Pejuang Keadilan Rakyat

Pejuang Keadilan Rakyat Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Pejuang Keadilan Rakyat, Digital creator, Jakarta-, Jakarta.

Kami pejuang rakyat Indonesia... Tidak gentar dengan intimidasi dan pembungkaman media sosial yang belakangan marak terjadi terutama diruang publik... Itu artinya kebebasan menyampaikan pendapat diruang publik sedang tidak baik- baik... Merdeka🖐

30/12/2025
Trio🐀🐁Baca selengkapnya dikolom komentar
30/12/2025

Trio🐀🐁

Baca selengkapnya dikolom komentar

Sembari memegang foto almarhum anaknya, dirumah yang sederhana, Siti Royanah (42) warga Dukuh Kedawon, Desa Rengaspendaw...
29/12/2025

Sembari memegang foto almarhum anaknya, dirumah yang sederhana, Siti Royanah (42) warga Dukuh Kedawon, Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah meneteskan air mata.

Ditemui Diksi Channel tribunjateng.com pada Minggu (14/12/2025), matanya berkaca sembari menceritakan anaknya semasa hidup Azka Rizki Fadholi yang dikenal penurut dengan orang tua.

Tiga bulan berlalu sejak kepergian untuk selamanya buah hatinya itu pada Selasa 12 Agustus 2025 lalu, Siti tidak menyangka jika saat pulang sekolah saat itu anaknya merasa tak enak badan adalah awal dari dugaan bulying yang dilakulan oleh teman sekolahnya di MTS Miftahul Ulum Rengaspendawa Larangan.

Jumat 8 Agustus 2025 Siti bercerita jika anaknya saat pulang tak ceria seperti biasanya. Saat itu, anaknya langsung masuk ke kamar dan murung.

Saat waktu Salat Jumat tiba, seperti biasanya Pakdenya menghampiri untuk mengajak berangkat bersama. Sitipun langsung memerintahkan anaknya untuk berangkat, namun korban mengeluhkan tak enak badan.

"Kepala saya sakit bu, nggak kuat buat bangun," ujar siti mengulangi percakapan berasama anaknya.

Keesokan harinya Sabtu 9 Agustus 2025 anaknya memaksakan diri untuk berangkat sekolah, namun Siti menaruh rasa curiga jika kaos kaki anaknya kotor seperti bekas terperosok ke lumpur.

"Saya suruh ganti kaos kakinya yang kotor namun almarhum tidak mau ganti," ungkapnya.

Malam harinya Siti kembali menanyakan kondisi kesehatan anaknya itu, korban baru mengaku jika merasakan sakit pada sejumlah badannya.

"Almarhum mengaku sakit pada bagian dada dan tangan."

"Saya kemudian menyuruh almarhum, coba digerakin tangannya, tapi nggak bisa, akhirnya saya bawa ke tukang urut," ugkapnya.

Sejak saat itu, korban semakin menutup diri bahkan hanya untuk makan Siti yang mengantarkan ke kamar.

Senin pagi hari korban sempat kejang, kemudian siti memutuskan untuk memeeriksakan ke Puskesmas.

"Karena sempat kejang, kemudian saya bawa ke puskesmas."

"Baru sampai di depan puskesmas, kemudian puskesmas menolak, meminta agar langsung di bawa ke rumah sakit saja."

Korban akhirnya mendapatkan perawatan medis di RS Harapan Sehat Jatibarang.

"Korban sempat dirawat di RS selama 1 hari, usai terombositnya menurun kemudian pada Selasa 12 Agustus 2025 petang korban dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit," ungkap Siti.

Siti menyebut, ada empat nama yang disebutkan anaknya yang melakukan bulying pada anaknya itu.

Beberapa hari berselang setelah kepergian korban, kemudian keluarga terduga pelaku dan sekolah datang ke rumah duka.

Kedua belah pihak kemudian dimediasi oleh pihak sekolah.

Dalam mediasi itu, pihak sekolah sekolah menyarankan memberikan uang damai namun ditolak oleh keluarga korban.

Siti kemudian memutuskan untuk mendatangi Polres Brebes untuk membuat laporan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Brebes dengan didampingi kuasa hukumnya Fery Junaidi S.H.

Secara resmi laporan diterima oleh piket Reskrim Polres Brebes Brigadir Polisi R Putri S. SH dengan cap ditandatangani tertanggal 21 Agustus 2025.

Sebelulan berlalu, Siti kemudian mendapatkan panggilan kembali oleh Polisi pada 24 September 2025 guna dimintai keteragan lebih lanjut. Dalam undangan surat tersebut di cap dan tandatangani oleh Kasat Reskrim Polres Brebes AKP Resandro Handrianjati.

