22/07/2025
"Senior Ling'er! Apakah anda mempunyai urusan denganku?" tanya Chen Xuan.
Angin berembus lebih kencang, menerbangkan rambut hitam panjang Xiao Ling'er. Matahari bersinar terik, membakar kulit siapapun yang berdiri di bawahnya.
Xiao Ling'er tersenyum tipis. "Ahh, tidak. Aku hanya sedikit kagum dengan pertarunganmu, Xuan."
Chen Xuan menunduk sopan, bibirnya melengkung ringan. "Terima kasih, Senior."
Xiao Ling'er merogoh saku jubahnya, lalu mengulurkan sesuatu. Sebuah manisan labu.
"Ambillah," katanya lembut.
Chen Xuan menatap manisan itu sejenak, lalu menerimanya dengan kedua tangan. Ia kembali tersenyum, seolah sejenak melupakan keluh-kesah yang menyesaki dadanya.
"Terima kasih, senior." Suara Chen Xuan terdengar tulus.
"Hm, bukan apa-apa. Oh ya, bisakah kamu menemaniku sebentar saja?" tanya Xiao Ling'er.
Xiao Ling'er dikenal sebagai wanita dingin tanpa ekspresi. Namun kali ini, tubuhnya condong ke depan, tangan di belakang punggung, manisan labu di genggaman. Ia menatap Chen Xuan dari bawah, wajahnya lembut dan bersinar.
"A-aku ...." Chen Xuan tampak ragu menatap Xiao Ling'er.
Namun sebelum selesai bicara, Xiao Ling'er menggenggam tangannya dan menariknya pergi. Chen Xuan yang tak siap nyaris tersandung.
"Senior Ling'er, kita mau ke mana?" tanya Chen Xuan dengan wajah memerah.
Banyak pasang mata para murid di halaman Sekte Awan Biru memperhatikan mereka. Langkah kaki mereka diikuti dengan bisikan pelan dari beberapa orang di sana.
"Apakah itu Xiao Ling'er?" tanya Bai Shan tak percaya.
"Ya, itu dia. Gadis tanpa ekspresi dari Puncak Petir!" sahut Wu Ling, tak kalah terkejut dengan Bai Shan.
Hua Yun hanya bisa menggertakkan gigi. 'Sejak kapan mereka sedekat itu?!'
Di bagian belakang Sekte, terdapat area hiburan bagi para murid. Pasar kecil yang menjual makanan, senjata, pakaian, pil, bahkan tempat pemandian dan hiburan lainnya.
Xiao Ling'er menggandeng Chen Xuan ke sana. Keduanya melangkah bersisihan dengan wajah Xiao Ling'er yang terlihat ceria. Sedangkan Chen Xuan masih terlihat bingung.
"Nah, kita sudah sampai!" serunya riang.
Keramaian menyambut mereka. Tawa, musik, dan aroma makanan memenuhi udara. Keduanya memperhatikan sekitar dengan senyum senang.
"Ayo kita ke sana!" Xiao Ling'er menarik Chen Xuan ke sebuah arena permainan panah.
Chen Xuan tak menolak. Mereka mencoba permainan memanah, dan Chen Xuan berhasil memenangkan sebuah boneka kecil berbentuk kelinci giok.
"H**e! Aku pasti menyimpannya dengan baik!" kata Xiao Ling'er, melompat kecil penuh bahagia. Dia memeluk boneka tersebut dengan erat.
"Jangan sampai rusak, ya! Boneka itu sebagai kenang-kenangan kita!" Chen Xuan menatap gadis di depannya dengan senyum menggoda.
Keduanya tertawa bersama, menikmati suasana yang terasa seperti dunia hanya milik mereka. Mereka mencicipi makanan ringan, makan malam bersama di kedai kecil, dan bahkan iseng mengikuti lomba melukis.
"Tidak, jangan mendekat!" seru Xiao Ling'er dengan wajah tegang. Saat Chen Xuan mengacungkan kuas cat padanya.
Chen Xuan tertawa puas melihat ekspresi gadis itu. "Ling'er, kalau aku pasangkan gambar kura-kura kecil pada pipimu pasti terlihat lucu!"
"Tidak mau!" jerit Xiao Ling'er, berlari menghindar. Chen Xuan mengejarnya sambil tertawa.
Hari itu terasa sempurna. Keduanya menghabiskan waktu bersama cukup lama dengan bahagia. Seolah mereka merupakan sepasang sahabat yang begitu dekat.
Matahari terbenam mulai menghilang di bawah garis cakrawala di sebelah barat. Dari atas Puncak Awan, puncak bukit tertinggi di Gunung Nirwana. Tempat di mana Sekte Awan Biru berdiri. Laut di sebelah barat terlihat samar, hingga sinar matahari pun benar-benar menghilang. Tergantikan oleh kegelapan malam yang ditaburi oleh berbintang.
"Tidak disangka waktu berjalan begitu cepat," gumam Xiao Ling'er.
Mereka duduk di bangku taman yang dipenuhi bunga. Kepala mereka menengadah menatap bintang-bintang yang mulai bermunculan. Kelelahan menghiasi wajah keduanya.
"Kenapa kamu tiba-tiba mengajaku untuk bersenang-senang, Senior Ling'er?" tanya Chen Xuan, menatap langit.
Xiao Ling'er memalingkan pandangan ke arah Chen Xuan. "A-aku juga tidak tahu."
Chen Xuan tertawa kecil. "Padahal kita tak saling kenal sebelumnya. Siang tadi pertama kalinya kita berinteraksi!"
"Tapi terima kasih. Aku benar-benar menikmati hari ini," lanjutnya dengan perasaan senang.
Xiao Ling'er berhasil membuat dirinya melupakan kejadian siang tadi. Di mana dirinya melihat Hua Yun dengan bercumbu mesra bersama Luo Tian.
Xiao Ling'er kembali bersandar, matanya menerawang langit malam. "Oh ya, Xuan. Besok aku adalah lawanmu di kompetisi Puncak Gunung."
Chen Xuan terkejut, wajahnya kaku seketika. Dia menoleh pada gadis di sampingnya. "Sepertinya aku akan tersingkir cepat dari kompetisi."
"Bagaimana kalau kita makan malam bersama dulu malam ini?" tawar Xiao Ling'er, dia mengabaikan ucapan Chen Xuan.
"Itu ide yang bagus," sahut Chen Xuan, dengan antusias.
Xiao Ling'er berdiri, menarik tangannya. "Ayo! Aku tahu tempat makan yang enak."
Mereka sampai di restoran megah, ramai di lantai pertama. Xiao Ling'er memesan ruang khusus di lantai lima, tempat eksklusif untuk murid-murid elite.
Suasana di lantai lima sangat tenang. Mereka memasuki ruangan yang hangat dan tertutup tirai bambu. Beberapa murid tampak makan dalam diam.
"Wah, dari sini kita bisa melihat halaman Sekte ketika malam hari," ujar Chen Xuan, dengan takjub.
Namun sebelum Xiao Ling'er sempat menanggapi, ekspresinya berubah kaku. Ia merasakan aura menakutkan dari ruangan sebelah.
"Chen Xuan, apa kau merasakan hal aneh?"
Chen Xuan terdiam seolah-olah ia tidak mendengar ucapan gadis di depannya.
JUDUL : Pendekar Pedang Darah
Pf : Good Novel
Genre : Fantim, Xianxia, Wuxia, romansa fantasi, classic love.