Dian Dharma Book Club

Dian Dharma Book Club Penerbit buddhis | Diandharma.com | Twitter: | [email protected] |
Telp & Fak Dian Dharma memberikan pelayan bagi para sahabat dalam:

1.

Penerbitan Material Baru. Dengan didukung oleh para donatur, kami menerbitkan material baru baik buku atau non buku dengan seleksi dan editing oleh anggota Sangha.

2. Penerbitan Ulang. Dengan didukung oleh para donatur, kami melakukan penerbitan ulang baik buku atau non buku berdasarkan karena tingginya permintaan.

3. Pelimpahan jasa. Adalah program untuk melakukan kebajikan atas nama seseorang

yang terkasih baik sebagai hadiah atau sebagai rasa Bakti bagi orang yang meninggal dunia. Bisa dilakukan perorangan atau bersama-sama. Janganlah kamu meremehkan bahwa 'Kebajikan tidak akan berakibat sesuatu padaku'. Bahkan tembayan pun akan terisi penuh oleh air yang jatuh menetes. Demikianlah Orang bijak memenuhi dirinya dengan kebajikan yang terkumpul sedikit demi sedikit (Dhammapada 122).

---------------------------------------------
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi kami,
Penerbit Dian Dharma
Jl. Mangga I blok F No. 15,
Duri Kepa - Jakarta Barat 11510
Telp: (021) 5674104
Fax : (021) 5674104
HP : 0852 1519 9777
Web : www.diandharma.com
Email: [email protected]
Twitter :

Tidak Perlu Minta-mintaJangan karena kesulitan itu kita terdorong untuk berbuat yang tidak benar. Nanti hidup kita akan ...
22/07/2025

Tidak Perlu Minta-minta

Jangan karena kesulitan itu kita terdorong untuk berbuat yang tidak benar. Nanti hidup kita akan tambah susah.

Meskipun sewaktu-waktu bisa terasa berat sekali, jangan takut. Sadari lagi bahwa semua itu adalah utang yang harus kita bayar. Bahwa itu memang harus terjadi akibat perbuatan kita di masa silam.

Teruslah berdoa kepada Bodhisattva Kuan Yin, dengan tulus memohon pertolongan beliau. Nanti semuanya akan beres dengan sendirinya. Setelah utang terbayar lunas maka hidup kita akan menjadi semakin baik.

Sumber:
"Biksu Wu Thung - Pengalaman dan Nasehatnya" - Penerbit Dian Dharma

21/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Bagaimana Anda Menjadi Praktisi yang Baik?

Menjadi praktisi yang baik dimulai dari kondisi kita saat ini dengan terus belajar, berlatih, dan membiasakan diri dengan ajaran Dharma. Kita belajar mentransformasikan kesulitan menjadi bantuan di jalan spiritual, menyadari bahwa perlindungan sejati hanya datang dari Dharma, bukan dari manusia lain yang juga terbatas. Kita sering berdoa agar keadaan luar berubah, padahal yang perlu diubah adalah batin kita sendiri—karena bahkan di lingkungan yang ideal pun, tanpa kedamaian batin, kita tetap bisa merasa sengsara. Kemajuan spiritual terlihat dari kemampuan kita menerima keadaan luar dan mengubah pikiran, bukan dari seberapa besar kita bisa mengubah dunia luar. Jika perubahan eksternal memungkinkan, lakukanlah, tetapi jangan habiskan energi untuk mengejar sesuatu yang tak akan pernah sepenuhnya sesuai keinginan—sebaliknya, ubahlah diri kita sendiri.

-Venerable Thubten Chodron-

20/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Mengandalkan Dharma

Sebagai kesimpulan, kita lahir dan mati sendirian, dan tidak ada makhluk lain—sebaik apa pun niatnya—yang dapat sepenuhnya melindungi kita dari penderitaan, karena mereka sendiri tidak kekal dan terikat oleh karma serta keterikatan yang berubah-ubah. Janji perlindungan dan cinta abadi dari orang lain sering kali tidak dapat diandalkan, karena mereka pun tidak memiliki kendali penuh atas pikiran dan nasib mereka sendiri. Bahkan makhluk kuat seperti anjing penjaga atau pengawal pun tidak bisa menjamin keselamatan kita karena mereka sendiri rentan terhadap kematian. Perlindungan sejati hanya dapat ditemukan dalam praktik Dharma, karena hanya melalui pemahaman dan transformasi batin kita bisa menghadapi ketidakpastian hidup dan perubahan karma yang tidak terduga.

