
25/09/2025
Langkah keduanya terhenti saat ada wanita muda bertubuh kurus dengan wajah pucat berdiri di teras menggend**g anak laki-laki berusia lima tahun. Terlihat jelas jika wanita muda sedang tidak baik-baik saja. Sementara anak laki-laki meronta minta turun dan berlari menghampiri Sam dan Ayung.
🌷Papa?
Ayung bernapas lega setelah mengenali suara lelaki yang membekapnya, tak lain adalah Fikri. Tak lama dari mereka masuk lorong sempit, lewatlah tiga orang lelaki yang semalam mengeroyok mereka. Sudah pasti tiga orang itu mencari Sam dan istrinya. Beruntung adik Sam yang sudah berseragam SMA, hendak ke sekolah lebih memilih mampir ke rumah sakit terlebih dahulu.
“Ayo, cepat,” ujar Fikri menarik lengan kakak iparnya menuju ruang VVIP tempat Sam dirawat.
Dengan cepat Fikri mendorong tubuh kakak iparnya masuk ruangan lalu menutupnya rapat. Sementara Ayung masih gemetar karena terkejut sekaligus ketakutan. Bunyi berisik Fikri dan Ayung itu membuat Sam perlahan membuka mata.
“Kakak ipar, maaf.” Fikri menangkupkan kedua tangan minta maaf kepada kakak iparnya.
“Tidak apa, seharusnya aku yang bilang terima kasih. Maaf merepotkan,” jawab Ayung pelan.
“Ada apa?” tanya Sam lirih.
“Mereka ada di sini, dan hampir saja kakak ipar ketahuan mereka.” Fikri mendekati abangnya dan melihat kondisi.
“Abang sudah baikkan?” tanya Fikri pelan.
“Sudah. Apa kakak iparmu keluar kamar?” tanya Sam lirih menatap Ayung yang menunduk takut.
“Iya, entah mau kemana kakak ipar,” jawab Fikri.
“Tunggu aku sembuh, aku akan menghukummu lagi, Ayung, jika kamu tidak menurut,” ancam Sam pelan.
“Ma-maaf,” ujar Ayung semakin menunduk meremas ujung bajunya.
“Kalau perlu apa-apa, tolong panggil suster, jangan keluar sendirian, Kakak Ipar. Aku pamit dulu, mau sekolah. Nanti agak siangan Om W***y akan kemari.” Fikri salim ke Sam dan mencium punggung tangannya.
“Hati-hati,” jawab Sam.
Ayung terdiam masih berdiri di tempat belum bergerak maupun berpindah tempat. Sam melihat hal itu justru semakin gemas terhadap kepolosan sang istri. Lalu melambaikan tangan memanggil wanita yang dinikahi dua minggu lalu.
“Ma-maaf,” kata Ayung lali mendekat sambil menunduk.
“Duduk,” pinta Sam lembut.
Sam yang masih terbaring, menatap istrinya dengan seksama. Mengusap p**i istrinya yang masih dalam keadaan menunduk.
“Kamu mau kemana?” tanya Sam lembut.
“Mau beli sesuatu,” jawab Ayung lirih.
“Katakan beli apa?” tanya Sam lagi.
“Roti tawar,” jawab Ayung semakin menunduk.
“Kamu lapar?” tanya Sam.
“Bu-bukan, i-itu, anu,” jawab Ayung bingung hendak menjelaskan.
Sam mengernyitkan dahi melihat Ayung gagap dan gugup.
“Anu apa? Kamu kedatangan tamu?” tanya Sam memastikan.
Ayung mengangguk pelan. Sam menjadi tersenyum melihat istrinya.
“Baiklah, ambilkan ponselku,” pinta Sam lembut.
Ayung berdiri menuju meja kecil tempat meletakkan barang-barang dan mengambil ponsel suaminya. Sam menerima ponsel lalu menelpon seseorang.
“Om, bisa belikan pemb-alut?”
“Pemb-alut? Buat siapa, Sam?” tanya W***y heran dengan permintaan sang ponakan.
“Udah, pokoknya beliin,” jawab Sam langsung menutup telpon.
“Udah,” ujar Sam menatap Ayung.
“Terima kasih, tapi jangan hukum Ayung,” pinta Ayung.
Tiba-tiba pintu terbuka, terlihat Dokter dan suster datang untuk memeriksa Sam.
“Perkembangan sudah cukup baik, jika merasa nyeri di kepala, bisa minum obat anti nyeri. Jangan banyak bergerak dulu, terutama kepala.” Dokter itu memeriksa selang infus dan perban di kepala Sam, sementara suster memeriksa tekanan darah dan denyut nadi.
“Semua normal, Dok,” ujar suster itu.
“Terima kasih, Dok,” ujar Sam tersenyum.
“Baiklah, Mas Sam, rutin minum obat, semoga lekas sembuh.” Dokter dan suster keluar ruangan disusul masuknya perawat rumah sakit yang membawa sarapan untuk pasien.
“Sarapan dulu, Mas, Mbak, ini obat untuk pagi hari. Atas nama Mas Samudera,” ujar perawat membaca nama yang ada di label obat agar tidak salah mengantar.
“Baik sus, terima kasih,” ujar Ayung membawa nampan ke dekat ranjang.
“Bisa menaikan ranjang bagian kepala?” tanya Sam.
Ayung menggeleng, lalu perawat langsung mendekat ranjang dan menekan salah satu tombol yang ada di samping ranjang.
“Ini untuk menaikkan ranjang bagian kepala. Nanti setelah selesai, tekan tombol ini untuk mengembalikan letak brankar normal kembali. Ini, bisa dilipat jika pasien ingin turun ranjang.” Perawat mengajari Ayung menekan tombol-tombol di brankar rumah sakit.