"Saya sudah lapor ke kepolisian, sudah 3 bulan belum ada perkembangan."

Sementara Kasat Reskrim Polres Brebes AKP Resandro Handriajati saat tribunjateng.com mencoba menghubungi melalui pesan WhatsApp belum merespon hingga berita ini ditayangkan.

Kembali ke Titik Nol: Tragedi Sang Pion yang TerbuangDulu, ijazah itu dibanggakan sebagai simbol kuasa dan kecerdasan, t...
29/12/2025

Kembali ke Titik Nol: Tragedi Sang Pion yang Terbuang

Dulu, ijazah itu dibanggakan sebagai simbol kuasa dan kecerdasan, tiket emas untuk mendikte dunia sesuai kemauannya. Namun kini, lembaran kertas itu hanyalah artefak bisu. Sang tersangka, yang terbiasa hidup dengan "terlalu banyak minta"—meminta pengecualian, meminta privasi berlebih, hingga meminta hukum tunduk pada telunjuknya—kini kehilangan daya tawar.

Ia adalah sutradara dari narasinya sendiri. Dengan lihai, ia meracik bumbu cerita, memutarbalikkan fakta seolah dialah sang protagonis yang terzalimi. Baginya, dunia adalah panggung sandiwara di mana semua orang harus memujanya. Namun, ia terlalu buta untuk menyadari bahwa di mata para pendukungnya—Roy, Rismon, dan Tifa—ia hanyalah sebuah alat.

Kini, pemandangan berbalik 180 derajat. Mereka yang dulu berdiri di barisan depan, kini tertawa sinis di belakang punggungnya. Mereka melihatnya bukan lagi sebagai pemimpin, melainkan hanya sebagai pion yang penuh ambisi kosong. Di ruang-ruang gelap, para dalang yang sesungguhnya telah menutup buku tentangnya. Baginya, sang tersangka sudah "kadaluwarsa". Tanpa belas kasihan, para dalang ini mulai sibuk memoles wajah-wajah segar, mencari pion baru yang lebih patuh dan tidak banyak tingkah untuk melanjutkan agenda mereka.

Puncaknya adalah saat drama "kezhaliman" yang ia ciptakan meledak di wajahnya sendiri. Di hadapan kamera dan persidangan, ia mencoba memainkan kartu terakhir: air mata. Ia "mewek", meratap, dan berseru bahwa ia dizhalimi oleh orang-orangnya sendiri. Ia kaget mendapati bahwa Roy, Rismon, dan Tifa kini justru ikut menertawakan kejatuhannya mencibir setiap narasi yang dulu mereka dukung. Ia merasa dikhianati, padahal ia hanya sedang menuai badai dari angin yang ia tanam.

Kini, kegelisahan bukan lagi sekadar tamu yang datang saat malam; kegelisahan telah menjadi penghuni tetap dalam dadanya. Rasa cemas itu nyata, berdenyut di nadi, membisikkan bahwa waktu telah habis. Tidak ada lagi tangan-tangan yang bisa disuap, tidak ada lagi telinga yang mau mendengar dongeng konyolnya.

Di ujung jalan ini, yang menyambutnya bukan lagi karpet merah atau tepuk tangan, melainkan dinginnya jeruji besi. Bilik penjara kini nyata menanti. Sebuah ruang sempit yang akan menjadi tempatnya belajar satu hal yang selama ini ia abaikan: bahwa di hadapan keadilan dan permainan politik yang kejam, ia bukan siapa-siapa. Ia kembali ke titik nol, tanpa gelar, tanpa puja-puji, hanya seorang manusia yang harus mempertanggungjawabkan setiap bumbu cerita yang pernah ia tebar, sementara dunia di luar sana sudah sibuk dengan pion yang baru.

✍️Lentera Merah Putih

💪🤝👍
29/12/2025

💪🤝👍

Agar bisa lebih banyak keruk kekayaan alam Indonesia...keempat sosok tersebut bertemu dalam rangka memperkuat koalisi.Bi...
29/12/2025

Agar bisa lebih banyak keruk kekayaan alam Indonesia...keempat sosok tersebut bertemu dalam rangka memperkuat koalisi.

Biar semakin mantap, dan bisa goncang indonesia...

Sudah Tak Percaya🤐
28/12/2025

Sudah Tak Percaya🤐

Address

Jakarta-
Jakarta
10001

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pejuang Keadilan Rakyat posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share