29/08/2025
Affan Kurniawan, usianya baru 21 tahun. Di saat kebanyakan anak seusianya sedang semangat-semangat kuliah, mengerjakan skripsi, tapi dia berbeda. Sejak lulus SMA, dia sudah bekerja menjadi driver ojol.
Ya, dia adalah tulang punggung keluarga yang hidup di sebuah kontrakan sempit berukuran 3x11 meter. Sang ibu, menurut cerita dari berbagai pihak, sangat bangga terhadap Affan.
Karena anak ini begitu baik, pekerja keras, dan sangat sayang dengan keluarga. Mulai bekerja dari pagi, istirahat sebentar di waktu siang, kemudian lanjut bekerja hingga larut malam.
Pada hari terakhirnya, dia sedang tidak ikut berjuang menyuarakan aspirasi bersama para pejuang. Dia sedang berjuang di jalan lain. Mengantarkan pesanan, melakukan hal mulia yang diajarkan agama: bekerja untuk memberi nafkah keluarga.
Tapi, dia harus meregang nyawa setelah dilindas oleh mobil tantis, yang uangnya dibeli dari hasil kerja keras dan keringat rakyat, termasuk dirinya. Dilindas, bukan terlindas.
Hari ini, ribuan driver ojol mengantar kepergian Affan ke tempat peristirahatan terakhir. Jutaan manusia tidak hanya di Indonesia, turut mendoakannya. Bukti bahwa dunia memang tahu bagaimana cara “menilai” orang baik.
Tangis ibunda Affan ini memang sepatutnya terjadi. Hati seorang ibu mana yang tidak hancur berkeping-keping, melihat putra yang dikandung sembilan bulan dan dibesarkan dengan penuh cinta, harus pulang terlebih dahulu dengan cara seperti ini?
Selamat jalan, Affan. Sampai bertemu lagi di kehidupan yang kelak, tidak ada lagi tempat dan ruang untuk ketidakadilan yang harus kau alami.