“Baik, Sus, terima kasih,” ujar Ayung.
Posisi Sam sudah setengah duduk, dengan kepala masih miring, karena bagian belakang kepala masih diperban tebal ada bekas jahitan sehingga sakit jika dia gunakan bersandar. Ayung menyuapkan bubur itu dengan pelan dan telaten. Sementara kedua netra Sam, justru menatap lekat-lekat wajah istrinya yang bulat dan masih imut. Selain usianya yang masih belia, dia juga gadis yang manis dan berwajah bersih.
“Jangan tatap aku, Mas,” protes Ayung sambil kembali menyuapkan sendok bubur lagi.
“Menatap istri sendiri itu halal, kenapa tidak boleh?” tanya Sam pelan.
“Aku malu,” jawab Ayung jujur.
“Kenapa harus malu? Kita ini suami istri, kan?” ujar Sam membuat wajah Ayung merona.
“Sudah, sarapan dulu, habis ini minum obat,” pinta Ayung.
Setelah menyuapi Sam, Ayung menyiapkan segelas air hangat dan melihat obat-obatan yang harus dikonsumsi suaminya untuk pagi hari.
“Ayung,” panggil Sam pelan saat istrinya meletakkan nampan ke meja tempat menyimpan makanan.
Ayung menoleh, melihat suaminya hanya bisa bersuara tanpa bisa banyak bergerak, membuat hatinya perih, apalagi cedera suaminya dikarenakan melindungi dirinya. Namun, semua itu dia tutupi dengan senyuman tulus merawat Sam.
Belum juga Sam kembali berbicara, pintu ruang VVIP terbuka dan munculah lelaki setengah baya menenteng plastik hitam.
“Sam,” panggil lelaki setengah baya terhenti saat melihat ada wanita muda di ruangan tersebut.
“Om,” jawab Sam pelan.
“Ini?” Lelaki bernama W***y menunjuk ke arah Ayung untuk menanyakan siapa si gadis .
“Oh, kenalkan, Om, dia Ayung, istriku,” jawab Sam pelan.
“Istri?” W***y terkejut dengan pernyataan sang ponakan.
“Iya, istriku, aku menikahinya dua minggu lalu,” jawab Sam lagi.
“Kamu balik dari Kanada menghilang selama tiga minggu, kembali sambil membawa istri? Pantesan aja papamu stress ngurus kamu, Sam! Masalah yang di rumah belum kelar, malah kamu bawa masalah lagi.” W***y menggerutu mendekati brankar sang ponakan.
“Siapa namamu?” tanya W***y.
“Namanya Ayung, usia sembilan belas tahun berasal dari Jember, Jawa Timur,” jawab Sam membuat W***y membelalakan matanya.
“Jawa Timur? Astaga, Sam. Apa orang tuanya tidak khawatir kamu bawa anak orang jauh-jauh dari Jawa Timur ke Jakarta,” gumam W***y duduk di dekat Sam.
“Dia yatim paitu, jadi udah hakku membawanya kemanapun aku pergi,” jawab Sam.
Tampak W***y mengusap wajahnya ikut stress memikirkan sang ponakan yang memang terkenal badung sejak kecil. Kini, di usia 24 tahun, dia malah berani menikahi anak orang. Masih terlalu muda, tapi apa boleh buat?
“Kamu nggak tahu apa yang terjadi di rumah orang tuamu?” tanya W***y lirih.
“Emang apa yang terjadi?” tanya Sam penasaran.
“Nanti saja ketika pulang, kamu juga akan tahu, akibat ulahmu, kedua orang tuamu yang menanggung,” jawab W***y.
“Ini, titipanmu, kan?” W***y menyerahkan plastik hitam ke Ayung.
“Terima kasih,” ujar Ayung sopan menerima plastik tersebut.
Terlihat jelas jika W***y juga ikut pusing melihat Sam yang kembali dari menghilangnya malah membawa istri.
Seminggu kemudian, Sam diizinkan rawat jalan. Rayyan meminta putra bungsunya untuk kembali ke rumah bersama Ayung. Mereka dijemput oleh Rayyan sendirian. Dan selama seminggu di rumah sakit, mama Sam sama sekali tidak menjenguknya, tapi mengatakan menanti mereka di rumah.
Setelah menyelesaikan administrasi, Rayyan membawa anak dan menantunya menuju lahan parkir di mana mobilnya berada. Sam selalu menggandeng lengan Ayung, tidak pernah melepasnya barang sedikitpun. Hal tersebut juga tak luput dari pengawasan sang papa, hingga papanya tahu bahwa putra bungsunya tidak main-main dengan pernikahannya.
Mobil memasuki halaman bangunan luas dan mewah. Ayung menatap bangunan berlantai tiga dengan takjub. Meski ragu dan takut, wanita berjilbab turun mengikuti langkah kaki suaminya. Hanya satu yang Ayung takutkan. Bertemu mertua perempuan.
Langkah keduanya terhenti saat ada wanita muda bertubuh kurus dengan wajah pucat berdiri di teras menggend**g anak laki-laki berusia lima tahun. Terlihat jelas jika wanita muda sedang tidak baik-baik saja. Sementara anak laki-laki meronta minta turun dan berlari menghampiri Sam dan Ayung.
“Papa .…” panggilnya meraih tangan Sam.
Bersambung
#10
Mampir ke KBMApp, yuk đź«°
Judul : Menjadi Papa Tanpa Malam Pertama
Penulis : Zhandriecka SKMM