-Venerable Thubten Chodron-

19/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Berkembang Hari demi Hari

Manfaat utama dari mendedikasikan jasa kebajikan adalah untuk melindunginya dari kehancuran akibat amarah atau pandangan keliru, serta mengarahkannya agar matang sesuai aspirasi kita, terutama jika didedikasikan untuk tujuan tertinggi yaitu pencerahan penuh—bukan hanya untuk kebahagiaan jangka pendek. Dengan hidup secara sadar, memulai hari dengan niat baik, menjaga sila, melakukan refleksi dan purifikasi, serta mendedikasikan jasa kebajikan setiap malam, kita akan berkembang secara bertahap. Meskipun terkadang mundur atau tergelincir, latihan yang konsisten membawa kemajuan nyata yang bisa dirasakan sendiri maupun oleh orang di sekitar kita. Dalai Lama menganjurkan melihat kemajuan dalam jangka panjang, bukan harian, karena dari waktu ke waktu kita bisa melihat perubahan batin, dari pemahaman intelektual menjadi pengalaman nyata yang membangun keyakinan. Meskipun ego belum sepenuhnya hilang, berkurangnya dorongan mementingkan diri sendiri adalah bentuk kemajuan yang patut disyukuri.

-Venerable Thubten Chodron-

18/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Air di Punggung Bebek 18

Dalam menghadapi keluhan atau drama antarorang, penting untuk bersikap tenang seperti Lama Yeshe yang hanya mendengarkan tanpa bereaksi berlebihan, mampu membedakan mana yang perlu ditanggapi dan mana yang bisa diabaikan. Terlibat dalam emosi orang lain atau mencoba menyelesaikan masalah yang bukan urusan kita justru sering memperburuk situasi dan menciptakan konflik baru, apalagi jika kita menjadi perantara antara dua pihak yang berselisih. Alih-alih ikut campur, lebih baik membantu orang tersebut menenangkan diri dan mengenali emosinya, tanpa harus menyeret diri ke dalam drama mereka. Memilih untuk tidak "terpancing" adalah bentuk kebijaksanaan dalam menjaga kedamaian diri sendiri dan lingkungan.

-Venerable Thubten Chodron-

17/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Membuat Keputusan yang Bijaksana

Sering kali kita memilih tindakan yang memberi kebahagiaan sesaat meskipun berujung pada penderitaan di masa depan, karena kita kecanduan kesenangan instan dan mengabaikan akibat jangka panjang, meskipun kita tahu tentang hukum karma. Ini adalah bentuk kebodohan, serupa dengan menyantap makanan lezat yang sebenarnya mengandung racun. Meskipun secara lahiriah kita mengaku percaya pada karma, secara batin kita ragu atau berharap kita bisa lolos dari akibatnya. Akibatnya, kita menunda kebajikan demi kesenangan sekarang, berharap bisa memurnikan akibat buruk nanti. Fenomena ini juga terlihat dalam dunia kesehatan, di mana banyak orang mengabaikan nasihat dokter karena tidak memberikan hasil instan, dan akhirnya menderita akibatnya di masa depan.

-Venerable Thubten Chodron-

16/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Delapan Sila Mahayana

Dalam ajaran Buddha, praktik perlindungan dan hidup sesuai dengan lima sila adalah dasar kehidupan awam yang dianjurkan untuk dijalani seumur hidup. Pada waktu-waktu tertentu, seseorang juga dianjurkan untuk mengambil delapan sila Mahayana selama satu hari sebagai bentuk pendalaman disiplin diri. Delapan sila ini mencakup tidak membunuh, mencuri, berbohong, serta tidak mengonsumsi zat yang memabukkan; selibat selama 24 jam; tidak duduk di tempat tinggi dan mewah sebagai bentuk penolakan terhadap kesombongan; tidak bernyanyi, menari, bermain musik, atau menikmati hiburan demi hiburan; tidak memakai parfum atau perhiasan untuk menarik perhatian; serta tidak makan setelah tengah hari hingga fajar, hanya diperbolehkan minuman encer tertentu. Mengambil delapan sila sangat bermanfaat untuk menyegarkan kembali praktik Dharma, terutama saat merasa kehilangan arah, pikiran kacau, atau ingin kembali ke jalan yang benar.

