yang sejak tadi hanya menunduk dan menggenggam tangan erat-erat.

“Rania.”

Aku perlahan mengangkat wajah. Mata kami seketika bertemu. Detak jantungku berdegup tak karuan melihat ibu Rayandra.

“Apa kamu siap membuka hati untuk Rayan?" Pertanyaan itu seketika membuat tubuhku seperti membeku untuk sesaat.

Aku menahan napas. Bibirku bergetar, tapi belum sempat menjawab Ibu Mas Irfan bangkit dari duduknya, wanita itu terlihat begitu marah.

"Mbak apa-apaan ini?"

"Tenanglah Yuni, aku hanya ingin menyelesaikan masalahmu saat ini. Bukankah sejak dulu setiap kekacauan yang kamu buat, aku yang harus membereskannya."

"Iya Mbak, tapi Rania itu masih istri Irfan."

"Lalu kenapa? Bukankah kamu dan Irfan sudah membuang Rania? Rania juga ingin berpisah kan?"

"Mbak."

"Diam!" Bentak Buk Ayu. "Pak Ahmad, Bapak sudah mendengarkan pengakuan putra saya tadi, jika Rania sudah bercerai dari Irfan, Rayan ingin menikahi Rania, tapi Rayan tidak akan pernah memaksa jika Rania tak mau, keputusan tetap ada di tangan Rania."

"Tante!" Mas Irfan bangkit dan menatap Buk Ayu. "Rania itu istriku."

Plak!

Aku benar-benar terkejut tak menyangka jika ibu Rayandra akan menampar Mas Irfan begitu saja.

"Jika ibumu tak bisa mendidikmu, biar aku saja!"

Judul : UANG SUAMIKU MILIK IBUNYA
Akun KBM App : lailaajja69

Selengkapnya baca di apk KBM App, klik link di kolom komentar untuk baca part selanjutnya 👇

Uang Suamiku Milik Ibunya - Layla Mumtazah
Suamiku meningggalkan aku di malam pengantin hanya karena aku tak mau memberikan amplop pernikahan d...

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah kolom komentar.

08/08/2025

Melarang customer buat pinjam powerbank ini akibatnya

07/08/2025

Kalau mau bergaya pake barang sendiri biar gak malu kalo ketauan

07/08/2025

Akan kah Pernikahan Mereka Berlangsung Lama Seperti keinginan kedua orang tua starla dan zaidan..

Dimas masih diam. Matanya tak lepas dari kendaraan mewah itu yang kini perlahan melaju keluar pagar. Dia melihat Kinanti...
06/08/2025

Dimas masih diam. Matanya tak lepas dari kendaraan mewah itu yang kini perlahan melaju keluar pagar. Dia melihat Kinanti duduk di samping Zayyan dengan wajah santai, bahkan sempat menoleh ke arahnya sekilas.

“Eh, Mas,” bisik Kayla, setengah memaksa Dimas bicara. “Itu mobil siapa? Jangan-jangan mereka minjem mobil orang buat gaya-gayaan.”

Dimas menggeleng pelan. Wajahnya mulai berubah masam. “Kalau minjem, siapa yang mau pinjemin mobil kayak gitu ke satpam?”

“Rental kali?” Kayla menebak-nebak, walau nadanya terdengar ragu. “Di sosial media s**a ada tuh, jasa rental mobil mewah buat pamer.”

“Tapi nggak segampang itu juga,” sahut Dimas, mulai kehilangan kesabaran. “Rental mobil kayak gitu mahal, dan syaratnya ribet. Lagip**a, buat apa dia rental mobil cuma buat nganterin istrinya ke kantor? Ngabisin duit doang.”

Kayla mengerucutkan bibir, lalu memeluk tangan Dimas manja. “Ya udah, kalau gitu kamu kapan ganti mobil?”

Dimas menoleh cepat. “Apa?”

“Ganti mobil. Kan kamu manajer. Masa mobilnya itu-itu aja? Kalah sama satpam?” Kayla tersenyum setengah menyindir. “Malu d**g aku. Kemarin pas jemput aku ke salon, mbak-mbaknya bilang mobil kamu butuh coating biar nggak kelihatan kusam.”

Dimas memijat pelipisnya. “Kayla, minggu kemarin aku baru DP rumah. Kamu lupa?”

“Lho, kan mobil bisa diangsur juga,” Kayla bersikeras, suaranya mulai merengek. “Cicilan rumah jalan, cicilan mobil juga bisa. Gengsi aku, Mas. Masa suami Kinanti pakai mobil kayak gitu, suami aku malah pake mobil ketinggalan jaman. Malu d**g, Mas.”

