Suster Eka

Suster Eka professional nanny

Si Bungsu yang Tak TerlihatDina selalu merasa seperti bayangan di rumah besar keluarganya. Sebagai anak bungsu dari empa...
28/11/2024

Si Bungsu yang Tak Terlihat
Dina selalu merasa seperti bayangan di rumah besar keluarganya. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, ia kerap terhimpit di antara tiga kakak yang sukses. Kakak pertamanya, seorang dokter terkenal. Kakak keduanya, pengusaha muda yang menjanjikan. Dan kakak ketiganya, seorang seniman yang karyanya dipamerkan di berbagai galeri.

Setiap kali keluarga berkumpul, Dina selalu merasa canggung. Percakapan selalu berpusat pada pencapaian ketiga kakaknya. "Kakakmu ini hebat sekali, ya, Din," puji sang ibu, namun nada suaranya terdengar lebih seperti pernyataan daripada pujian. Dina hanya bisa tersenyum tipis, matanya menerawang ke luar jendela.

"Dina, kapan kamu bisa seperti kakak-kakakmu? Jangan hanya di dapur terus," celetuk sang ayah suatu hari. Kalimat itu menusuk hatinya. Ia memang lebih s**a berdiam diri di dapur, membantu ibunya menyiapkan makanan. Di sana, ia merasa lebih tenang dan berguna.

Tetangga-tetangga pun tak jarang ikut berkomentar. "Anak bungsu Ibu Susi itu kok pendiam sekali ya? Tidak seperti kakak-kakaknya yang pintar semua," ujar seorang tetangga saat berkunjung. Dina hanya bisa menunduk malu.

Rasa minder semakin menyelimuti hatinya. Ia merasa dirinya tidak berharga, tidak bisa dibandingkan dengan ketiga kakaknya. Ia sering bermimpi bahwa ia bisa menghilang saja.

Namun, di balik semua itu, ada satu sosok yang selalu memperhatikannya. Ibunya. Setiap malam, ketika semua orang sudah tertidur, Ibu Susi akan masuk ke kamar Dina. Ia akan duduk di tepi ranjang, mengelus rambut putrinya dengan lembut.

"Dina, Ibu tahu kamu merasa minder. Tapi ingat, setiap orang punya kelebihan masing-masing. Kamu punya hati yang baik dan tulus. Itu sudah cukup membuat Ibu bangga," bisik Ibu Susi.

Dina hanya bisa terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Beberapa tahun kemudian, Ibu Susi jatuh sakit. Dina yang selalu merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Ia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menjaga ibunya. Saat ibunya semakin kritis, Dina selalu berada di sisinya.

"Ma, maafkan Dina," lirih Dina sambil menggenggam tangan ibunya.

Ibu Susi tersenyum lemah. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Nak. Ibu bangga padamu. Kamu anak yang baik."

Beberapa hari kemudian, Ibu Susi menghembuskan napas terakhir. Keluarga berkumpul di rumah duka. Suasana haru menyelimuti. Saat membaca wasiat ibunya, semua orang tertegun. Dalam wasiat itu, Ibu Susi menulis, "Semua harta saya, termasuk rumah ini, saya berikan kepada Dina. Dina adalah anak saya yang paling kuat dan penyayang."

Kakak-kakak Dina saling berpandangan. Mereka baru menyadari betapa berharganya Dina. Selama ini, mereka terlalu fokus pada pencapaian diri sendiri hingga melupakan adik bungsu mereka.

Sejak saat itu, Dina mulai bangkit dari keterpurukannya. Ia menjalankan bisnis kecil-kecilan yang diwarisi dari ibunya. Ia juga aktif di kegiatan sosial. Dina membuktikan bahwa ia bisa sukses dengan caranya sendiri.

24/11/2024

Ketika keluar rumah sudah jadi healing terbaik untuk ibu ibu semua

06/06/2024

Kelas tenis

06/06/2024

Basketball sama anak cowo

06/06/2024

Nemenin anak latihan badminton

Address

Jakarta Barat

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Suster Eka posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share