-Venerable Thubten Chodron-

15/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Berusaha

Praktik perlindungan bertujuan untuk memperdalam kebijaksanaan dan welas asih, bukan sekadar membangkitkan keyakinan emosional. Daripada memaksakan keyakinan, kita diajak untuk merenungkan secara mendalam kualitas Buddha, Dharma, dan Sangha serta menyadari bahwa kita memiliki potensi yang sama untuk mengembangkan kualitas-kualitas itu. Buddha sendiri mencapai pencerahan bukan karena dilahirkan sempurna, tetapi karena ia berlatih, sementara kita belum menciptakan sebab-sebab itu. Dengan tekad untuk bebas dari samsara, kita mengembangkan tiga aspek utama jalan—tekad pembebasan, welas asih, dan kebijaksanaan—yang semuanya menyatu dalam praktik perlindungan sejati.

-Venerable Thubten Chodron-

14/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Bodhisattwa Mencuci Piring Orang Lain

Praktik Dharma yang sejati adalah mengenali dan mengubah pola pikir negatif saat muncul, bukan sekadar tampak suci di luar. Ketika seseorang marah karena hal sepele, seperti piring kotor di wastafel, mereka belajar melihat kemarahan itu, menggali narasi egois di baliknya—seperti merasa diremehkan atau terlalu baik untuk mencuci piring—dan kemudian mengubah sudut pandangnya dengan mengingat bahwa mereka sedang menapaki jalan Bodhisattwa, yaitu menjadi pelayan bagi makhluk lain. Daripada larut dalam emosi dan cerita batin selama satu jam, mereka bisa menyelesaikan masalah dalam 30 detik sambil mengembangkan welas asih. Inilah inti dari mentransformasi pikiran dalam praktik Dharma.

-Venerable Thubten Chodron-

13/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Obat Dharma

Dharma adalah perlindungan sejati, dan kita mulai dengan mengambil perlindungan eksternal pada Buddha (sebagai dokter), Dharma (sebagai obat), dan Sangha (sebagai perawat) dalam menghadapi penderitaan samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan. Seperti pasien yang sakit, kita perlu menerima diagnosis dari Buddha, yaitu penderitaan dan penyebabnya, serta mengikuti resepnya—praktek jalan spiritual, khususnya kebijaksanaan yang menyadari kekosongan. Dharma adalah obat untuk menyembuhkan penderitaan, sementara Sangha membantu kita memahami dan mengaplikasikan ajaran tersebut dalam kehidupan. Perlindungan sejati baru tercapai saat kita merealisasi Tiga Permata di dalam diri kita sendiri.

-Venerable Thubten Chodron-

12/07/2025

365 Mutiara Kebijaksanaan

Keyakinan

Keyakinan saya terhadap Tiga Permata tumbuh bukan dari cerita tentang keajaiban atau kemampuan luar biasa, karena sejak kecil saya sudah terbiasa dengan tokoh suci yang memiliki mukjizat, melainkan dari keinginan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan kualitas seperti cinta murni, welas asih, dan keseimbangan batin dalam diri saya sendiri. Saya tidak dibesarkan dalam keluarga Buddha, jadi saya tidak memiliki keyakinan naluriah, namun rasa ingin tahu mendorong saya untuk mencari tahu apakah benar kualitas-kualitas itu bisa dicapai. Keyakinan saya mulai tumbuh seiring pengalaman pribadi dalam mempraktikkan ajaran Buddha—melihat langsung bagaimana teknik-teknik itu mengurangi kemarahan, kelekatan, dan egoisme membuat saya percaya bahwa jalan ini bisa berhasil. Meskipun prosesnya lambat, pemahaman bertahap tentang pikiran, hambatan batin, dan struktur jalan spiritual semakin menguatkan keyakinan bahwa makhluk suci itu nyata dan pencapaian spiritual itu mungkin dicapai melalui latihan yang tekun.

-Venerable Thubten Chodron-

Address

Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Dian Dharma Book Club posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Dian Dharma Book Club:

Share

Category