Baca selengkapnya di KBM App

Judul : Kukira Satpam, Ternyata Suamiku Sultan

Penulis : Fairy Tia

06/08/2025

Hampir putus persahabatan ku gara gara chat dia Dasar laki laki manip**atif..

🎉 Facebook mengenali saya karena memulai percakapan yang menarik dan menghasilkan konten yang menginspirasi di antara pe...
06/08/2025

🎉 Facebook mengenali saya karena memulai percakapan yang menarik dan menghasilkan konten yang menginspirasi di antara pemirsa dan rekan-rekan saya!

06/08/2025

Mungkin yang salah bukan culunnya tapi jatuh cintanya ke orang yang salah.

06/08/2025

Jangan menyalahkan siapapun kalau perempuan sudah main logika.

"Kinanti..." suara Zayyan lirih, nyaris seperti gumaman, namun terasa begitu dalam dan tulus."Hmm?" sahut Kinanti pelan,...
06/08/2025

"Kinanti..." suara Zayyan lirih, nyaris seperti gumaman, namun terasa begitu dalam dan tulus.

"Hmm?" sahut Kinanti pelan, tak berani menatap terlalu lama. J4ntungnya sudah berdetak terlalu cepat sejak tadi.

"Aku ingin kita menjalani pernikahan ini dengan sepenuh hati," ucap Zayyan akhirnya. Pelan, tapi penuh makna.

Kinanti mengerutkan kening, sedikit bingung.
"Maksudnya? Bukankah kita sudah melakukannya? Kita tinggal serumah, nggak pernah bertengkar, saling b4ntu, saling mengh4rgai. Bukankah itu cukup?"

Zayyan menatapnya dalam-dalam, lalu menggeleng pelan.

"Bukan cuma itu, Kinan. Aku tahu, kita menikah secara tiba-tiba. Nggak ada rasa cinta yang tumbuh sejak lama, nggak ada masa saling mengenal seperti pasangan lain. Tapi kita sudah sah sebagai suami istri. Dan menurutku... kenapa kita nggak mencoba menjalani ini sepenuhnya? Bukan cuma hidup berdampingan dan bersikap sopan. Tapi benar-benar membangun rumah tangga, bersama."

Kinanti menatap Zayyan, mencoba mencerna setiap kata. Tapi ketika Zayyan melanjutkan dengan suara yang nyaris berbisik, matanya masih tertuju pada wajah istrinya—makna sesungguhnya baru terasa sepenuhnya.

"Maksudku... menjadi pasangan seutuhnya. Layaknya suami istri pada umumnya."

Sejenak dunia seolah ber-henti berputar.

Kinanti membeku. Matanya sedikit mem be-lalak. Wajahnya memanas dalam sekejap. Ia bisa merasakan p**inya memerah.

"A-aku..." Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Zayyan, yang menyadari perubahan ekspresi istrinya, tetap menatap dengan tenang. Ia tidak terburu-buru, juga tidak memaksa. Tapi kejujuran itu cukup membuat suasana menjadi lebih nyata. Dan jujur p**a bagi Kinanti untuk menengok isi hatinya sendiri.

"Aku tahu ini mungkin terasa cepat," ujar Zayyan pelan. "Tapi aku juga pria biasa, Kinan. Aku ingin merasa bahwa istriku benar-benar ada di sampingku. Bukan hanya dalam kebersamaan sehari-hari, tapi juga dalam perasaan."

Kinanti menarik napas dalam-dalam. Ia tahu Zayyan tidak sedang menuntut. Tapi mendengar itu langsung darinya, membuat d a-danya terasa penuh. Ia belum benar-benar siap. Masih banyak rasa ragu dan canggung yang belum ia mengerti sepenuhnya. Ia takut mengecewakan. Ia... masih belajar.

Tangannya m e-re mas ujung ba-junya. Pandangannya menghindar. Degup j4ntungnya tak karuan.

"Aku... aku m4ndi dulu," ucapnya cepat, lalu berjalan tergesa ke arah ka_mar m4ndi.

Zayyan mengerutkan dahi, memperhatikan langkah istrinya yang seperti ingin ka-bur. Tak lama, terdengar suara air keran mengalir. Mungkin hanya sebagai pengalih suasana, pikirnya.

Ia menarik napas panjang, mengusap wajahnya perlahan, lalu tersenyum tipis.

"Masih malu-malu juga, ya..." gumamnya pelan, lebih kepada diri sendiri.

Judul : Kukira Satpam, Ternyata Suamiku Sultan
By Fairy Tia

Selengkapnya kbm app

Address

Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Ajo Rete posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share