03/08/2025
“Surat dari Ruang Analisis”
⸻
Namanya Aditya. Sudah sepuluh tahun ia bekerja di PPATK, diam di balik layar, menyusun laporan demi laporan tentang transaksi mencurigakan. Ia bukan aparat bersenjata, tapi data yang ia ungkap bisa mengguncang dunia.
Satu malam, ia menemukan pola tak biasa—transfer rutin dalam jumlah besar dari rekening seorang pejabat ke yayasan atas nama wanita yang tak pernah muncul di publik. Setelah diselidiki lebih lanjut, yayasan itu fiktif. Nama wanita itu… ibunya sendiri.
Aditya terdiam. Ia membuka catatan lama. Mendiang ayahnya dulu kerja di pemerintahan, wafat dalam kemiskinan. Tapi sejak lima tahun lalu, ibunya mendadak hidup mewah, dengan dalih “warisan dari teman almarhum.”
Tangannya gemetar.
Malam itu, ia tak pulang. Ia hanya menulis laporan lengkap, menyertakan semua bukti, lalu mengirimkannya ke pimpinan.
Esok paginya, ia menghilang. Tak ada pesan, tak ada pamit.
Yang tersisa hanyalah satu kalimat di memo laptopnya:
“Aku cinta negeri ini, tapi aku lebih cinta kebenaran—meski harus kehilangan keluarga sendiri.”
⸻
Cerita ini fiktif belaka