18/07/2025
“Ketika Hati Sudah Sampai Lebih Dulu”
Namanya Ibu Maryam. Seorang penjual gorengan di sudut pasar kecil kampungnya. Setiap hari, dari subuh hingga maghrib, ia menyiapkan dagangannya—bukan hanya untuk menyambung hidup, tapi karena satu mimpi yang ia peluk erat sejak muda: pergi ke Baitullah.
Orang bilang, "Haji itu butuh uang banyak." Tapi Ibu Maryam selalu menjawab, "Yang paling penting bukan uang, tapi keyakinan dan doa yang tidak pernah putus."
Tahun demi tahun berlalu. Tabungannya tak seberapa, tapi semangatnya tidak pernah luntur. Ia menulis satu kalimat di dinding dapur rumahnya:
🕋 "Ya Allah, jika Engkau berkehendak, cukup dengan Kun Fayakun—maka jadilah."
Lalu, suatu hari…
Datang seorang tamu ke warungnya. Lelaki itu sedang mencari makanan untuk dibagikan dalam acara tasyakuran keluarganya. Ia terkesan dengan ketulusan Ibu Maryam. Dari obrolan ringan, terungkaplah cita-cita Ibu Maryam.
Tanpa disangka, lelaki itu berkata,
"Bu Maryam, mohon jangan menolak. Keluarga kami ingin memberangkatkan Ibu ke tanah suci, tahun ini. Anggap ini hadiah dari Allah, karena hati Ibu sudah sampai ke sana lebih dulu."
Ibu Maryam terdiam. Matanya berkaca-kaca.
Ia sujud syukur, lalu berbisik:
"Benar ya Allah… cukup dengan keyakinan, doa, dan ikhtiar… Engkau hadirkan Kun Fayakun…"